Minggu, 31 Oktober 2010

Sport Management di Indonesia : Perspektif Pendanaan

Beberapa penelitian terkemuka menunjukan adanya hubungan positif antara besarnya jumlah dana yang dialokasikan pemerintah untuk olahraga dengan prestasi yang dicapai. Didalam konteks Indonesia, jika dana yang dimiliki oleh pemerintah terbatas, maka diperlukan konsolidasi antara semua pemangku kepentingan olahraga di Indonesia dalam membangun prioritas untuk merumuskan cetak biru pendanaan olahraga di Indonesia. Lebih lanjut perlu ada strategi untuk memperoleh pendanaan dalam mendukung prestasi cabang - cabang olahraga lainnya yang bukan merupakan prioritas alokasi dana pemerintah.

Untuk menjawab permasalahan ini, maka kita dapat mulai prosesnya dengan memetakan siapa saja yang mempunyai kepentingan dalam pencapaian prestasi olahraga di Indonesia. Selanjutnya memetakan sumber pendanaan olahraga di Indonesia dan bagaimana mengintegrasikan berbagai sumber pendanaan ini, sehingga kita dapat membangun strategi pengelolaan pendanaan yang terintegrasi. Didalam konteks Indonesia, maka ada lima pihak yang mempunyai kepentingan yaitu : pemerintah pusat dan daerah, media, swasta/perusahaan, masyarakat dan atlit. Dari lima pihak ini, maka kategori sumber pendanaan olahraga di Indonesia terdiri dari pengeluaran rumah tangga untuk olahraga, anggaran olahraga pemerintah daerah, pendanaan pihak swasta/perusahaan dan media, serta anggaran pemerintah pusat untuk olahraga. Atlit adalah fokus utama yang menjadi dasar perumusan cetak biru pengelolaan pendanaan dalam mendukung siklus hidup atlit sebagai pelaku utama/ ujung tombak peningkatan prestasi olahraga nasional.

Keterbatasan dana pemerintah menuntut cabang - cabang olahraga lain yang belum menjadi prioritas pendanaan pemerintah perlu menggalang dana kolektif dari masyarakat dan swasta. Penggalan dana ini menuntut federasi dan klub untuk transparan dalam pengelolaan dana. Transparasi ini adalah bentuk usaha federasi dan club untuk memperoleh kepercayaan publik sebagai pemangku kepentingan yang potensinya besar untuk mendukung olahraga di Indonesia. Selain itu federasi dan club harus mampu merumuskan strategi pemasaran untuk menarik investor dari pihak swasta. Dengan jumlah pertisipan olahraga di Indonesia sebesar 140 juta orang, dan target dana yang digalang di masyarakat sebesar 20rb rupiah saja per kapita / pertahun, maka potensi total akumulasi dana yang diperoleh adalah 280 milyar per tahun.

Sebagaii penutup, potensi olahraga di Indonesia sangat besar, potensi ini dapat dimanfaatkan hanya melalui kerjasama yang sinergi antara semua pemangku kepentingan olahraga, bersatu padu membangun dan konsistensi mengaplikasikan cetak biru olahraga di Indonesia

Pelajaran Menyenangkan Konsumen Ala AC Milan

Waktu itu, penggemar setia AC Milan yang bernama Andrea (12 tahun) menderita leukimia. Karena penyakitnya sudah kronis dan dokter juga sudah angkat tangan, Andrea pun tinggal menikmati detik terakhir hidupnya,, Menjelang detik - deti terakhir sang bocoh memiliki satu permintaan terakhir. Andrea pada saat itu hanya punya satu harapan, dia berharap bisa melihat senyum sang kapten AC Milan Paolo Maldini untuk terakhir kalinya. Alangkah terkejutnya sang kapten setelah mengetahui permintaan terakhir Andrea. Esoknya maldini dengan satu kostum merah hitam bernomor punggung 3, plus foto dan tanda tangannya,, datang ke rumah sakit tempat Andrea dirawat. Tetapi semua menjadi sia - sia karena sang bocah sudah keburu meninggal dunia. Apa mau dikata, niat baik sang kapten ternyata harus berakhir dengan keharuan. Ternyata bukan itu saja,, Andrea masih meninggalkan keharuan yang lebih mendalam. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Andrea sempat menulis sebuah pesan disecarik kertas kecil.

Ada satu kalimat yang sampai kini tidak bisa dilupakan oleh para pemain Milan, khususnya Maldini. Abnrea menulis " Saya sungguh tidak menyesal ketika saya tidak bisa melihat senyum pangeran saya untuk yang terakhir kalinya. Karena saya akan melihat senyuman dia dari atas sana pada final liga champion mei nanti di old trafford, sewaktu ia mengakat tinggi2 trofi itu. Setelah scudetto mustahil untuk direbut, tolong berjanjilah kepada saya. B awalah troffi liga champion itu kembali ke kota Milan. Saya memang sudah tiada, tapi semangat dan dukungan saya akan selalu ada dalam diri kalian. Saya akan mendukung perjuangan kalian dari atas sana. "

Setelah tiga bulan AC Milan berhasil mengalahkan juventus dengan adu penalti,, Maldini bersama rekan2 satu tim berziarah ke makam Andrea dengan membawa trofi ke tempat peristirahatan terakhir Andrea. Dengan bijak Maldini mengatakan " Saya tentu masih ingat kejadian itu, saya hanya bisa menangis sewaktu melihata Andrea dimakamkan dengan kostum kebanggaan Rossonerri sambil memeluk boneka beruang dan sebuah album berisi foto - foto kami. Waktu itu saya sudah bersumpah untuk membawa Milan menjadi juara liga Champions. Saya juga sudah berjanji pada diri saya dan Andrea bahwa saya akan membawa trofi itu ke makam ini agar Andrea bisa melihat dan juga merasakan gelar ini. Andrea telah menjadi bagian dari tim ini. Dialah pemain kedua belas kami, mendukung kami dan percaya bahwa kami akan melakukan yang terbaik. Kini dia bisa tersenyum bahagia di alam sana. "

Itulah sebuah pelajaran dari AC Milan bagaimana memperlakukan konsumen bukan hanya sebatas transaksi ; ada unag dilayani, tidak ada uang dicuekin. Pikirkan juga saat konsumen sedang kesulitan. Coba pikirkan, ngapain ngurus anak bernama Andrea, toh sudah meninggal dan masih banyak lagi puluhan juta fans di seluruh dunia ? namun, AC Milan memahami marketing, mungkin hanya seorang bocah cilik, tetapi jika Anda memperlakukannya dengan jelek, bisa menjadi cerita yang merusak AC Milan bukan ? Jika ceritanya mengharukan seperti 9ini, bukankah ini meningkatkan citra AC Milan sendiri ?bukankah ini akan menjadi promosi gratis bagi AC Milan. dan ujung2nya, AC Milan memiliki penggemar yang begitu setia bernama Andrea. dan dalam istilah marketing AC Milan sebuah merek dapat dikatakan sebagai brand religioan.

Brand religioan berarti seseorang menggap sebuah merek merupakan teman kehidupan . Lihatlah seorang Andrea yang masih memikirkan AC Milan menjadi " agama " keduabagi Andrea,, ini yang jarang kita lihat dalam sebuah pengelolaan suati club olahraga di Indonesia. mulailah club2 olahraga di Indonesia untuk belajar tentang marketing.


BY : Hermawan Kartajaya (Presiden World Marketing Association)
INDUSTRI OLAHRAGA INDONESIA

Sabtu, 30 Oktober 2010

STRATEGIC PLACE TRIANGLE NEW WAFE MARKETING IN SEA GAMAS 2011 INDONESIA


Strategic Place Triangel adalah strategi yang dikemukan oleh Hermawan Kartajaya dan Yuswohady dalam menyusun strategi pemasaran suatu daerah. Dalam bukunya “ Strategi Memasarkan Daerah di Era Otonomi “, Hermawan dan Yuswohady menggunakan Sembilan elemen marketing yang bila diringkas menghasilkan 3 ringkasan yaitu : Strategi, Taktik dan Value. Namun dengan perkembangan dunia marketing saya akan mencoba menggunakan Strategic Place Triangle dengan menggunakan konsep 12 eleman pemasaran terbaru atau yang dikenal dengan sebutan New Wafe Marketing yang merupakan hasil pemikiran dari Hermawan Kartajaya bersama Waiziy Darwin.

Sea Games merupakan acara multievent olahraga terbesar di Asia Tenggara dan didalamnya akan banyak mencakup semua aspek kehidupan bagi tuan rumah dan negara – negara peserta. Oleh sebab itu diperlukan sebuah strategi dalam menyukseskan acara tersebut. Tidak hanya dalam sukses sebagai tuan rumah dan prestasi saja, namun ajang sea games ini dapat kita pakai untuk mensukseskan perekonomian masyarakat Palembang dan Jakarta pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Inilah peran industri olahraga dalam menyukseskan acara tersebut, untuk itu diperlukan sebuah startegi dalam mensukseskan perekonomian selama sea games berlangsung. Dalam tulisan ini, saya berusaha untuk memberikan pemikiran saya mengenai strategi pemasaran yang dapat dilakukan untuk menyukseskan kegiatan tersebut dengan menggunakan Strategic Place Triangel yang telah dikemukan oleh Hermawan Kartajaya dan Yuswohady dalam menyusun strategi pemasaran suatu daerah.

Dalam Strategic Place Triangel akan dibagi menjadi tiga garis besar yaitu startegi, taktik dan value. Dimana ketiganya terdiri dari beberapa konsep new wafe marketing yang juga telah dipopulerkan oleh Hermawan Kartajaya dan Waiziy Darwin. Berikut ini adalah secara garis besar Strategic Place Triangel
1.       Strategi
a.       Communitization
b.      Confirmation
c.       Clarification
2.       Taktik
a.       Codification
b.      Co-creation
c.       Currency
d.      Communal Activication
e.      Conversation
f.        Commercialization
3.       Value
a.       Charcter
b.      Care
c.       Collaboration

STRATEGI
Dimensi pertama dari Strategic Place Triangel adalah strategi. Dalam strategi terdapat tiga elemen pemasaran yaitu, Communitization, Confirmation dan Clarification. Bagaimana tiga elemen tersebut dalam menyusun strategi pemasaran sea games 2011, berikut ini adalah penjabarannya.
1.       Communitization
Communitization dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain dan memiliki kesamaan purpose, values, dan identity (Kartajaya dan Darwin ; 86 ;2010). Communitization ada langkah awal dalam mendesain strategi pemasaran sea games 2011 di Jakarta. Kita ketahui bersama bahwa sea games adalah ajang multievent olahraga, dan banyak sekali bertaburan komunitas – komunitas pada bidang olahraga di Indonesia. Komunitas – komunitas olahraga ini lah yang merupakn sentral dari startegi industri olahraga khususnya sea games 2011 di Indonesia. Dalam komunitas olahraga ini sudak jelas teridentifikasi atau terbentuk, tergambar secara jelas tujuan, identitas dan nilai – nilainya dan cocok untuk diajak kolaborasi dalam ajang sebesar Sea Games.

Di Indonesia komunitas – komunitas olahraga dapat dibedakan menjadi tiga model. Hal ini serupa dengan apa yang di jabarkan oleh Susan Fournier seorang pakar komunitas konsumen. Ketiga model komunitas tersebut adalah sebagai berikut :
a.      Model Pools
Model pools adalah komunitas yang terbentuk secara natural. Dengan kata lain model komunitas ini terbentuk dengn sendirinya karena mereka memiliki nilai – nilai, identitas, dan aktivitas yang sama dan tergabung karena ada pooling factor yang jelas dan kuat (Kartajaya dan Darwin ; 90 ; 2010). Sebagai contoh adalah komunitas yang menamakan dirinya Persatuan Supporter Atlet Indonesia (PSAI), BASO Indonesia, Volimania dan masih banyak lagi. Contoh – contoh diatas memiliki pooling factor yang jelas, PSAI terbentuk karena adanya rasa kepedulian untuk selalu mendukung seluruh atlet Indonesia yang berlaga diajang internasional, BASO Indonesia adalah komunitas baseball dan softball Indonesia mereka terbentuk karena adanya persamaan nilai-nilai, identitas dan aktivitas yang sama hal yang sama juga terjadi pada Volimania.
b.      Model Hubs
Model komunitas ini terbentuk karena adanya kekaguman terhadap sesuatu individu (Kartajaya dan Darwin ; 91 ; 2010). Sebagai contoh dari komunitas ini adalah komunitas penggemar Taufik Hidayat, Komunitas Penggemar Suryo Agung Wibowo, komunitas penggemar Deny Sumargo dan masih banyak lagi komunitas olahraga yang memiliki model seperti ini.
c.       Model Webs
Model komunitas webs adalah komunitas yang terbentuk karena adanya hubungan antar anggota  satu sama lain dan biasanya secara lamiah komunitas ini terbentuk melalui web (Kartajaya dan Darwin ; 90 ; 2010). Sebagai contoh dari komunitas ini adalah, Dukung Sumsel jadi tuan rumah sea games 2011, satu juta dukungan untuk atlet Indonesia dan masih banyak lagi.

Dengan banyaknya komunitas olahraga dalam setiap model hal yang harus dilakukan adalah bagaimana pihak penyelenggara sea games harus mampu untuk menyatukan atau bersatu dengan konsumen baik itu yang terkelompok atau yang dikelompokkan karena mereka memiliki tujuan, nilai – nilai dan identitas yang sama satu sama lain yaitu olahraga. Pihak penyelenggara juga harus mampu menempatkan komunitas – komunitas ini sebagai pusat gravitasi, karena pada dasarnya langkah komunitas adalah  basgimana komunitas yang nanti akan menjadi konsumen ini diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dan berinteraksi dengan pihak penyelenggara sea games.

Proses yang dapat dilakukan pihak penyelenggara adalah pihak penyelenggara dari sekarang sudah harus melakukan eksplorasi yang mendalam kepada komunitas – komunitas olahraga yang ada di Indonesia atau negara – negara peserta sea games. Selain itu mulai dari sekarang pihak penyelenggara juga harus mulai “ permisi “ meminta izin kepada komunitas – komunitas olahraga untuk mengajak mereka bekerjasama atau berkolaborasi dalam ajang sea games ini.

2.       Confirmation
Setelah langkah awal Communitization sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah Confirmation. Berikut ini adalah criteria – criteria yang dapat dilakukan oleh pihak penyelenggara Sea Games dalam confirming the community :
a.      Relevance
Yang dimaksud dengan relevance adalah kesamaam tujuan, nilai – nilai dan identits yng d dalam komunitas tersebut dengan karakter Sea Games.
b.      Active Level
Active Level berarti seberapa besar keaktifan komunitas tersebut. Apakah dalam komunitas tersebut anggotanya memang aktif , atau malah isinya hanya sekedar  daftar nama saja, dan perlu diingat bila komunitas tersebut hanya berisi sekedar daftar nama maka namanya bukan komunitas melainkan database.
c.       Number of Community Network
Number of Community Network maksudnya adalah berapa banyak jaringan yang dimiliki atau yang potensial bisa terjadi atntara satu komunitas dengan komunitas lainnya. Jadi, bukan hanya berapa banyak anggota komunitas tersebut.
               
Ketiga criteria diatas pada dasarnya adalah langkah yang dapat dilakukan oleh pihak penyelenggara Sea Games  dalam mengeksplor komunitas – komunitas olahraga yang telah berdiri. Sea Games merupakan ajang multi event olahraga, sehingga berdasarkan ini kita dapat menyimpulkan bahwa komunitas – komunitas olahraga ini memiliki relevansi yang sangat kuat dengan penyelengaraan Sea Games pada tahun 2011. Dan tidak hanya komunitas olahraga saja yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengeksplor, namun komunitas yang sifatnya nasionalis bisa dijadikan sebagai tempat untuk mengeksplor, dari sini nantinya pihak penyelenggara Sea Games akan mendapatkan gambaran apakah komunitas ini memiliki relevansi dengan Sea Games. Karena menurut penelitian pada ajang Olimpiade musim dingin di Canada tahun 2010, Alasan penduduk Canada menyaksikan acara atau pertandingan – pertandingan selama olimpiade musim dingin berlangsung adalah karena rasa nasionalisme mereka yang tumbuh ketika seorang atlet yang berasal dari Canada bertanding. Melihat hasil penelitian tersebut pihak penyelenggara Sea Games dapat mengeksplor komunitas yang sifatnya nasionalis.

Berikut ini adalah proses dalam hal komunitasi antara lain sebagai berikut :
a.       Mengeksplor komunitas yang ada atau yang potensi untuk dibentuk. Dalam hal ini pihak penyelenggara Sea Games seharusnya sudah mulai atau bahkan sudah melakukan hal ini kepada komunitas - komunitas olahraga ataupun komunitas yang memiliki relevansi terhadap Sea Games.
b.      Meminta Izin atau permisi kepada pihak komunitas untuk bisa bekerjasama atau berkolaborasi dengan pihak penyelenggara Sea Games.
c.       Konfirmasi, belum tentu komunitas yang telah kita minta izin menerima kita, oleh sebab itu diperlukan konfirmasi dari pihak komunitas dan tentu juga konfirmasi dari pihak penyelenggara Sea Games.
Hal terpenting dari confirmation adalah mencari relevansi anatar pihak komunitas dengan pihak penyelenggara Sea Games. Sehingga nantinya komunitas – komunitas ini dapat dibentuk karena memiliki nilai – nilai dan identitas yang sama dengan Sea Games.

3.       Clarification
Clarification hmerupakan tahap ketiga yang harus dilakukan oleh pihak penyelenggara Sea Games kepada komunitas yang telah mengkonfirmasi. Klarifikasi harus dilakukan secara bersama baik komunitas dan pihak penyelenggara Sea Games. Klarifikasi ini perlu dilakukan untuk memperjelas persona atau karakter Sea Games kepada pihak komunitas  yang sudah dikonfirmasikan sebelumnya.  Dalam kalrrifikasi ini, pihak penyelenggara Sea Games harus bisa menjawab, apa itu sebenarnya Sea Games dan apa tujuan pihak penyelenggara Sea Games dalam komunitas tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena persepsi atau positioning dari Sea Games 2011bisa terbentuk dari berbagai pihak : dari pihak penyelenggara sea gamas itu sendiri, dari para pakar, media massa dan masih banyak lagi. Dengan demikian klarifikasi sangat penting karena akan memperjelas keberadaan, kehadiran dan reason for being-nya di tengah komunitas – komunitas yang semakin mudah mendapatkan persepsi yang kabur tentang Sea Games 2011, dengan melakukan klarifikasi secara intensif di tengah dunia yang terkoneksi maka kredibilitas dari Sea Games akan terus terjaga.




TAKTIK
Komponen kedua dari Strategic Place Triangel adalah adalah taktik, Dalam Taktik Pemasaran ini Hermawan Kartajaya membagi elemen taktik menjadi, Codification, Co-Creation, Currency, Communual Activation, Conversation dan Commercialization. Untuk lebih jelas nya akan dijabarkan dibawah ini.
1.      Codification
Diferentiation is Codification, Di era New Wave seperti saat ini diferensiasi saja tidak cukup. Untuk itu dalam penyelenggaraan Sea Games 2011 pihak penyelenggara tidak cukup hanya dengan membuat diferensiasi namun harus dapat mengidentifikasi aspek darinya yang betul – betul berbeda dan bukan hanya di permukaan. Selain itu pihak penyelenggara Sea Games juga harus mampu lebih terkoneksi dengan para calon pelanggan dan pelanggannya nanti sehingga mampu membuat produk dalam Sea Games yang benar – benar berbeda dari acara serupa yang pernah ada. Diferentiation is Codification dapat diartikan bahwa diferensiasi yang dimiliki harus benar – benar otentik, dengan demikian barulah terlihat keunikan yang sakral. Oleh karena itu dalam menciptakn taktik ini harus disusun dan dikodifikasi sebagai bentuk diferensiasi yang bukan saja membedakan di permukaan saja.
2.      Co-Creation
Proses pengembangan produk selalu menarik dan bahkan proses ini merupakan tahapan yang penuh tantangan dan beresiko tinggi. Dalam era New Wave marketing seperti saat ini proses pengembangan prodik tidak lagi dilakukan secara vertical, melainkan sudah dilakukan secara horizontal. Disini pihak penyelenggara Sea Games sebagai produsen harus memberikan peluang yang sama besarnya kepada konsumen untuk ikut aktif dalam pengembangan produk Sea Games. Artinya produk Sea Games nanti merupakan kreasi bersama antara pihak penyelenggara Sea Games dengan konsumen.

Praktik pengembangan produk berbasisikan Co-Creation harus memenuhi beberapa hal sebagai berikut :
1.       Identifikasi perilaku konsumen dalam membeli.
2.       Pilihlah konsumen Anda yang terbaik yang dapat diajak untuk Co-Creation.
Untuk memenuhi dua criteria ini pihak penyelenggara tidak perlu repot – repot dengan melakukan penelitian yang rumit. Pihak penyelenggara Sea Games cukup datang ke komunitas – komunitas yang telah confirm untuk diajak kerjasama seperti yang diutarkan pada startegi diatas. Berikut ini adalah beberapa contoh dari Co-Creation dalam Penyelenggaraan Sea Games 2011 di Indonesia.
1.       Pihak penyelenggara Sea Games mengundang calon pelanggan potensial yang terdapat dalam komunitas – komunitas yang diajak kerjasama untuk ikut mendesain produk – produk Sea Games melalui website yang disediakan oleh pihak penyelenggara. Nantinya desain – desain ini disaring/diseleksi.
2.       Calon pelanggan juga dilibatkan dalam desain tema – tema yang nantinya akan digunakan dalam advertising untuk menjangkau pelanggan potensial.
3.       Calon pelanggan bisa meng-customize yang mereka inginkan selama Sea Games berlangsung.
4.       Libatkan calon – calon konsumen ini dalam dunia online.
3.      Currency
Pricing merupakan kekuatan super, orang bisa beli kartena pricing dan oranh juga bisa tidak membeli karena pricing. Di era New Wave praktik pricing juga mengalami perubahan sebagai berikut :
1.       New Wave adalah era horizontal bukan lagi vertical, sehingga dalam melakukan pricing perusahaan akan melewati proses negoisasi dengan pelanggan. Sehingga Price akan ditentukan bersama bukan lagi oleh satu pihak. Inilah yang juga harus dilakukan oleh pihak Penyelenggara Sea Games sebagai produsen, dimana mereka bisa mengajak calon pelanggan lewat komunitas – komunitas yang telah diajak bekerjasama dalam menentukan Price. Baik itu price tiket saat pembukaan/penutupan atau price dalam setiap cabang olahraga. Selain itu produk – produk lainnya juga dapat ditentukan dengan pihak konsumen.
2.       Karena adanya Connect, dimana dinamika harga akan semakin transparan . Konsumen akan tahu harga yang pas tentang suatu produk. Dan konsumen akan lebih tahu tentang elemen – elemen biaya yang sesungguhnya, karena untuk saat ini hal – hal seperti itu sudah dapat dilacak.
3.       Produsen/pemasar menjual produknya yang di co-create bersama komunitas pelanggan. Artinya produk yang dijual bisa saja dibuat sesuai dengan keinginan pelanggan dan bisa sendiri diciptakan oleh komunal. Karena produk seperti ini sudah milik bersama. Hal ini sesuai dengan
Karena ketiga hal inilah harga menjadi kian relative, layaknya CURRENCY, yang nilai tukarnya ditentukan oleh lima hal, yakni ; supply dan demand, spekulasi, kekuatan fundamental, asumsi- asumsi dan intervensi.
4.      Communual Activation
Place “ dalam New Wave Marketing adalah Communual Activation. Hal ini terjadi Karena dalam tahap pencipaan produk melalui proses Co-Create bersama dengan komunitas pelanggan untuk komunitas, sehingga sudah lumrah kalau distribusinya melalui komunitas. Penyelenggara Sea Games sebagai pihak produsen dapat melakukan communual activation bila memiliki connectin platform yang sifatnya mobile, experiental dan juga sosial yang ada didunia online maupun offline. Dari sini kita dapat lihat bahwa dalam dunia marketing yang horizontal antara strategi dan implementasi pemasaran adalah saling terkait. Hal ini dapat dimulai dari pihak penyelenggara Sea Games dalam hal ini selau produsen dengan communitization atau langkah dalam melakukan praktek komunitisasi. Artinya, pihak penyelenggara Sea Games melakukan eksplorasidan meninjau lebih dalam komunitas – komunitas yang dapat dijadikan pelanggan, baik komunitas olahraga atau lainnya. Setelah menemukan komunitas – komunitas yang ada, maka pihak penyelenggara Sea Games melakukan aktivitas – aktivitas pemasaran bersama mereka.

Melakukan pendekatan komunal tentunya dapat dilakukan oleh semua produsen atau perusahaan, termasuk didalamnya pihak penyelenggara Sea Games.  Yang terpenting adalah pihak penyelenggara Sea Games mau melakukan bukan hanya sekedar mengumpulkan database para anggota/calon pelanggan yang tergabung dalam komunitas yang mau bekerjasama dengan pihak penyelenggara. Namun pihak penyelenggara Sea Gamas harus mampu mengkonek para anggota – anggota setiap komunitas dengan anggota komunitas lain baik didunia online maupun offline. Satu hal yang menjadi penting adalah bagaimana pihak penyelenggara Sea Games memberikan kebebasan bagi para anggota komunitasnya untuk merasakan dan memiliki pengalaman selama Sea Games berlangsung.
5.      Conversation
Pada era seperti saat ini, promosi bukan berarti sekedar memindahkan diri dari media konvensional ke media digital. Namun dalam era New Wave Marketing yang menjadi landasan adalah menghorizontalkan diri dan sadari diri bahwa posisi antara dirinya dan kosumen sudah semakin sejajar. Konsumen semakin memegang kendali dalam segi konteks dan juga konten, mereka kini punya media. Mereka dapat membuat konten sendiri, mereka dapat memberikan input untuk pengembangan produk, mereka bisa , bikin iklan yang mungkin akan lebih baik dari biro iklan, mereka bisa jadi reporter, mereka dapar pula menjadi promotor. Konsumen juga semakin komunal, saling terhubung dengan jaringan yang sosialis. Jadi yang dapat dilakukan oleh penyelenggara Sea Games bukan hanya sekedar memindahkan diri dari konvensional ke media digital. Pihak penyelenggara Sea Games harus sadar akan perubahan lanskap konsumen dan bisnis. Pihak penyelenggara Sea Games harus mampu masuk ke dalam media yang dikendalikan dan dimiliki oleh konsumen, ataupun bila tidak bisa masuk ke dalam konsumen pihak penyelenggara Sea Games bisa membuat connecting platform dimana nantinya pihak penyelenggara Sea Games bisa menjadi penghubung antara masing – masing konsumen dalam maupun antar komunitas. Semua itu dilakukan oleh pihak penyelenggara Sea Gamas bukan atas orientasi untuk berpromosi yang sifatnya membujuk, namun untuk berbincang – bincang dengan konsumen  dan menjadikan Sea Games sebagai ide bahan bincangan antara satu konsumen dengan konsumen lain. Dengan demikian promotion is conversation
6.      Commercialization
Dalam New Wave Marketing, pemanfaatan network dalam proses penjualan menjadi semakin penting dan semakin mudah. Semakin penting karena di era ini peran rekomendasi semakin powerful. Iklan yang jor – joran terbukti tidak seampuh dulu lagi dalam mempengaruhi pilihan konsumen. Rekomendasi dari pelanggan lain ternyatajauh lebih dipercaya dibandingkan iklan – iklan di media massa. Semakin mudah karena segala sesuatu lebih terhubung satu sama lain. Setidaknya ada dua kompetensi utama yang harus dimiliki penyelenggara Sea Games, khususnya karyawan mereka yang langsung ke konsumen.
1.       Kemampuan untuk memetakan dan membangun network yang efektif dalam mendukung proses penjualan produk Sea Games.
2.       Mengoptimalkan Network tersebut untuk mendapatkan konsumen melalui rekomendasi.
Untuk mempertegas pentingnya dua komponen tersebut, terminology selling perlu diubah menjadi Commercialization.

VALUE
Komponen terakhir dari Strategic Place Triangel adalah adalah value. Value terdiri dari tiga komponen yang antara lain : Character , Care dan Collaboration. Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga komponen Value.
1.      Character
Brand is character, di era new wave marketing merek adalah karakter. Karekter ini adalah isi sesungguhnya ( the true self ) dari suatu produk, sedangkan merek adalah ( The Cover ) atau bungkus. Yang menjadi penting bukan lagi brand-building  tapi character building. Sehingga tugas dari penyelenggara Sea Games adalah membangun dan mejaga karekter sesungguhnya sebuah Sea Games. Dalam hal ini pihak penyelenggara Sea Games harus mampu membangun karakter yang baik dan manusiawi agar dapat diterima lebih mudah ditengah komunitas. Pembangunan karekter Sea Games harus berlandaskan nilai - nilai yang terkait dengan kejujuran, saling menghormati, tanggung jawab, prinsip keadilan, peduli satu sama lain dan jiwa merakyat yang horizontal. Tanpa karekter seperti ini Brand di dunia new wave akan kosong lompong.
2.      Care
Dalam dunia yang semakin horizontal seperti saat ini, tidak cukup konsumen sebagai obyek service. Tiap individu harus diperlakukan sebagai subyek service yang turut menentukan jenis layanan yang diperlukan. Dengan kata lain disini yang menurut model RATER (reliability, assurance, tangibles, empathy, responsiveness) adalah yang terbaik, belum tentu sepenuhnya sesuai dengan keperluan konsumen.  Sehungga elemen customer involvement menjadi salah satu komponen pelayanan yang sangat penting. Pihak penyelenggara Sea Games 2011 di Palembang dan Jakarta  harus mampu mengetahui apa yang dibutuhkan bukan apa yang diminta oleh konsumen selama Pra Sea Games, Sea Games dan Pasca Sea Games. Sehingga dalam hal ini konsumen tidak lah selalu menjadi “ Raja “ seperti yang didengungkan perusahaan – perusahaan yang fokus pada pelanggan. Berikut ini yang dapat dilakukan oleh pihak penyelengara Sea Games 2011 :
1.       Pihak penyelenggara Sea Games harus fokus kepada kebutuhan konsumen bukan permintaan konsumen.
2.       Dalam pelaksanaannya pihak penyelenggara Sea Games tidak hanya memberikan service yang diharapkan untuk melebihi ekspektasi pelanggan. Namun dalam era seperti ini pihak penyelenggara Sea Games harus fokus memberikan layanan yang paling relevan dengan kebutuhan dan hasrat konsumen. Dengan seperti ini nantinya akan menciptakan efek “ WOW” yang menjadikan konsumen benar – benar merasa terbantu oleh pihak penyelenggara Sea Games.
3.       Pihak penyelenggara Sea Games juga harus fokus pada memberikan yang terbaik bagi konsumen sehingga mereka menjadi konsumen yang dengan sukarela merekomendasikan Sea Games kepada orang lain.
Di era new wave konsep RATER tidaklah cukup, pihak penyelenggara Sea Games harus menerapkan konsep Care seperti yang telah dijabarkan dalam tiga point diatas.
3.       Collaboration
Di era new wave, yang dapat dilakukan oleh pihak penyelenggara Sea Games dalam mendesain, membuat dan mendistribusikan produk tentunya akan semakin horizontal karena didukung oleh kekuatan connectivity dari teknologi informasi. Sehingga dengan seperti saat ini proses membeli, membuat dan mengirim produk sudah semakin terintegrasi dan transparan, Pihak penyelenggara Sea Games tidak lagi melihat customer sebagai customer atau melihat supplier sebagai supplier, tapi mereka semua adalah mitra. Mitra disini adalah mitra yang memiliki prinsip dasar partnering seperti vision, intimacy dan impact yang selara untuk menghasilkan proses collaboration. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pihak penyelenggara Sea Games dalam collaboration ini, pihak penyelenggara dapat membuat platform – platform seperti pasar online yang menjual tiket dan produk – produk lain Sea Games.

Dengan konsep – konsep new wave marketing yang sedang berkembang seperti saat ini, maka penyelenggaran Sea Games di Indonesia dapat dilakukan dengan konsep seperti diatas, Banyak faktor yang mendukung digunakannya konsep – konsep new wave marketing. Banyaknya komunitas – komunitas olahraga di Indonesia, perilaku konsumen Indonesia yang saat ini lebih senang ke media sosial seperti facebook, twitter dan media – media lain, akses yang semakin mudah dalam menggunakan teknologi informasi. Dengan menggunakan konsep ini maka diharapkan penyelenggaran Sea Games akan berlangsung lebih baik dan dapat menggerakan sebuah sport industry di tanah air yang sangat tertinggal jauh dengan negara – negara lain.

Penulis : Joko Purnomo
Referensi
Kartajaya Hermawan dkk, 2010,  Connect Surfing New Wave Marketing. PT Gramedia Pustaka Utama ; Jakarta.
Kartajaya Hermawan dan Yuswohady, 2005, Attracting Tourists Traders Investors. PT Gramedia Pustaka Utama ; Jakarta.

Rabu, 20 Oktober 2010

Menggunakan Pola Business Administration Thinking dalam Mengelola Gelanggang Olahraga Tri Lomba Djuang sebagai Industri Olahraga


Hal pertama ketika menjadikan Gelanggang Olahraga Tri Lomba Djuang Semarang sebagai salah satu industri olahraga adalah dengan melakukan standarisasi prasarana dan sarana seperti yang tercantum dalam pasal 89 Peraturan Pemerimtah Republik Indonesia No 16 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan olahraga Selain masalah standarisasi sarana dan prasarana diperlukan juga standarisasi pelayanan minimal keolahragaan sebagaimana yang tercantum dalam pasal 92 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 16 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan olahraga.

Dalam mewujudkan itu semua sebaiknya pemerintah daerah kota Semarang melakukan kemitraan dengan pihak swasta dalam mengembangkan GOR Tri Lomba Djuang Semarang sebagai Industri Olahraga  Kemitraan dengan pihak swasta di Indonesia dengan pengelola gelanggang olahraga masih sangat rendah khussunya di daerah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada pegawai pengelola GOR Tri Lomba Djuang Semarang mengenai alasan pihak swasta masih enggan dalam menginvestasikan di GOR Tri Lomba Djuang Semarang adalah masalah keuntungan.

Oleh sebab itu penulis memberikan gagasan mengenai pola Business Administration Thinking dalam mengelola Gelanggang Olahraga Tri Lomba Djuang Semarang yang dapat dipakai oleh industri olahraga lainnya. Dalam pola Businees Administration Thinking terdapat enam faktor yang harus dijalankan tanpa merugikan pihak-pihak yang berkaitan. Berikut ini adalah pola Business Administration Thinking dalam mengelola GOR Tri Lomba Djuang Semarang.
a.       Berpikir secara administratif
Yang perlu diingat dalam industri olahraga adalah tujuan keolahragaan nasional dan prinsip keolahragaan nasional, sehingga dalam menetapkan tujuannya GOR Tri Lomba Djuang harus memperhatikan ke-dua aspek tersebut. Setelah tujuan organisasi ditetapkan langkah berikutnya adalah penyelengaraan kebijakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan tadi  Penyelenggaraan dalam suatu organisasi dilakukan berdasarkan struktur organisasi yang telah ditetapkan, pemimpin harus mampu me-manage dengan baik organisasi ini.
b.      Berpikir secara dagang
Sebagai industri olahraga GOR Tri Lomba Djuang harus mampu memanfaatkan setiap keadaan untuk menarik keuntungan, namum perlu diingat kembali tentang tujuan olahrga nasional dan prinsip keolahragaan nasional. Menurut hasil wawancara Kepala Dinas Pertamanan Kota Semarang A Yudi Mardiana, SH, MM.mengatakan bahwa selama ini memang cara pikir dagang belum maksimal dalam mengelola GOR Tri Lomba Djuang Semarang.
c.       Berpikir secara komersil
Dalam setiap transaksi pengelola GOR Tri Lomba Djuang harus mampu mempertimbanhkan faktor keuntungan, sehingga pendapatan dapat bertanbah. Menurut penuturan Bapak A Yudi Mardiana, SH, MM selaku Kepala Dinas Pertamanan Kota Semarang, mengatakan bahwa memang selama ini pengelolaan GOR Tri Lomba Djuang tidak berfikir secara komersil karena alasan adanya anggaran dari APBD Kota Semarang untuk pemeliharan GOR. Oleh sebab itu sudah saatnya pola pikir komersil dilakukan dengan memperhatikan tujuan olahraga nasional dan penyelenggaraan keolahragan nasional.
d.      Berpikir secara teknologi
Dalam berpikir secara teknologi, pengelola GOR Tri Lomba Djuang harus mampu mempekerjakan dan bekerjasama dengan orang-orang yang ahli di bidangnya, sehingga keefektifan dan keefisienan dapat tercapai. Selain itu dengan mempekerjakan orang yang sesuai dengan bidangnya akan diperoleh mutu yang baik.
e.       Berpikir secara ekonomis
Dalam mengelola, pengelola harus mampu melakukan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.
f.       Berpikir secara sosial
Inilah hal yang paling dilupakan ketika industri itu berjalan. Didalam industri olahraga yang harus diperhatikan adalah tujuan olahraga nasional dan prinsip penyelenggaraan keolahragaan. Ketika GOR Tri Lomba Djuang dijadikan sebagai tempat pelatihan daerah atau nasional sudah selayaknya pengelola harus mampu berpikir secara sosial. Selain itu pihak pengelola harus mampu memperhatikan kepentingan umum baik sebagai konsumen maupun sebagai masyarakat luas.

Dengan memperhatikan ke-enam faktor ini nampak jelas bahwa tingkah laku bisnis olahraga atau industri olahraga akan timbul melakukan pemikiran yang mempertimbangkan beberapa segi termasuk di dalamnya segi sosial, Didalam industri olahraga inilah segi sosial berperan dalam menciptakan tujuan olahraga nasional sesuai yang tercantum di dalam pasal 4 Undang-Undang RI No 3 Tahun 2005 mengenai sistem keolahragaan nasional. Menurut Elmore Peterson (2007; 22) berpendapat bahwa efek dari bisnis dalam hal ini industri olahraga harus memberikan keuntungan bagi pihak yang terlibat, termasuk di dalamnya adalah terciptanya kemandirian keolahragaan.

Dengan polo Business administration thinking pengelolaan GOR Tri Lomba Djuang Semarang dan pengelolaan GOR-GOR lainnya di Indonesia adalah sesuatu yang harus dilakukan dalam kegiatan nindustri olahraga pada era sekarang untuk mewujudkan kemandirian keolahragaan. Pesan inti dari pola business administratiom thinking dalam industri olahraga adalah bahwa kemajuan, keberhasialan dan kemandirian olahraga di Indonesia merupakan bagian dari tanggung jawab sosial dari industri olahraga di masa kini dan mendatang.

Penulis : Joko Purnomo

Selasa, 12 Oktober 2010

MOU ANTARA BUMN DENGAN CABANG OLAHRAGA DILIHAT DARI SISI INDUSTRI OLAHRAGA


Setelah Penandatangan 6 cabang olahraga dengan BUMN pada tanggal 22 September 2010, maka pada hari ini sebanyak 28 cabang olahraga menandatangani MOU dengan pihak BUMN. Inilah awal yang baik bagi perkembangan olahraga di Indonesia, karena dengan diadakanya MOU ini maka permasalahan dana yang dihadapi olah setiap cabang olahraga mulai berkurang namun banyak hal yang dapat diperoleh dari kerjasama ini bila dilihat dari berbagai aspek baik dipihak BUMN dan dipihak cabang olahraga termasuk didalamnya steakholder yang terdapat di cabang olahraga tersebut.

Berikut ini adalah beberapa hal yang terdapat dalam MOU antara pihak BUMN dan Induk Cabang Olahraga :
1.       BUMN akan memberikan bantuan pembinaan atlet dalam bentuk sponsorship yang saling menguntungkan berlandaskan prinsip koorporasi dan profesionalisme. Sedangkan pihak induk organisasi akan menggunakan simbol perusahaan BUMN dalam atribut atlet yang dibina.
2.       promosi bagi atlet berprestasi untuk bekerja di BUMN sesuai keahlian mereka masing-masing. "Atlet berprestasi yang cocok jadi pegawai dan belum mempunyai pekerjaan akan kita tampung sesuai dengan keahlian,

Dilihat dari isi MOU memang, perjanjian ini hanya fokus terhadap pembinaan atlet dan sarana promosi bagi BUMN yang menjadi “ Bapak Angakt “, pada hal banyak hal yang dapat diperoleh dari kerjasama ini. Jangan sampai peristiwa Gudang Garam dalam membina atlet tenis meja terulang kembali, dimana para atlet yang tadinya dibina dipulangkan kepada negara. Apalagi perjanjian MOU ini hanya sampai tahun 2014. Seharusnya pihak Kementerian Pemuda dan Olahraga juga mengajak BUMN tersebut untuk memberikan pendidikan sport industry kepada pengurus – pengurus induk organisasi agar ketika MOU ini selesai pada 2014 mampu mandiri dan tidak tergantung kepada pemerintah.

Kita bisa melihat kesuksesan PT Djarum dengan Djarum Bhakti Olahraga nya, mereka tidak hanya membina para atlet untuk berprestasi nasional dan internasional. Namun yang dilakukan PT Djarum adalah mereka juga memberikan pelatihan – pelatihan Sport Industry kepada para pengurus – pengurus PB Djarum untuk mampu mandiri dengan tujuan apabila suatu hari terjadi kebangkrutan atau hal – hal yang menyebabkan PT Djarum tidak mampu lagi menyuplai dana ke PB Djarum, PB Djarum mampu menghidupi sendiri rumah tangganya. Pelatihan – pelatihan yang dilakukan adalah seperti sport marketing, Sport Acounting dan lainya. Ini terbukti dari hasil riset yang dilakukan pada tahun 2009 membuktikan bahwa ketergantuan PB Djarum terhadap PT Djarum semakin berkurang dan mereka justru mampu menarik investor untuk mau bekerjasama dengan PB Djarum. Perkembangan industri olahraga di PB Djarum terbukti pula telah melahirkan prestasi tingkat dunia. Inilah yang seharusnya dapat dilakukan ketika perjanijian antara pihak BUMN dan Induk Organisasi Olahraga berlangsung.

Masih banyak anggapan orang yang mengatakan bahwa industri olahraga adalah sebuah strategi untuk mengkomersilkan olahraga adalah anggapan yang sangat salah. Industri olaharga bertujuan untuk menciptakan kemandirian suatu cabang olahraga agar mereka tidak tergantung kepada Pemerintah dalam permasalahan dana dan lainnya. Contoh tersebut dapat dilihat dari keberhasilan PT Djarum dalam mengarahkan PB Djarum sebagai industri olahraga.  Dan yang sekarang sedang dilakukan oleh PT Djarum melalui PD Djarum adalah bagaimana para atlet – atlet binaan PB Djarum mampu mem-branding dirinya sendiri.

Namun ditengah kekurangan ini, kita semua menyambut baik adanya MOU antara pihak BUMN dengan pihak Induk Cabang Olahraga. Semoga seluruh steakhoder olahraga menyanbut ini dengan semangat baru untuk meraih prestasi yang lebih baik lagi. Berikut ini adalah daftar BUMN dan Induk Olahraga yang dibinanya.

1.       Judo – PT Bank Tabungan Negara dan PT Perusahaan Pengelola Aset
2.       Baseball dan Softball – PT Asuransi Jasa Raharja
3.       Renang – PT Jasindo dan PT Jasa Marga
4.       Taekwondo – PT Bank Bukopin
5.       Pencak Silat – PT Askes
6.       Atletik – PT Bank Mandiri
7.       Tenis Meja – PT Angkasa Pura 1 dan PT Pos Indonesia
8.       Wushu – PT Angkasa Pura 2
9.       Angkat Besi dan Angkat Berat – PT Kereta Api Indonesia dan PT Perkebunan Nusantara
10.   Dayung – PT Pelindo 1
11.   Layar – PT Pelindo 2
12.   Ski Air – PT Pelindo 3
13.   Diving – PT Pelindo 4
14.   Tinju – PT Pupuk Sriwijaya
15.   Futsal, Anggar, Panjat Tebing dan Taekwondo – PT Perkebunan Nusantara  I-XIV dan PT RNI
16.   Kano – Perum Jasa Tirta 1 dan Perum Jasa Tirta 2
17.   Panahan – Perum Perhutani
18.   Bulutangkis – PT Semen Gresik dan PT Pertamina
19.   Balap Sepeda – PT Telkom Indonesia dan PT Telkomsel
20.   Bolling – PT Gas Negara dan Perum Pengadaian
21.   Sepak Bola – PT Bank Mandiri, PT Telkom Indonesia, PT Telkomsel, PT Pertamina, PT Tambang Batu Bara Bukit Asam dan PT Semen Padang.
22.   Catur – PT PLN
23.   Bridge – PT Timah
24.   Menembak – PT Pindad
25.   Basket – PT Krakatau Steal
26.   Biliar – PT Pembangunan Perumahan
27.   Kempo – PT ANTAM
28.   Senam – PT Jamsostek
29.   Paralayang – PT Dirgantara Indonesia
30.   Polo Air – PT PAL, PT DKP dan PT DKS
31.   Dragon Boat Race – PT ASDP
 Bola Voli - PT BNI 46
 Karate - PR BRI
 Sepak Takraw - Bulog
 Tenis - Garuda Indonesia
  Golf - PT Adi Karya dan PT Wijaya Karya