Sabtu, 20 November 2010

BELAJAR DARI GHUANGZHO BUKAN MENIRU GHUANGZHO


Ghuangzho berhasil memukau berjuta – juta pasang mata pada acara pembukaan Asian Games XVI tahun 2010. Keunikan, Kemegahan dan Kejutan, itulah yang mungkin bisa diperbincangkan masyarakat Asia atau bahkan Dunia ketika melihat acara pembukaan Asian Games XVI di Ghuangzho China. Pembukaan yang berlangsung di Pulau Haixinsha di Sungai Mutiara (Pearl River) Guangzhou China adalah suatu bukti bahwa Ghuangzho berhasil menyusun Diferensiasi, karena selama ini pembukaan – pembukaan event olahraga hanya berisi devile atlet dengan cara memutari stadion. Namun dalam pembukaan Asian Games, Ghuangzho memberikan keunikan dengan menampilkan prosesi yang tidak biasa dilakukan, yaitu memadukan kekhasan kota dengan aliran Sungai Mutiara atau Pearl River yang dibalut dengan kemasan even berteknologi dan inovasi mutakhir. Kunci Keberhasilan Ghuangzho adalah mereka berhasil menyusun tak –tik Diferensiasi produk (Produk yang dimaksud adalah Acara Pembukaan Asian Games XVI). Diferensiasi tidak hanya menciptakan sebuah perbedaan terhadap produk, namun bagaimana sebuah Perusahaan/Organisasi mampu mengintegrasikan Konten, Konteks dan layanan kepada pelanggan.

Konten adalah dimensi dari diferensiasi yang menunjuk pada “ apa “ nilai yang ditawarkan kepada pelanbggan (Kartajaya ; 12; 2007).  Inilah yang berhasil dilakukan oleh Ghuangzho, mereka berani menawarkan sebuah perbedaan pembukaan acara multi event olahraga/ Ghuangzho menampilkan prosesi yang tidak biasa dilakukan, yaitu memadukan kekhasan kota dengan aliran Sungai Mutiara atau Pearl River yang dibalut dengan kemasan even berteknologi dan inovasi mutakhir. Untuk memperkenalkan para kontingen dari berbagai negara mereka menggunakan perahu hias dari setiap negara, dimana para anggota yang mengikuti devile menggunakan pakaian adat dari negara asalnya. Selain itu dalam prosei penyalaan obor pun Ghuangzho berhasil memukau dengan perbedaan – perbedaan yang selama ini jarang atau belum pernah dilakuakn dalam event seperti itu. Pelari pertama pembawa obor berlari diatas air dan kemudian apai dinyalakan seperti menyalakan petasan.  Inilah yang diberikan Ghuangzho kepada masyarakat Asia (pelanggan).

Selain Konten, Ghuangzho pun memperhatikan detail tentang dimensi diferensiasi lainya, yaitu Konteks. Konteks adalah dimensi yang menunjuk pada “ cara “ menawarkan nilai kepada pelanggan, kalau konten berbicara mengenai what to offer, maka konteks berbicara mengenai how to offer (Kartajaya ; 13 ; 2007). Sejak Asian Games Doha 2006, Ghuangzho telah memikirkan bagaimana cara membedakan diri mereka dari event – event olahraga berdasarkan bagaimana cara Ghuangzho menawarkan nilai kepada masyarakat (pelanggan). Ketika event – event olehraga lain berpromosi melalui seluruh media, Ghuangzho melakukan itu dengan cara membangun komunitas di dalam negerinya dan membangun komunitas melalui situs resmi Asian Games. Inilah cara yang dilakukan oleh Ghuangzho dalam menjual sebuah event olahraga, tidak lupa mereka bekerjasama dengan biro-biro perjalanan di seluruh dunia dalam hal menjual event Asian Games.

Selain konten dan konteks, Ghuangzho juga memikirkan betul Infrastruktur. Infrastruktur adalah faktor – faktor pemungkin terrealisasikannya diferensiasi konten maupun konteks di atas (Kartajaya ; 14 ; 2007). Dengan memiliki diferensiasi pada infrastruktur, Ghuangzho sudah berpikir bahwa pentingnya diferensiasi ini. Ghuangzho membedakan diri dari event – event olahraga sejenis berdasarkan kemampuan teknologi,              kapabilitas Sumber Daya Manusia dan kepemilikan fasilitas untuk mendukung penciptaan diferensiasi konten dan konteks. Dari segi Kemampuan teknologi, Ghuangzho sangat lah memukau dengan teknologi yang luar biasi tinggi, itu dapat dilihat dari gelagar pesta kembang api yang sangat berbeda dari event – event olahraga sejenis, Belum lagi bagaimana Ghuangzho dalam teknologi di dalam air ketika pembukaan sangatlah berbeda. Mereka membuat pertunjukan kolosal di atas sungai dengan teknologi tinggi. Penataan cahaya sangatlah trelihat indah, semua ini menggunakan teknologi tingkat tinggi. Dari sisi Sumber Daya Manusia, Ghuangzho benar – benar memilih orang yang sangat kreativ dan pekerja keras. Tidak mungkin tanpa orang – orang tersebut tercipta acara pembukaan yang sangan berbeda. Dari segi fasilitas, Ghuangzho telah memikirkan betul hal ini, pembangunan sarana dan prasarana serta transportasi yang telah diatur sedemikian rupa sangat memudahkan pengunjung, Belum lagi disediakannya pusat informasi yang sangat besar dan megah dengan menggunakan teknologi tinggi.

Ghuangzho telah berhasil menciptakan sebuah diferensiasi yang kukuh, mereka mampu mengintegrasikan konten, konteks dan infrasutruktur yang membuat jutaan mata terkagum – kagum malam itu. Dari sini kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa Ghuangzho berhasil menciptakan keunikkan sehingga sulit ditiru, bahkan London yang akan menjadi tuan rumah olimpiade 2012 mengatakan bahwa mereka tidak sanggup untuk menyamakan China.  Ghuangzho memang menyusun diferensiasi dari berbagai macam aktivitas yang cukup banyak dan kompleks serta antar aktivitas tersebut saling terkait satu sama lain. Dan yang paling penting adalah Ghuangzho menciptakan diferensiasi berdasarkan asset yang dimiliki Ghuangzho itu sendiri, hal ini dapat dilihat dari acara pembukaan merupakan unsur budaya lokal yang memang sulit ditiru. Hal lain yang dapat diperhatikan adalah keberhasilan Ghuangzho memberikan nilai yang terbaik bagi masyarakat/pelanggan dan yang terakahir adalah diferensiasi Ghuangzho adalah keunggulan dibandingkan event – event olahraga sejenis. Ghuangzho harus diakui berada setingkat lebih tinggi dari pada event – event olahraga lain, karena mereka berhasil menciptakan inovasi yang membuat orang tidak menyangka. Dari Ghuangzho ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil, dalam sebuah era olahraga yang telah memasuki industri olahraga, sebuah event olaharaga harus memiliki brand yang berbeda dan unik. Ciptakan excellent value dari keunikan tersebut. Tahun depan Indonesia akan menjadi tuan rumah Sea Games, sangat menyayangkan ketika salah satu petinggi di Kementerian Pemuda dan Olahraga mengatakan bahwa kita bisa meniru acara pembukaan Ghuangzho dengan cara menggunakan sungai musi. Seharusnya kita dapat menciptakan diferensiasi sendiri. Kita memang harus belajar banyak dari Ghuangzho bukan meniru dari Ghuangzho.

Daftar Pustaka
Kartajaya Hermawan, 2007, Differentiation , Bandung ; PT Mizan Pustaka
Antara News , Asian Games 2010 Bernuansa Air , 13 November 2010.

Penulis : Joko Purnomo, SAB

Jumat, 05 November 2010

NATIONAL BASKETBALL LEAGUE (NBL) MENUJU SPORT INDUSTRY


Tahun 2009 adalah tahun terburuk dalam sejarah liga basket nasional selama 20 tahun, hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat Indonesia yang terus menurun setiap pertandingan liga basket. Kelesuan liga basket ini  berimbas pula pada prestasi bola basket Indonesia. Pada saat itu nama liga basket Indonesia adalah Indonesian Basketball League (IBL), melihat semakin turunnya animo masyarakat dan prestasi ini membuat seluruh perwakilan klub basket menemui PT DBL Indonesia untuk duduk bersama untuk membahas masalah ini. “ Liga dalam keadaan terburuk dalam 20 tahun terakhir “ begitulah yang diungkapkan oleh para pengurus klub basket seluruh Indonesia. Mereka melihat bahwa PT DBL Indonesia yang bermarkas di Surabaya ini berhasil dengan sukses dalam menyelenggarakan Liga Basket Pelajar yang sangat fantastis. Setelah melakukan pertemuan ini pihak DBL belum secara langsung menerima tawaran para pengurus klub basket itu, namun setelah berbincang dengan beberapa ahli di dalam dan luar negeri pihak DBL pun bersedia untuk mengelola liga basket di Indonesia ini.

Dan setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, kini kompetisi liga tertinggi nasional memasuki era baru, era dimana liga basket di kemas secara sport industry. Perubahan pun dilakukan besar – besaran. Tepat tanggal 25 Mei 2010 di launching sebuah brand baru pengganti IBL yaitu National Basketball League (NBL). Lalu bagaimana konsep yang dilakukan oleh pihak DBL dalam membangun sebuah NBL menjadi sport Industry di Indonesia ? Mari kita cermati strategi yang dilakukan DBLberikut ini.

Repositioning Liga Basket
PT DBL Indonesia sebagai pihak pengelola liga basket tertinggi di Indonesia mulai me-repositioning liga dengan cara mengganti nama IBL menjadi NBL, mengganti logo, membuat tag line baru. Hal ini dilakukan karena pihak penyelenggara menyadari bahwa selama kurun waktu 20 tahun liga basket selalu mengalami penurunan yang drastis, nama IBL sudah identik dengan liga basket yang sepi penonton yang tidak heboh.  Bahkan pengamat olahraga basket ada yang berkata bahawa “, IBL tidak lagi berawal dari nol, melainkan harus diulang dari minus sepuluh “. Dengan alasan sepert itu lah maka pihak penyelenggara perlu me-repositioning liga basket tertinggi di tanah air salah satunya dengan mengganti IBL menjadi NBL. Dengan me-repositioning paling tidak NBL dapat diulang dari nol kembali. Penyelenggara mengambil tagline “ For Indonesia “, bila dilihat dari tagline ini bahwa NBL merupakan liga yang didedikasikan untuk Indonesia. Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh Bella Erwin Harahap selaku Ketua Dewan Komisaris NBL Indonesia yang mengatakan bahwa “ NBL akan selalu mendukung basket tanah air dan akan mengembalikan lagi kejayaan bola basket professional di Indonesia “. Bila dilihat dari logo baru yang cukup simpel berwarna merah putih mengartikan bahwa liga ini dilahirkan untuk berusaha kembali ke masa emas bola basket Indonesia.

Daru uraian diatas, rasanya kita perlu mengingat kembali hakikat dari positioning adalah untuk membangun dan mendapatkan kepercayaan dari pelanggan. Dengan repositioning IBL ke NBL bertujuan untuk merubah persepsi masyarakat pencinta basket pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dari yang tadinya liga basket adalah liga yang sepi dan jarang penuh sensasi menjadi sebuah liga yang lahir baru dengan harapan liga ini penuh dengan keramaian dan sensasi tersenderi bagi mereka yang menontonnya. Dari repositioning tersebut saya mengambil kesimpulan bahwa :
1.      Positioning NBL dapat dipersepsikan secara positif oleh masyarakat, sehinngga ketika masyarakat sudah memiliki persepsi positif mereka akan reason to buy.
2.      Positioning NBL memiliki keunggulan yang kompetitif dan mencerminkan kekuatan. “ for Indonesia “ berarti basket untuk Indonesia merupakan janji yang diberikan pihak penyelenggara kepada masyarakat. Sekarang tinggal bagaimana pihak penyelnggara mampu memberikan janji tersebut.
3.      Walaupun simpel, positioning yang dilakukan NBL sangat mudah untuk diingat oleh masyarakat,
4.      Positioning NBL sangat relevan dengan berbagai macam perubahan yang terjadi baik itu dilingkungan perkembangan bola basket, lingkungan bisnis dan lingkungan eksternal lainnya.

Yang harus diperhatikan oleh pihak penyelenggara NBL, bahwa mereka harus sanggup pula menjawab apa itu NBL, tujuannya apa dan sebagainya kepada masyarakat. Klarifikasi ini perlu dilakukan secara terus menerus agar persepsi dan positioning NBL tetap terjaga dan akan memperjelas kehadiran sebuah liga basket NBL ditengah masyarakat.

NBL Sebuah Industri Olahraga

NBL merupakan sebuah industri olahraga yang menjual kegiatan cabang olahraga sebagai produk utamanya yang dikemas secara professional. Namun yang perlu diingatkan adalah bahwa setiap industri olahraga di Indonesia wajib memperhatikan tujuan olahraga nasional dan prinsip penyelenggaraan keolahragaan. Sehingga tujuan NBL tidak hanya mendapatkan keuntungan dari segi bisnis saja, namun dengan NBL nantinya dunia basket Indonesia akan semakin mandiri, professional dan memperoleh prestasi. Bagaimana pihak DBL selaku pemegang lisensi NBL membuat strategi NBL ?

Hal pertama yang dilakukan oleh DBL adalah sudah tepat dengan me-repositioning IBL menjadi NBL. Selain melakukan repositioning pihak DBL juga mulai memperhatikan standar – standar internasional dalam liga kali ini. Hal ini dapat dilihat dari kompetisi NBL yang dilakukan pada akhir tahun dan berakhir pada awal tahun. Selain itu NBL juga menyelenggarakan kompetisi resmi preseason (pramusim) sebelum musim regelur diselenggarakan dan pada akhir penyelenggaraan akan ditutup dengan Championship Series dimana 8 klub terbaik akan berkumpul di satu tempat, lalu saling menggugurkan lewat sistem single game elimination. Tim yang bertahan sampai akhir akan dinobatkan sebagai champion NBL Indonesia. Tidak hanya dari segi kompetisi yang dibuat sesuai standar internasional, hal ini juga menyentuh regulasi – regulasi aturan – aturan permainan bola basket yang telah diatur oleh FIBA. Hal paling mendasar dari regulasi FIBA 2010 adalah perubahan bentuk garis-garis lapangan. Salah satunya garis jarak tembakan tiga angka yang semakin jauh. Sebelumnya, jarak tembakan tiga angka adalah 6,25 meter. Dalam aturan baru, jaraknya bertambah 0,5 meter menjadi 6,75 meter. Selain kedua regulasi tadi pihak penyelenggara juga membuat regulasi dresscode rapi para pelatih dan ofisial. Pelatih wajib mengenakan kemeja lengan panjang, dasi, jas, celana panjang kain, dan sepatu fantovel saat mendampingi tim bertanding. Aturan yang sama berlaku untuk ofisial tim lain, serta pemain yang tidak bertanding tapi duduk di area bench. Khusus pertandingan hari Jumat, ofisial dan pemain mengenakan batik lengan panjang. Sementara para pemain wajib mengenakan polo shirt (dimasukkan), celana panjang, dan sepatu saat menonton pertandingan di atas tribun. Peraturan juga berlaku bagi ofisial tim yang sedang menonton. Dan pada aturan jersey NBL Indonesia setiap tim boleh memiliki tiga set jersey. Satu warna, satu putih, dan satu alternate design. Warna jersey harus ada yang dominan (80 persen). Lutut pemain harus terlihat. Standar – standar internasional yang baru diterapkan pada NBL ini menjadi sangat penting, sebab untuk menjadi sebuah industri olahraga yang professional sebuah produk harus memenuhi standar – standar yang telah ditentukan.
Dalam segi kemasan pun NBL benar – benar dibuat aktarktif, tidak hanya menawarkan pertandingan yang seru, namun juga diselarsakan dengan hiburan – hiburan dan interior – interior Gelanggang Olahraga yang dipakai. Satu hal yang dibuat oleh pihak penyelenggara dalam kompetisi NBL adalah dengan menerapkan seluruh kompetisi NBL pada GOR – GOR yang dekat dengan masyarakat. Tujuannya adalah untuk menarik animo masyarakat agar tertarik datang untuk menonton.
Selain strategi ini, pihak penyelenggara sangat terlihat jelas dalam segi marketing menggunakan komunitas pencinta basket sebagai sarana untuk mengembangakan strategi pemasaran NBL. Hal ini dapat dilihat dari seringnya pihak NBL menyelenggarakan kegiatan – kegiatan seperti memberikan pelatihan gratis kepada anak – anak remaja di klub – klub basket dengan megajak para pemain NBL disela – sela pertandingan atau bahkan sebelum liga NBL mulai. Selain itu mereka juga mengujungi SMA – SMA di Indonesia untuk memberikan pelatihan basket kepada mereka. Program – program sosial yang melibatkan pemain – pemain NBL pun sering dilakukan oleh pihak penyelenggara, mengujungi panti asuhan, pertandingan amal dan kegiatan sosial lainnya. Dengan kegiatan – kegiatan seperti ini akan membuat persepsi masyarakat atau konsumen menjadi positf terhadap NBL.
Bagaimana Hasilnya ?
Dalam laga perdana yang dimulai di Surabaya sejak tanggal 16 sampai dengan 24 oktober semua pihak mulai dari penyelenggara, official club, para pemain bahkan pihak Perbasi selaku induk olahraga bola basket Indonesia merasa terkejut karena kehebohan NBL seri pertama di Surabaya melebihi apa yang diharapkan. Pihak penyelenggara hanya menargetkan 1000 penonton dalam setiap hari, karena sebelum – sebelumnya liga basket hanya ditonton 250 orang/hari. Dan ketika seri perdana di buka jumlah penonton tiap hari mencapai 5500 orang. Tidak hanya itu semua penonton, pemain dan lainya merasa kagum karena kehebohan – kehebohan yang terjadi selama penyelenggaran seri Surabaya into. NBL berhasil membuat para pencinta basket terbius oleh sebuah kompetisi dan hiburan yang membuat mereka merasakan sebuag pengalaman yang tak terlupakan.Roh basket Indonesia pun mulai bergeliat kembali dan era sport industry dalam sebuah liga pun sudah tiba.

Penulis Joko Purnomo

Selasa, 02 November 2010

“ BRAND WITH CHARACTER “ MEM-BRANDING SEORANG ATLET


Dunia pemasaran yang semakin horizontal menyebabkan merek menjadi karekter. Merek merupakan isi luar dari suatu produk atau kemasan dari suatu produk sementara karakter adalah isi sesungguhnya dari sebuah produk. Oleh sebab itu dalam tulisan kali ini saya akan mencoba menguraikan bagaimana seorang atlet mampu tumbuh secara berkesinambungan dan akhirnya memperoleh prestasi yang membanggakan dan juga sebuah prestasi lain seperti mendapatkan sponsor bagi dirinya sendiri dan akhirnya mampu mandiri. Selama ini jarang atlet Indonesia yang mampu menjual dirinya sendiri kepada pihak sponsor padahal banyak atlet Indonesia yang memiliki prestasi mendunia, oleh karena itu dalam tulisan ini saya mencoba bagaimana seorang atlet mampu tumbuh secara berkesinambungan untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi dilihat dari sudut pandang sport industry.

Karakter dapat didefinisikan sebagai “ cirri khas “ yabg dimiliki oleh seorang individu (Kartajaya; 3; 2010).  Ciri khas tersebut adalah “ asli “ dan mengakarpada kepribadian seseorang dan merupakan “ mesin “ yang mendorong bagaimana seorang bertindak , bersikap, berujar dan merespon seseuatu. Ciri khas ini pun yang diingat oleh orang lain tentang orang tersebut dan menentukan suka – tidak suka seseorang terhadap sang individu. Karekter memungkinkan seseorang untuk mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan karena karekter memberikan kosistensi, integritas dan energy. Orang yang memiliki karekter yang kuat akan memiliki momentum untuk mencapai tujuan. Sementara yang memiliki karekter mudah goyah, akan lebih lambat bergerak.

Karekter yang kuat memiliki charisma, yaitu daya tarik dan kemampuan menimbulkan rasa percaya bagi orang – orang yang mengenalnya. Untuk memiliki charisma maka setiap individu harus memiliki tiga hal sebagai berikut :

1.      Excellence
Excellence adalah sikap yang memungkinkan seseorang selalu memberikan yang terbaik dalam setiap karyanya (Kartajaya; 3; 2010). Seorang atlet yang memiliki Excellence akan selalu menjadi panutan masyarakat, karena atlet tersebut dipercaya bisa menjadi yang terdepan dalam olahraga yang ditekuninya. Bukankah dalam dunia marketing ada istilah “ Tidak ada tempat untuk si No 2 “. Masyarakat akan selalu jauh lebih menghargai orang yang bisa menjadi no. 1 dalam bidangya. Dalam dunia marketing, Excellence berada di positioning, karena seseorang atlet harus memposisikan dirinya sebagai atlet yang terbaik dalam cabang olahraga yang ditekuninya. Dan ketika seorang atlet sudah berhasil mengklarifikasi bahwa ia adalah atlet yang terbaik di bidang olahraganya di mata setiap orang, maka konsep diri atlet tersebut sudah berhasil menghorizontal ( Diakui dari mulut ke mulut) atau dalam istilah marketing atlet ini telah mencapai Clarification of Positioning. Berikut ini adalah elemen – elemen konsep excellence menurut Micheal Hermawan.
a.      Commitment atau Purpose
It is not about winning it self but about paradigm to win! We must consciously choose excellence. Disini ditekankan bahwa setiap atlet harus memiliki keinginan untuk tidak menjadi yang “ biasa – biasa saja “. Setiap atlet harus memiliki hasrat untuk menang mutlak. Dan tanpa elemen ini tidak mungkin ada hasrat untuk mencapai excellence.
b.      Opening Your Gift atau Ability
Every Person in the world has the ability to be Excellent in at least one area. See your inner potential. Setelah memiliki paradigma untuk menang, perlu modal untuk mencapai kemenangan tersebut , yaitu kemampuan. Setiap Atlet adalah orang – orang terpilih yang diberi Tuhan sebuah Anugerah memiliki kemampuan dalam cabang olahraga. Tetapi tidak cukup hanya dengan bakat yang diberikan oleh Tuhan , setiap atlet harus dikembangkan terus menerus sehingga benar – benar menjadi suatu ability yang dapat membawa seorang atlet menjadi excellence.
c.       Being The Best You Can Be atau Motivation
It is not about talent. It is about getting the best shape possible given our God given potential. Excellence bukan semata – mata mengenai talenta yang diberikan Tuhan, tapi juga mengenai motivasi untuk memaksimalkan apa yang sudah dimiliki. Percuma memiliki talenta tapi tidak pernah punya keinginan untuk bekerja keras.
d.      Continuous Improvement
We must set the bar and continually raise it from time to time. Orang Jepang menyebutnya Kaizen. Besok harus lebih baik dari hari ini. Jangan berpuas diri pada apa yang sudah dicapai saat ini.
           
            Salah Seorang atlet yang menurut saya memiliki sikap excellence adalah Suryo Agung Wibowo. Orang tecepat di Asia Tenggara ini memliki pola pikir untuk mejadi yang terbaik dalam setiap ajang olahraga yang dia ikuti.  Suryo memiliki pola pikir untuk menang dan karena Suryo memiliki hasrat untuk tidak menjadi biasa saja dalam olahraga yang digelutinya. Walupun gagal menjadi pemain Persis, Suryo menyadari akan kelebihannya yaitu kecepatan, walaupun kepindahan ia ke nomor lari kebetulan, namun suryo memiliki kesadaran akan bakatnya di dunia olahraga. Kesadaran akan kemampuan yang dimilikinya ini terus diolah oleh Suryo, terbukti dalam ajang Sea Games 2007 di Thailand, Suryo berhasil memperoleh 2 medali emas di nomor 100 dan 200 meter. Tahun 2008 di ajang olimpiade Suryo sangat menyesal karena ia tampil di bawah performa terbaiknya. Namun justru ini yang membuat seorang Suryo Agung Wibowo tidak berpuas diri dengan hasilnya selama ini. Terbukti dalam ajang sea games 2009 Suryo Agung Wibowo berhasil memperoleh 2 medali emas. Dan yang sangat membuat bangga bagi masyarakat Indonesia adalah Suryo berhasil memecahkan rekor Sea Games atas nama nya sendiri dari 10.25 menjadi 10.17,dan Suryo berhasil memecahkan rekor nasional dari 10.20 menjadi 10.17 yang selama 20 tahun bertahan. Inilah salah satu contoh sikap excellence yang dimiliki oleh seorang atlet di Indonesia.
           
            Dari uraian contoh diatas kita dapat ambil kesimpulan bahwa, hanya dengan excellence seorang atlet akan menjadi lebih unggul dari yang lain. Jika tidak pernah berkeinginan untuk melakukan sesuatu yang lebih atau sesuatu yang belum pernah dicapai orang lain, seorang atlet tidak akan dapat berkembang sampai batasan tertentu. Dari contoh diatas excellence mengacu kepada keinginan untuk mencapai sesuatu standar kualitas yang selalu lebih tinggi. Hal ini pula yang sangat jelas terlihat pada Suryo Agung Wibowo.
2.      Profesionalism
Profesionalism dapat didefinisikan sikap disiplin dalam profesi yang mendorong seseorang untuk bersikap tepat dan sesuai keadaan dan memiliki kemampuan yang memadai (Kartajaya; 10; 2010). Yang perlu diingat bahwa sikap ini mencakup seluruh interaksi yang terjadi dalam profesinya. Salah satu ciri profesiaonalisme adalah keinginan untuk selalu “ in control “ dan “ well-prepared “ dalam kehidupan sehari – hari. Lalu bagaimana profesionlisme berkaitan dengan perkembangan suatu atlet ? Profesionalism mendorong terciptanya kredibilitas dan kepercayaan seorang atlet, dua hal ini yang sangat krusial jika ingin membentuk hubungan jangka panjang dengan pihak ketiga (pelatih, penggemar maupun pihak sponsor). Sikap ini lah yang akan menjadi diferensiasi dari seorang atlet, sehinga dalam dunia marketing professionalism kait eratannya dengan differentiation. Dan ketika professionalism yang sudah mengakar dalam seorang atlet dan diakui secara luas oleh para kerabat dan orang lain, bisa dikatakan sudah masuk ke dalam DNA orang tersebut, sehingga dalam dunia yang semaikin horizontal professionalism terdapat dalam tataran codification of differentiation. Profesionalisme akan nyata bila seoarang atlet memiliki 4 Ciri sebagai berikut :
1.      Keinginan untuk memperbarui pengetahuan, yang berarti secara aktif mencari ilmu baru dan tidak sekedar hanya menunggu diajari.
2.      Memiliki sense of business, dimana selalu dapat melihat setiap kegiatan yang dilakukan dalam bidangnya dalam konteks business.
3.      Kemauan untuk melayani, dimana orang tersebut tidak ragu untuk membantu dan melayani siapapun.
4.      Kemampuan untuk bekerjasama dengan siapapun dalam lingkup bidang yang sedang digelutinya.

Dalam dunia olahraga salah satu atlet yang memiliki sikap professionalism ini adalah seorang Taufik Hidayat. Pebulutangkis kelahiran 10 Agustus 1981 ini memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang hal – hal baru, hal ini bisa diliat dari cara permainan ia yang selalu kreatif dan imajinatif dengan pukulan – pukulan yang unik dan jarang dimiliki oleh lawan – lawannya. Pukulan – pukulan ini lah yang banyak ingin ditiru oleh anak – anak muda yang bergelut di dunia bulutangkis. Taufik Hidayat juga seorang atlet yang memiliki insting bisnis yang luar biasa bagus, dengan menggandeng sponsor pribadinya Yonex Sunrise Ia membrading Taufik Hidayat Line (THL) dengan mengeluarkan busana olahraga. Dengan instingnya ini Taufik Hidayat merupakan salah satu olahragawan terkaya lewat sponsorship berbagai macam brand. Selain itu Taufik Hidayat memiliki sikap membantu dan melayani sesama teman di bulutangkis maupun di dunia luar lainnya, hal ini dapat dilihat ketika ia memutuskan keluar dari pelatnas bulutangkis ia tetap mau untuk memberikan pelajaran kepada adik – adiknya di pelatnas. Selain itu Taufik Hidayat memiliki kepekaan terhadap masalah – masalah diluar dunia olahraga, ia ikut serta dalam mendukung 1000 raket untuk Haiti ketika Haiti diguncang gempa besar. Hal yang mungkin jarang dimiliki oleh seorang atlet adalah kepemimpinannya, namun Taufik Hidayat memiliki kepempinan yang sangat baik, hal ini terbukti ketika Piala Thomas 2010 yang berlangsung di Kualalumpur, Taufik mampu mengayomi junior – juniornya walupun ia bukan pemain pelatnas lagi, hal lain yang perlu diapresiasi adalah ia mampu menyatukan Tim Thomas Indonesia yang kala itu terdiri dari pemain pelatnas dan non-pelatnas. “Tinggalkan perbedaan, saatnya menjadi satu dalam kata, niat, semangat dan target." Itulah kata – kata yang diucapkan oleh Taufik Hidayat. Dari sini sangat lah jelas sosok Taufik Hidayat adalah seorang professional yang komplit karena memiliki 4 ciri yang telah disebutkan diatas. Lewat Professionalism ini Taufik Hidayat mampu mem-branding dirinya sendiri.



3.      Ethics
Ethics adalah prinsip – prinsip yang menentukan tingkah laku seseorang serta mengarahkannya dalam mengambil keputasan (Kartajaya; 20; 2010). Ethics mampu membedakan antara yang benar dan mana yang salah. Sehingga ethics adalah sesuatu yang kunci untuk menjadi insan yang memiliki keluhuran budi pekerti. Kaitan ethics dengan pengembangan seorang atlet adalah dengan memiliki sifat ethics seorang atlet akan banyak mempunyai penggemar yang sangat loyal terhadapnya. Bagi seorang atlet memiliki sikap ethics merupakan modal dasar untuk berinteraksi secara beradab dengan orang – orang disekitarnya dan ethich merupakan suatu kunci bagi seorang atlet dalam mengembangkan kariernya. Pengelompokan nilai – nilai etika dapat dikelompokkan menjadi enam pilar sebagai berikut :
1.      Trustworthiness
Trustworthiness mengacu kepada perilaku tidak berbohong dan tidak berdusta, serta berani membela kebenaran. Inilah komponen paling dasar yang harus dimiliki dalam setiap pribadi seorang atlet dan orang lain. Trustworthiness mencerminkan kedalaman dan integritas.
2.      Respect
Respect maksudnya adalah bagaimana seseorang harus mampu memperlakukan orang dengan hormat tanpa memandang kelas sosial seseorang. Dan inilah yang juga harus dimiliki oleh seorang atlet. Seorang atlet harus mampu untuk tidak memilih – milih dalam menghormati setiap orang.
3.      Resposibility
Resposibility maksudnya adalah seseorang memiliki sikap disiplin dan bertanggung jawab terhadap pilihan yang telah diambil. Ketika seseorang itu telah memutuskan untuk menjadi seorang atlet, seseorang itu pun harus mampu bertanggung jawab dengan pilihannya tersebut.
4.      Fairness
Fairness maksudnya adalah tidak berprasangka dan tidak sembarangan dalam menyalahkan seseorang serta rasa peka untuk berbagi dengan seseorang.

5.      Caring
Carling maksudnya adalah bertindak dengan kasih sayang dan peduli terhadap orang lain.
6.      Citizenship
Citizenship maksudnya adalah berperan secara aktif dalam mengembangkan komuintas sekitar.
           
Saya melihat bahwa atlet di Indonesia sudah banyak memiliki sikap ethics, walaupun ada beberapa atlet yang memang masih belum mempunyai sikap ini. Salah satu atlet Indonesia yang perlu dicontoh karena sikap ethics ini adalah sang peraih medali emas pertama bagi Indonesia dalam ajang Olimpiade yaitu Susi Susanti. Dalam diri Susi Susanti memiliki ke-enam niali etika tersebut yang telah menghantarkan dirinya menjadi salah satu atlet yang berhasil hingga saat ini. Susi Susanti memiliki perilaku untuk tidak berdusta atau jujur, hal ini dapat dilihat dari pengalaman hidupnya ketika ia berlatih, disaat teman – temannya banyak yang tidak jujur dalam latihan seperti mengurangi jatah berlari ataupun latihan fisik lainnya, Susi Susanti justru berlatih dengan lebih dari yang apa pelatih pinta. Dan Susi Susanti menunjukan bahwa dirinnya adalah seorang yang sangat memiliki etika ketika ia memandang bahwa setiap orang memiliki kehormatan yang sama.Ia juga merupakan orang yang disiplin dan bertanggung jawab dalam berlatih, sejak mengambil keputusan untuk fokus pada bulutangkis pada ia SMP, Susi Susanti telah benar – benar tahu bagaimana ia melaksankan kewajibannya sebagai seorang atlet dengan tanggung jawab dan disiplin. Susi Susanti bukan lah seorang yang menyalahkan orang lain ketika mengalami kegagalan, hal ini bisa terlihat dari cara ia ketika menilai perkembangan atlet bulutangkis pada saat ini, dimana ia lebih banyak memberikan semangat dan masukan kepada juniornya dari pada menyalahkan seseorang dalam keterpurukan. Ia sangat peduli terhadap orang lain dan Susi Susanti sampai saat ini masih berperan serta dalam memajukan dunia bulutangkis Indonesia.

Sikap ethich yang dimiliki Susi Susanti inilah yang telah berhasil membesarkan usahanya bersama sang suami Alan Budi Kusuma selain menghasilkan prestasi yang luar biasa bagi negeri ini. Karena etika yang sangat baik ini Susi Susanti berani menggunakan namanya pada produk yang ia produksi yaitu Astec (Alan-Susi Technology). Sikap ethich terbukti tidak hanya mendatang prestasi bagi seorang atlet, namun ketika ia memiliki sikap ini niscaya atlet ini akan mengalami kesuksesan dalam bidang lain karena ia berhasil mem-branding dirinya sendiri.

Pertanyaan yang sekarang muncul adalah apakah mungkin menemukan seorang atlet yang excellent, professional dan ethical sekaligus ? Saya percaya bahwa sebenarnya aspek – aspek yang kita bahas tadi ada dalam setiap atlet Indonesia bahkan dalam setiap orang. Dan saya melihat bahwa ketiga atlet yang saya berikan contoh diatas Suryo Agung Wibowo, Taufik Hidayat dan Susi Susanti adalah atlet yang excellent, professional dan ethical. Hal ini terjadi karena lingkungan yang menbentuk mereka seperti ini, jadi sekarang yang menjadi pertanyaan adalah sejauh apakah lingkungan seorang atlet itu berada bisa membantunya mengembangkan ketiga aspek tersebut ?

Suryo Agung Wibowo, Taufik Hidayat dan Susi Susanti memiliki ke-3 aspek tersebut, sehingga kita dapat menyimpulkkan bahwa mereka berhasil mem-branding dirinya sendiri. Tidak hanya prestasi yang diraih namun dengan memiliki ke-3 aspek tadi banyak sponsorship yang mau meminangnya. Suryo Agung Wibowo dengan Nexian kemudia Taufik Hidayat berhasil mengajak kerjasama dengan sponsornya Yonex untuk bekerjasama mem-branding produk THL (Taufik Hidayat Line), selain itu Milo juga meminang atlet ini. Susi Susanti berhasil menggunakan namanya sebagai merek dari produk – produknya. Ini adalah contoh bahwa ketika seorang atlet memiliki sikap excellent, professional dan ethical ia akan berhasil mem-branding dirinya dan atlet tersebut juga terbukti memiliki prestasi yang sungguh luar biasa.

Penulis : Joko Purnomo
Daftar Pustaka : Kartajaya Hermawan. 2010. Grow With Character The Model. PT Gramedia Pustaka Utama; Jakarta