Minggu, 23 Januari 2011

Mengelola Sepak Bola Indonesia Menjadi Industri Olahraga Berbasis Ekonomi Pancasila (Managing Indonesia Football Sports Industry Becoming Pancasila-Based Economy)


Sepak bola merupakan sebuah olahraga yang dapat membuat lupa segalanya, bahkan ketika negeri tercinta ini sedang dalam bencana, harga-harga kebituhan yang melonjak dan lainnya sepak bola dapat memberikan sebuah kebahagian walaupun Cuma sesaat. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar kurang lebih 240 juta orang, Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat menarik bila Industri olahraga di cabang olahraga dikelola dengan baik. Namun sayangnya ketidak profesionalan para stakeholder olahraga sepak bola ini yang membuat industri olahraga sepakbola kurang berkembang. Di negara – negara lain Industri Sepak Bola telah menjelma sebagai sebuah industri olahraga yang mendatangkan keuntungan yang cukup besar. Sepak bola bukan lagi sebuah hobi namun sudah menjadi komoditas yang diperjualbelikan. Namun bila melihat ke Indonesia Industri Sepak Bola sangatlah Suram, Pada tahun 2009 ketika sebuah seminar mengenai industri olahraga diceritakan bahwa memang setiap pertandingan sepakbola dipehuhi oleh para penonton, namun dengan penuhnya penonton belum mampu menutup kerugian yang diderita club. Di tengah minimnya dana yang dialokasikan pemerintah untuk pembinaan dan pengembangan olahraga sepakbola di tanah air, kita justru melupakan upaya optimalisasinya. Inefisiensi biaya, kondisi perwasitan yang tidak diperhatikan serta banyaknya klub yang mesti timbul-tenggelam dalam keikutsertaannya di Liga Domestik menunjukkan, betapa industri sepakbola di negara kita masih sangat jauh dari harapan, apalagi untuk bisa menguntungkan layaknya sebuah industri.

Salah satu hal yang paling menonjol adalah ketidakmampuan klub mengelola potensi yang mereka miliki menjadi aset bisnis yang menguntungkan. Karena itu, banyak klub yang akhirnya mengandalkan dana anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk membiayai operasional klub. Sayangnya, kemudahan mendapatkan dana APBD ini juga tidak mampu dimaksimalkan untuk mendapatkan keuntungan. Dana yang setiap tahun mengucur, habis untuk satu musim kompetisi. Meski terlihat dikelola secara independen oleh sebuah perusahaan, Liga Super Indonesia yang saat ini bergulir ternyata belum bisa dikatakan mandiri. Mayoritas saham yang dikuasai PSSI membuat dugaan mudahnya PT Liga diintervensi. Salah satu contoh yang muncul dalam pemberitaan media massa adalah kasus tanding ulang Persik Kediri versus Persebaya Surabaya musim lalu. Persik, yang dua kali gagal menggelar laga melawan Persebaya, akhirnya diberi kemenangan WO pada kesempatan ketiga setelah Persebaya memutuskan tidak hadir. "Kami menduga PT Liga sudah diintervensi orang dalam PSSI yang punya kepentingan, dan pertandingan yang seharusnya batal itu akhirnya tetap diselenggarakan dengan alasan apa pun agar Persebaya tersingkir," kata Manajer Surabaya Gede Widiade pada Agustus lalu. Penguasaan PSSI atas saham PT Liga juga membuat klub-klub menjadi kerdil karena tidak mendapat pembagian keuntungan dari penyelenggaraan kompetisi. Berbagai pendapatan hasil kontrak sponsor serta hak siar televisi tidak terdistribusi dengan baik ke klub-klub. Kondisi ini membuat klub-klub kesulitan memperbesar pendapatan mereka. Sebagai contoh Arema Malang. Tim juara Liga Super musim lalu ini dikabarkan masih menanggung utang sekitar Rp 5 miliar.

Memang sudah saatnya sepak bola dijadikan sebuah industri olahraga yang professional, namun yang harus diperhatikan sekarang adalah banyak para penggemar sepak bola di Tanah Air yang tidak setuju bila sepak bola mengarah ke sport industry. Sebagai contoh adalah para supporter yang mengatakan

Kamilah orang2 yang selalu menonton kehidupan (bukan sekedar olahraga) sepakbola dari sudut pandang mereka yang selalu menyaksikan pertandingan di sektor paling buruk dalam stadion. Dari sudut pandang orang2 yang tidak membutuhkan kenyamanan saat mendukung timnya beratus2 kilometer dari rumah. Jadi kami adalah supporter, kami adalah ultras.. Kenyataan memang pahit. Sepakbola mulai berubah! Ke arah sebuah industri sepakbola moderen (FUCK OFF.. Kami ga butuh industri sepakbola!!!) Lalu apa yang bisa kita perbuat?? Tak ada! Sebenarnya apa yang menjadi keunggulan sepakbola sehingga bisa menjadi sangat terkenal?? Sebagai sebuah olahraga rasanya tak ada kelebihan yang menonjol dari sepakbola “.
Dilain itu, saya pernah mensurvei masyarakat Kota Jakarta pada tahun 2010 yang hasilnya sebanyak 52% masyarakat tidak setuju apabila sepak bola dijadikan sebuah industri. Mereka mayoritas memang mengatakan bahwa harga tiket yang semakin mahal membuat mereka sulit untuk masuk, bahkan seorang penonton mengatakan selama ini ia harus rela untuk mengutang hanya untuk menonton sepak bola. Bahkan dalam sebuah web ultraspss.info seorang suporter mengatakan :
“ para penonton sepakbola selalu dipandang sebagai sisi buruk kehidupan manusia, Pekerja kelas bawah, anak2 jalanan, gerombolan gangster.. ya kaum marginal.. kami sudah disamakan dengan kriminal! Itulah yang kini mereka coba ubah! Menjadikan sepakbola Indonesia menjadi sebuah industri penghasil Uang! Ya uang.. uang adalah segala2nya. Semua tergiur melihat industri sepakbola di eropa, banyak marchendise klub yang laris manis dan menghasilkan uang. Bagaimana mereka bisa merealisasikan ini?? Dengan menyingkirkan kami para supporter, kami yang dianggap menghambat kemajuan sepakbola, ataukah menghambat pemasukan mereka?? Perubahan memang belum tampak tapi indikasi ke arah sana terlihat jelas. Harga tiket yang selalu melambung tinggi belakangan ini bagai sebuah ‘larangan’ bagi supporter dari kalangan bawah untuk datang ke stadion.
Bahkan dari kelompok kami sendiri banyak yang harus utang sana-sini untuk dapat sekedar menonton pertandingan di kandang sendiri. Yang lebih mengenaskan adalah tribun sektor khusus supporter mulai dimasuki mereka dari kalangan non-supporter. Pernah dalam suatu pertandingan kami lihat sekeluarga duduk manis di kurva utara!!??? Apa2an ini?? ini daerah kami! ini tempat kami bernyanyi, ini surga kami dimana kami bisa mengekspresikan kebebasan! Kenapa kalian harus duduk disini?? Kini semua orang membicarakan sepakbola, walau masih sekedar sepakbola eropa. Orang2 inilah yang akan menjadi target PSSI untuk masuk ke stadion2 kita.
Mereka yang tau sepakbola dari televisi dan media cetak, mereka yang taunya hanya melihat kehebatan christiano ronaldo dengan gocekan2 mautnya, para perempuan yang menyukai sepakbola hanya karena para pemain di eropa berparas tampan, mereka yang saat ini hanya bisa mencaci maki sepakbola Indonesia. Sepakbola kita kampungan, sepakbola kita kebanyakan ricuh, supporter bola disini ga kaya di inggris yang bisa nonton tertib, sepakbola disini bisanya cuma tawuran, katrok, ndeso dll.. BULL SHIT!!! Tau apa kalian tentang sepakbola??? tau apa kalian tentang supporter?? tau apa kalian tentang semangat, keyakinan, gairah, kehormatan, dan harga diri?? taukah kalian bahwa… di eropa sana korban meninggal akibat sepakbola jauh lebih banyak daripada di negeri kita sendiri???? Lebih baik kalian teruskan ‘dunia sepakbola kalian’ sebuah mimpi indah di layar kaca.. karena kenyataanya di lapangan mungkin tak seindah yang kalian bayangkan.
Memang melihat kondisi sepakbola kita, jauh rasanya dari sebuah industri, jauh rasanya dari sepakbola moderen yang diimpikan semua kalangan masyarakat. Apakah kita menuju sebuah industri sepakbola yang nantinya menjadi pemasukan bagi klub kesayangan kita?? Ataukah kita menuju industri untuk mengencangkan sifat mercantilist dari para petinggi sepakbola kita?? Sebagai sumber pemasukan, Sebagai sebuah mesin penghasil uang??? Jangan sampai terjadi!! Sepakbola disini masih milik kami para supporter! Lalu kenapa kalian mau ambil apa yang kami miliki?? Melambungnya harga tiket pertandingan, Pelarangan menyalakan kembang api, pelarangan memasang spanduk2 yang mengkritik otoritas sepak bola Indonesia, apa yang kalian cari?? Jawabannya uang! Sikap mercantilist yang nantinya akan mematikan kita “para pemilik sepakbola yang sebenarnya!” Jangan ambil kesenangan kami, Jangan ambil hidup kami! “
Inilah permasalahan yang terjadi dalam sepakbola,, di satu sisi sepakbola haruslah menuju sebuah industri olahraga yang memiliki profesionalitas, namun di sisi lain banyak para supporter bola yang risih dengan diterapkannya sebuah industri olahraga, lalu bagaimana seharusnya menerapkan sebuah industri olahraga yang dapat menciptakan profesionalitas dan mampu di terima oleh semua masyarakat ?? salah satu caranya adalah dengan membangun industri olahraga sepak bola berbasis ekonomi pancasila. Ekonomi Pancasila
Bangsa ini sedang mengalami sebuah pergolakan di dalam dirinya, banyak masyarakat yang sekarang lupa akan Pancasila, padahal didalam Pancasila sudah tergambar dengan jelas bagaimana seharusnya kita bersikap. Tidak hanya dikalangan masyarakat bawah saja Pancasila seakan – akan dilupakan, tetapi di kalangan elit pemerintahan Pancasila seakan hanya menjadi sebuah lukisan yang dibingkai. Di dunia pendidikan pun Pancasila sudah tidak diajarkan seperti dahulu, bahkan dibangku Universitas mata kuliah Pancasila di Hilangkan. Padahal di dalam Pancasila semua sudah diatur, termasuk didalamnya Ekonomi Pancasila. Industri Olahraga merupakan bagian dari ilmu Ekonomi, dan karena itulah ketika permasalahan sepak bola yang terjadi diatas terjadi dapat diatasi dengan membangun sebuah industri olahraga yang berbasis ekonomi Pancasila. Disatu sisi pihak Produsen dalam hal ini PSSI dan Organisasi yang berkaitan dengan industri sepak bola di Indonesia tidak sepihak menjadikan Industri sepak bola sebagai alat untuk mencari keuntungan sebesar – besarnya tanpa mempertimbangkan keluhan konsumen seperti yang tergambar diatas. Dengan industri sepak bola berbasis ekonomi pancasila maka akan dipertemukan suatu titik keseimbangan antara produsen dengan konsumen.
Beberapa Pemikiran Dasar Industri Sepak Bola Berbasis Ekonomi Pancasila !!!!!!
Pertama – tama pada tataran filosofi Ekonomi Pancasila, maka sebuah industri sepak bola di Tanah Air harus didasari oleh nilai – nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Atas dasar itu lah maka sebuah industri sepak bola yang berbasis Ekonomi Pancasila tidak semata – mata bersifat materialistis. Karena berlandas pada keimanan dan ketakwaan yang timbul dari pengakuan kita pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Keimanan dan ketakwaan menjadi landasan spiritual, moral dan etik bagi penyelenggaraan industri sepak bola berbasis Ekonomi Pancasila. Dengan demikian industri sepak bola Tanah air yang berbasis Ekonomi Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika, sehingga penyelenggaran sebuah industri olah raga di Indonesia adalah industri sepak bola yang berakhlak. Dengan demikian maka masalah – masalah penyelenggaran industri sepak bola di Indonesia seperti yang terjadi saat ini seperti, penyuapan wasit, mengontrol hasil pertandingan dan sebagainya dapat dihindarkan. Industri sepak bola yang berbasis Ekonomi Pancasila yang berlandaskan nilai kemanusia yang adil dan beradab, menghormati martabat kemanusian serta hak dan kewajiban asasi manusia dalam sebuah industri sepak bola. Dengan demikian maka sangat jelas bahwa dalam sebuah industri sepak bola yang berbasis ekonomi pancasila tidak mengenal “ industry animal “, dimana yang satu akan memangsa yang lain. Dengan memahami ini secara mendalam maka tidak akan muncul permasalahan antara yang mendukung industri di sepak bola dengan yang tidak mendukung.

Bila kita melihat industri – industri sepak bola di negara lain, sangat terlihat jelas bahwa industri olahraga khususnya di bidang sepak bola telah menyatu karena pasar telah menjadi global. Namun selama masih ada Bangsa dan Negara Indonesia maka industri sepak bola yang berbasis Ekonomi Pancasila harus tetap diabadikan bagi prestasi sepak bola dan industri yang mensejahterakan rakyat Indonesia. Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan kesatuan sebuah industri sepak bola yang mengarah ke kesatuan ekonomi sebagai penjabaran wawasan nusantara di bidang ekonomi. Globalisasi di bidang industri olahraga khususnya di sepak bola tidak akan menyebabkan internaliosasi kepentingan olahraga dan industri olahraga Indonesia itu sendiri. Kepentingan Ekonomi yang diakibatkan oleh industri sepak bola di Tanah Air akan tetap diabadikan untuk kepentingan kemajuan olahraga Indonesia dan kepentingan bangsa Indonesia. Dengan demikian Industri sepak bola berbasis Ekonomi Pancasila merupakan wawasan kebangsaan dan tetap membutuhkan sikap patriotik dari para pelakunya. Sila ke-emapt dalam Pancasila menunjukan pandangan bangsa Indonesia mengenai kedaulatan rakyat dan bagaimana demokrasi dijalankan di Indonesia. Dalam industri sepak bola Tanah Air yang berbasis Ekonomi Pancasila seharusnya dikelola dalam sebuah sistem demokratis. Nilai – nilai dasar sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menunjukan bahwa seharusnya industri sepak bola di Tanah Air harus memperhatikan semua aspek di dalamnya termasuk bagaimana semua orang dapat merasakan sebuah pertandingan olahraga sepak bola baik itu orang yang kaya atau miskin, dan orang yang sehat maupun yang berkebutuhan khusus. Selain itu sila ke-5 ini juga mengisyaratkan bahwa seharusnya sebuah industri sepak bola dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh warga di Indonesia.

Sesungguhnya dalam undang – undang sistem keolahragaan nasional No.3 Tahun 2005 sudah dijabarkan bagaimana sebuah industri olahraga di Indonesia. Sangatlah jelas bahwa dalam undang – undnag tersebut terlihat bagaimana Ekonomi Pancasila menyatu dengan industri olahraga di Indonesia. Dalam undang – undang sistem keolahragaan nasional itu semua industri olahraga harus memperhatikan aspek tujuan olahraga nasional dan prinsip penyelnggaran olahraga nasional, dan bila kita lihat satu persatu point dari tujuan dan penyelengaraan olahraga nasional sangat terlihat jelas bahwa nilai – nilai Pancasila terkandung didalamnya. Yang harus tetap diperhatikan dalam industri olahraga adalah bahwa setiap kegiatan industri olahraga wajib memperhatikan tujuan keolahragaan nasional dan prinsip penyelanggaraan keolahragaan, hal ini sesuai dengan Pasal 78 UU Sistem Keolahragan Nasional Republik Indonesia No 3 Tahun 2005. Tujaan keolahragaan nasional sesuai dengan Pasal 4 UU Sistem Keolahragaan Nasional Republik Indonesia No 3 Tahun 2005 adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa. Dari tujuan olahraga nasional yang telah dijabarkan diatas nampak jelas bahwa nilai – nilai pancasila sangan terikat didalamnya. Prinsip penyelenggaraan keolahragaan juga merupakan faktor yang wajib dijadikan perhatian ketika kita membangun industri olahraga, sesuai pasal 5 UU Sistem Keolahragaan Nasional  Republik Indonesia No 3 Tahun 2005 keolahragaan diselenggarakan dengan prinsip :
1.       Demokratis, tidak diskriminatif, dan menjunjung tinggi nilai keagamaan, nilai budaya, dan kemajemukan bangsa.
2.       Keadilan sosial dan kemanusian yang adil dan beradab
3.       Sportivitas dan menjunjung tinggi nilai etika dan estetika
4.       Pembudayaan dan keterbukaan.
5.       Pengembangan kebiasaan hidup sehat dan aktif bagi masyarakat.
6.       Pemberdayaan peran serta masyarakat.
7.       Keselamatan dan keamanan
8.       Keutuhan jasmani dan rohani.
Dari point tentang penyelenggaran olahraga nasional juga telihat jelas bahwa Pancasila merupakan dasar pertimbnagn dalam membangun sebuah industri olahraga di Indonesia. Sehingga bila industri sepak bola benar – benar berbasis Ekonomi Pancasila diterapkan dan ditambah dengan memperhatikan dengan benar aspek tujuan dan penyelenggaran olahraga nasional maka permasalahan – permasalahan mengenai industri sepak bola dan persepakbolaan Tanah Air dapat diminimalisir dah bakan dapat dihindari. Pengembangan pola kemitraan dalam industri olahraga sesuai dengan undang – undang keolahragaan nasional merupakan contoh lain bagaimana sebuah industri sepak bola berbasis Ekonomi Pancasila banar – benar berlandasakan Pancasila.

Tantangan bagi kita sekarang adalah bagaimana secara tepat kita menjabarkannya dalam konsep-konsep industri sepak bola berbasis Ekonomi Pancasila untuk nantinya dioperasionalkan dan dituangkan dalam rencana rencana industri sepak bola Tnah Air. Dalam upaya itu jelas tidak ada jalan yang lurus dan jelas tidak ada yang mulus. Kadangkadang kita harus berbelok ke kiri, berbelok ke kanan, bahkan kadang-kadang harus mundur dulu sedikit kemudian maju lagi. Yang penting kita harus menjaga bahwa arahnya tetap konsisten, betapa pun dari saat ke saat kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan harus disesuaikan dengan situasi. Betapa pun juga kita telah menyatakan bahwa Pancasila adalah ideologi terbuka, yang terus berkembang mengikuti dinamik masyarakat. Namun, nilai-nilai dasarnya tidak pernah berubah. Dengan industri olahraga sepak bola berbasis Ekonomi Pancasila ditambah dengan memperhatikan tujuan dan penyelenggaran olahraga nasional maka permasalhan – permasalhan yang telah dijabarkan dalam paragraph pertama dapat diatasi. Saat kembali ke Pancasila sebagai landasan Industri Olahraga Sepak Bola demi terciptang profesionalitas dan prestasi sepak bola Tanah Air. Salam Olahraga !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Penulis : Joko Purnomo SAB

Daftar Pustaka :
Ginandjar Kartasasmita ; Membangun Ekonomi Pancasila : Disampaikan pada Rakernas AMPI
Jakarta, 26 Agustus 1997







Jumat, 21 Januari 2011

RANGKUL KOMUNITAS OLAHRAGA DALAM SEA GAMES XXVI JAKARTA – PALEMBANG


Kelahiran web teknologi seperti blog, vblog, chat, tags, wikis, RSS, dug, coComment, internet messenger, podcast, social marketing serta semakin maraknya jejaring sosial seperti facebook dan twitter telah merubah konsumen untuk semakin memiliki kebebasan untuk berkomunikasi, berinteraksi, berbagi dan berkomunitas. Ini semua mengakibatkan individu – individu menjadi makhluk yang semakin mengelompok, berinteraksi intens satu sama lain dan berkomunitas. Munculnya komunitas – komunitas di Indonesia menandakan bahwa perubahan itu sedang terjadi. Hal ini pun terjadi dalam dunia olahraga di Indonesia, komunitas – komunitas olahraga muncul baik itu secara online maupun secara offline. Kita bisa lihat di jejaring sosial bagaimana komunitas olahraga memiliki tujuan, nilai – nilai dan identitas yang sama. Komunitas olahraga di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut :

1.       Komunitas Bentuk Pools
Komunitas bentuk pools adalah komunitas yang paling organic atau natural, tidak usah dibentuk pun mereka sudah memiliki komunitas tersendiri karena mereka memiliki nilai – nilai, identitas, dan aktivitas yang sama dan tergabung karena adanya pooling factor yang jelas dan kuat (Kartajaya ; 90 ; 2010).  Contoh Komunitas bentuk pools adalah BASO Indonesia, BASO Indonesia adalah perkumpulan para pecinta olahraga basebol dan sofbol di Indonesia. Mereka terdiri dari pemain, pelatih, pengurus dan pecinta basebol dan sofbol di Indonesia yang memiliki nilai – nilai, identitas dan aktivitas yang sama. BASO Indonesia terbentuk karena memiliki pooling factor yang jelas yaitu untuk kemajuan basebol dan sofbol di Tanah Air. Di Indonesia komunitas olahraga bentuk pools sangat banyak, selain BASO Indonesia ada VOLIMANIA, Komunitas Supporter Sepak Bola Tanah Air dan masih banyak lagi
.
2.       Komunitas Bentuk Hubs
Komunitas bentuk hubs bersatu atau terjadi karena adanya kekaguman anggotanya terhadap suatu individu. Komunitas Penggemar Taufik Hidayat adalah contoh komunitas yang hubs seperti ini. Sayangnya komunitas seperti ini biasannya mengadalkan magnet atau ikon. Artinya, keterikatan anggota komunitasnya pada daya magnetik dari ikon tersebut sangat kuat. Dengan demikian. Keterikatannya bisa jadi hanya bersifat temporer. Begitu kekuatan magnetik dari Taufik Hidayat meredup atau tidak ada lagi, mereka akan kembali ke komunitas mereka masing – masing yang sporadiks seperti pools tadi itu. Contoh lain dapat kita lihat di klub – klub olahraga di Indonesia seperti Aremania, Bonek, jakmania di sepak bola atau Komunitas PB Djarum di Bulutangkis atau Komunitas P2B Sananta, Samotor Surabaya di Bola Voli. Komunitas ini memiliki identitas terhadap masing – masing klub yang mereka banggakan dan mereka bersatu melawan tim rival. Untuk menguatkan komunitasnya mereka terus bermain di model hub dengan cara mendatangkan pemain bintang.

3.       Komunitas Bentuk Webs
Komunitas bentuk webs adalah komunitas yang paling kuat dan stabil, dimana para anggotanya punya hubungan yang cukup erat satu sama lainnya. Komunitas seperti ini terbentuk karena adanya hubungan antar anggota satu sama lainnya. Komunitas seperti ini secara alamiah gampang terjadi di Web. Banyak contoh komunitas olahraga dengan model webs seperti komunitas Badminton Mania atau Persatuan Supporter Atlet Indonesia dan masih banyak lagi contohnya.

Banyaknya komunitas olahraga di Indonesia ini lah yang dapat digunakan penyelenggara Sea Games untuk startegi mereka memasarkan Sea Games XXVI Jakarta dan Palembang. Ajak para komunitas ini untuk ikut serta dalam menyiapkan Sea Games, sebagai contoh Komunitas BASO Indonesia dirangkul untuk berkreasi untuk penyelenggaran Sea Games di cabang basbol dan sofbol, seperti dijadikan LO atau mereka diajak juga dalam menentukan konsep penyelenggaran cabang basbol dan sofbol di Sea Games. Dengan ikutnya komunitas maka akan muncul sebuah emotional diantara mereka dan dengan sendirinya akan terjadi obrolan tentang sea games di komunitas BASO Indonesia. Dengan begitu kita dapat melihat bagaimana kekuatan dari word of mouth. Hal yang sama juga bisa diterapkan di olahraga lainnya dengan merangkul komunitas – komunitas olahraga yang berkaitan untuk ikut serta dalam merancang, merencanakan dan terlibat langsung dalam sea games XXVI di Jakarta dan Palembang. Ini adalah startegi yang efektif dan efisien dalam mendatangkan penonton ke nomor – nomor pertandingan selama Sea Games. Salam Olahraga !!!!!!!!!

Penulis ; Joko Purnomo SAB

Sumber Bacaan
Kartajaya Hermawan dkk, 2010,  Connect Surfing New Wave Marketing. PT Gramedia Pustaka Utama ; Jakarta.


Jumat, 14 Januari 2011

Brand Social Responsibility (BSR) in the Sports Industry in Indonesia


Istilah Brand Social Responsibility terjadi ketika sebuah perusahaan lupa akan pengelolaan citra merek perusahaan yang dilakukannya melalui Corporate Social Responsibility. Corporate Social Responsibility seolah menjadi kewajiban perusahaan/korporasi semata, Padahal Corporate Social Responsibility seharusnya dijalankan oleh semua organisasi yang mengelola merek di dalam perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility, tapi lupa dalam pengelolaan citra merek perusahaan sehingga tidak memiliki dampak bagi perusahaan. Oleh karena itu konsep Brand Social Responsibility mungkin lebih menarik untuk dijalankan. Dalam industri olahraga di indonesia masih banyak pelaku – pelaku industri olahraga Indonesia yang masih tertinggal dalam startegi marketing, mungkin program Corporate Social Responsibility dalam industri olahraga di Indonesia masih dapat dihitung dengan jari, apalagi dengan konsep Brand Social Responsibility yang memang merupakan konsep baru dalam dunia marketing. Para pelaku industri olahraga di Indonesia masih banyak yang belum sadar akan konsep Corporate Social Responsibility. Masalahnya adalah banyak para pelaku industri olahraga di indonesia yangtidak rela mengeluarkan sebagian profitnya untuk menjalankan Corporate Social Responsibility, padahal banyak sekali manfaat yang diperoleh ketika perusahaan menjalankan Corporate Social Responsibility.

Istilah Brand Social Responsibility muncul ketika isu sosial seharusnya bukan hanya tanggung jawab korporat/perusahaan, tetapi juga berbagai merek yang dikelola perusahaan tersebut. Istilah korporasi seolah mempunyai makna bahwa Corporate Social Responsibility merupakan tanggung jawab “ kantor pusat “, padahal kebanyakan merek yang dikelola oleh perusahaan besar dikelola oleh unit sendiri. Untuk itu sangat lah cocok bila Istilah Brand Social Responsibility digunakan dari pada Corporate Social Responsibility. Dalam kaitanya dengan industri olahraga di Indonesia konsep Brand Social Responsibility sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh berbagai merek dalam industri olahraga di indonesia. Contoh industri olahraga yang telah menerapkan Brand Social Responsibility adalah Tabloid Bola. Tabloid bola bila kita lihat telah banyak melakukan kegiatan – kegiatan Brand Social Responsibility seperti mengadakan pemilihan atlet berprestasi tiap tahunnya atau mengadakan beberapa kegitan bersama komunitas – komunitas olahraga di Indonesia. Selain Tabloid Bola, contoh real Brand Social Responsibility dapat dilihat dalam National Basketball League Indonesia yang dikelola oleh PT DBL Indonesia.

National Basketball League Indonesia adalah salah satu produk yang berada di bawah PT DBL Indonesia. PT DBL Indonesia sebenarnya mempunyai produk lainya yaitu Honda Development Basketball League yang khusus buat anak – anak Sekolah Menengah Atas di Indonesia. Dalam menjalankan strateginya PT DBL Indonesia banyak melakukan perubahan – perubahan dalam mengubah salah satu produknya yaitu National Basketball League Indonesia menjadi sebuah liga basket profesional yang fantastis, maklum sebelumnya liga basket profesional di Indonesia sebelum National Basketball League Indonesia hanya mampu ditonton rata – rata setiap pertandingan 200 penonton. Sekarang kita bisa lihat bahwa National Basketball League Indonesia merupakan sebuah merek yang sudah sampai ke tangan ke konsumen dengan melalui perjalanan yang cukup jauh. Sehingga tidak mengherankan dalam perjalanan yang jauh itu ada masalah – masalah etika yang disengaja atau tidak. Maka tidaklah mengherankan jika sebuah National Basketball League Indonesia sebagi merek  wajib memberikan atau mengembalikan seseuatu kepada semua stakeholder National Basketball League Indonesia, termasuk didalamnya masyarakat dan lingkungan sekitar.

Berbagai program Brand Social Responsibility telah dilakukan oleh National Basketball League Indonesia, Setiap kota yang disinggahi National Basketball League Indonesia selalu mengadakan kunjungan – kunjungan baik ke panti asuhan, panti wreda ataupun ke sekolah – sekolah untuk berbagi atau memberikan pelatihan. Kegiatan ini selalu diikuti oleh sebagian atlet National Basketball League Indonesia. Selain itu atlet National Basketball League Indonesia juga melakukan kampanye sosial seperti car free day di kota bandung. Cara lain yang dilakukan oleh National Basketball League Indonesia adalah dengan mengadakan lomba menggambar dan mewarnai untuk anak sekolah dasar dalam seri National Basketball League Indonesia. Dalam menjalankan Brand Social Responsibility, Brand Social Responsibility yang dilakukan National Basketball League Indonesia berjalan baik hal ini karena National Basketball League Indonesia memiliki tujuan yang jelas yaitu mereka ingin membantu sesama dari segala usia. Dan yang bisa dilihat adalah tujuan marketing objective yaitu agar orang – orang mau datang ke setiap pertandingan National Basketball League Indonesia yang diadakan di kota penyelenggara, hal ini bisa dilihat dari giatnya mereka memberikan pelatihan – pelatihan ke sekolah – sekolah. Namun inti dari ini adalah adanya tujuan National Basketball League Indonesia untuk menciptakan olahraga basket yang berkualitas. National Basketball League Indonesia mampu mengorganisasi startegi Brand Social Responsibility dengan baik, mereka juga fokus terhadap hal – hal yang berhubungan dengan produk yaitu olahraga basket, banyak kegiatan Brand Social Responsibility yang dilakukan dengan memberikan pelatihan basket. Dan yang terakhir adalah National Basketball League Indonesia mampu beraliansi dengan berbagai pihak sehingga dapat menjangkau dengan komunitas – komunitas yang ingin diraih.

Program Brand Social Responsibility yang dilakukan National Basketball League Indonesia banyak mendapatkan manfaat. National Basketball League Indonesia bukan hanya berperan dalam memberi kepada sesama, namun dengan menjalankan Brand Social Responsibility bisa mencipatakan citra atau reputasi bagi National Basketball League Indonesia. Manfaat palinh nyata adalah National Basketball League Indonesia dengan program Brand Social Responsibility mampu mengatasi krisis penonton dengan melibatkan komunitas – komunitas masyarakat, dan yang paling penting bagi para atlet adalah tumbuhnya sebuah kebanggaan sebagai atlet yang pernah bermain di National Basketball League Indonesia.

Dari contoh real diatas sebenarnya banyak manfaat yang diperoleh bila sebuah industri olahraga menjalankan Brand Social Responsibility. Para pelaku industri olahraga di Indonesia sudah seharusnya menerapkan tanggung jawab sosial kepada masyrakat baik itu melalui perusahan dengan Corporate Social Responsibility ataupun melalui merek dengan Brand Social Responsibility.

Penulis : Joko Purnomo, SAB