Sabtu, 12 Februari 2011

SEA GAMES 2011 JAUH DARI SEBUAH INDUSTRI OLAHRAGA


Walaupun SEA Games 2011 di Indonesia belum dimulai, namun dapat dilihat sampai saat ini sebuah ajang multievent ini masih jauh dari sebuah industri Olahraga. Delapan Bulan lagi penyelenggaran SEA Games akan berlangusung, namun semua seakan jalan ditempat mulai dari persiapan atlet ataupun dari segi lain. Saya tidak akan membahas mengenai bagaimana persipan atlet Indonesia menuju SEA Games 2011, karena itu bukan bidang saya. Saya akan menyoroti bagaimana sebuah event olahraga terbesar di Asia Tenggara ini masih jauh dari sebuah Industri Olahraga. Bangsa kita tidak pernah belajar dengan event – event olahraga yang pernah diselenggarakan oleh negara lain atau belajar dari event – event di dalam negeri. Sejak tahun 2007 sebenarnya Indonesia sudah ditunjuk sebagai Tuan Rumah SEA Games, kita punya waktu 4 tahun untuk mempersiapkan itu semua. Namun perhatian Pemerintah terlihat tidak sigap, Panitia SEA Games baru dibentuk pada bulan Maret 2010, Kota – kota yang akan menjadi penyelenggaran pun berubah – ubah dan baru pasti diselenggarakan di Palembang dan Jakarta pada bulan – bulan akhir di tahun 2010. Pembentukan panitia di daerah – daerah pun baru diresmikan pada bulan Januari 2011, bahkan SK bagi para atlet pun hingga minggu pertama Februari di 2011 belum keluar. Lantas Pimpinan tertinggi di negeri ini meminta penyelenggaran SEA Games sukses di semua bidang, sukses prestasi, sukses menjadi tuan rumah dan sukses ekonomi. Namun melihat perkembangan terakhir ini saya sangat merasa itu semua sangat sulit diwujudkan.

Dilihat dari sisi Industri Olahraga SEA Games sangat jauh dari sebuah Industri, bila kita buka website resmi SEA Games yang baru saja diluncurkan kemarin sangat terlihat jelas bagaimana tidak ada sponsor satu pun disana terpampang hingga hari ini, di website SEA Games yang dibuat Pemerintah Sumatra Selatan dan KONI Sumatra Selatan pun space buat sponsor di website tersebut belum ada yang terisi. Hal ini berbeda jauh sekali dengan PON 2012 di Riau dimana Pemerintah Propinsi benar – benar mampu menggandeng perusahan – perusahan besar untuk menyelenggarakan SEA Games. Pemerintah Propinsi Riau menggandeng Chevron dan perusahan lainya dalam PON 2012. Pemerintah Indonesia bahkan tidak dinyatakan serius untuk menyelenggarakan SEA Games, Ketua Panitia SEA Games (INASoc) mengatakan ketidakseriusan Pemerintah nampak jelas dari belum dikeluarkannya uang buat panitia sehingga berdampak pada semua aktivitas dalam persiapan SEA Games, Website resmi yang seharusnya satu tahun lalu sudah diluncurkan, namun kemarin diluncurkan. Belum lagi permasalahan Maskot SEA Games yang merupakan identitas utama dalam SEA Games samapi hari ini belum diluncurkan. Pemerintah Daerah Sumatra selatan berteriak – teriak mengatakan bahwa Pemasaran SEA Games tidak berjalan bahkan masih jauh yang diharapkan. Rencana menggunakan alat – alat olahraga buatan negeri sendiri seperti apa yang dilakukan oleh Thailand pada SEA Games 2007 sepertinya masih jauh dari sebuah harapan. Pihak Kementerian Perdagangan pun seakan – akan bekerja lambat. Mungkin hanya batik SEA Games yang kemarin diluncurkan bulan September 2010  yang bisa diandalakan.

Apa yang menyebabkan Sea Games masih jauh dari sebuah Industri Olahraga ????????
1.       Birokrasi
Semua aspek mulai dari pelatnas, pembentukan panitia dan mengenai masalah persiapan penyelenggaran SEA Games 2011 di Indonesia masih menggunakan pendekatan Birokratis. Pendekatan ini lah yang membuat semua tidak berjalan dengan sesuai, dampaknya juga kesemua aspek baik dari persiapan atlet, pembangunan stadion olahraga maupun berdampak kepada industri olahraga. Dampak pendekatan birokratis ini lah yang membuat semua rencana Industri Olahraga berantakan. Pendekatan Birokratis adalah sebuah pendekatan pengeloloan baik nasional maupun daerah yang “ picik “ karena selalu berorientasi pada prosedur dan aturan baku birokrasi yang menyebabkan semua orang yang terlibat dalam SEA Games mulai dari Panitia, Atlet, Pelatih, Pengurus PB dan lainnya kehilangan kepekaan terhadap kebutuhan – kebutuhan yang seharusnya diterima mereka. Seharusnya Pemerintah Pusat dan Daerah menggunakan Startegic Entrepreneurial yang bersifat pragmatis, karena selalu berorientasi terhadap hasil dan peka terhadap semua peluang, selalu fokus kepada kebutuhan dan ekspetasi orang – orang yang terlibat dalam SEA Games. Dan yang tidak kalah penting pendekatan ini responsif setiap terhadap perubahan di lingkungan Makro.

Pendekatan Birokrasi ini yang telah membuat startegi – strategi marketing yang seharusnya berjalan sejak setahun lalu menjadi terbengkalai. Penentuan daerah penyelenggara yang baru ditentukan pada akhir – akhir tahun 2010 menyebabkan pemasar dalam SEA Games sulit untuk menetukan langkah selanjutnya. Belum lagi masalah Birokrasi yang berkaitan dengan penurunan dana ke pihak panitia dari Pemerintah yang hingga Februari awal belum cair menyebabkan semua proses pemasaran yang merupakan jantung dari sebuah industri olahraga berantakan. Maskot SEA Games yang harusnya di lounching bareng dengan Logo SEA Games pun tidak jadi dilaksanakan. Bahkan hingga saat ini Maskot SEA Games belum di launching. Maskot SEA Games sebenarnya memiliki peran yang sangat besar dalam sebuah Industri olahraga ini, Maskot merupakn identitas dari penyelenggaran SEA Games. Masalah birokrasi pula yang menyebabkan panitia daerah di Palembang dan Jakarta bekerja dekat – dekat penyelenggaran, pembangunan stadion baru di Palembang yang kurang meyakinkan berbagai pihak akan selesai pada SEA Games nanti merupakan dampak dari pendekatan birokrasi. Pendekatan birokrasi ini juga yang menyebabkan Pelatnas atlet SEA Games menjadi terganggu. Semua ini akhirnya berdampak pada Industri Olahraga. Jangan harap SEA Games kali ini membawa banyak investor bila kita masih menggunakan pendekatan birokrasi.

2.       Tidak Menyerahkan Kepada Ahlinya
Tidak jalannya konsep Industri olahraga pada SEA Games kali ini salah satunya disebabkan oleh faktor Sumber Daya Manusia. Dalam bidang industri olahraga sebenarnya banyak ahli – ahli nulai dari pemasaran, keuangan maupun di sumber daya manusia. Mungkin hanya bidang produksi alat – alay olahraga saja yang lumayan bekerja baik. Saya dapat mengatakan bahwa dalam SEA Games kali ini posisi yang berkaitan dengan konsep industri olahraga tidak diisi oleh orang – orang yang memiliki ahli. Sebagai contoh dibidang pemasaran, Pemasaran SEA Games masih menggunakan startegi yang sangat kuno dalam era marketing3.0 sekarang, hal ini dikarenakan orang – orang yang duduk disini merupakan orang – orang yang tidak tahu tentang marketing.

Itulah 2 faktor utama yang menyebabkan SEA Games masih jauh dari sebuah industri olahraga. Kita tidak pernah belajar kepada event – event yang pernah berlangsung, bangsa ini sangat senang terhadap sesuatu yang rumit, padahal itu sangat mudah. Mudah – mudahan event SEA Games yang akan berlangsung bulan November dapat berjalan dengan lancar. Indinesia bisa sukses di prestasi, sukses Tuan Rumah dan sukses ekonomi masyarakat. Salam Olahraga,,,,,,,,,,,,,,,!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Penulis : Joko Purnomo

Jumat, 04 Februari 2011

SATU DASAWARSA PROLIGA BOLA VOLI INDONESIA DILIHAT DARI SUDUT PANDANG INDUSTRI OLAHRAGA


18 Febuari nanti ajang Liga Profesional Bola Voli Indonesia PROLIGA akan kembali bergulir hingga Mei. Tahun ini PROLIGA telah berusia satu dasawarsa sejak pertama kali digelar pada tahun 2002 tepatnya pada tanggal 7 Febuari hingga 7 April 2002. Selama 9 kali penyelenggaran PROLIGA kita akan menyadari bahwa olahraga bola voli di Indonesia memiliki prospek yang baik untuk dijadikan sebuah Industri Olahraga, hampir disetiap penyelenggaran PROLIGA jumlah penonton selalu ramai walaupun pada tahun 2010 pada saat acara Grand Final jumlah penonton tidak seperti grand final pada tahun – tahun sebelumnya yang selalu tiket habis. Ide PROLIGA sendiri dicetuskan oleh mantan Ketua PBVSI yang sekarang menjadi Ketua KONI Pusat yaitu Ibu Rita Subowo, pada saat itu Beliau melihat adanya kemunduran bolavoli baik dari segi pembinaan, kompetisi, maupun prestasi, untuk itu perlu adanya kompetisi yang lebih professional. Saya rasa harapan 10 tahun lalu yaitu menjadikan olahraga Bola Voli kembali Populer di masyarakat telah terwujud, dan sekarang yang harus dipertahankan adalah bagaimana kepopuleran ini tidak menurun. Untuk itu diperlukan sebuah strategi untuk mempertahankanya.

Dasar pemikiran diadakanya PROLIGA adalah adanya sebuah harapan untuk mengangkat kesejahteraan klub maupun pemain bolavoli tanah air melalui kompetisi tahunan ini. Adanya antusiasme penonton baik yang datang langsung ke tempat-tempat pertandingan maupun melalui televisi diharapkan dapat menarik pihak sponsor untuk memanfaatkan even ini sebagai media promosi produk mereka. Bila ini berjalan dengan baik maka dana akan mengalir masuk yang pada akhirnya akan mengangkat kesejahteraan insan bolavoli. Dengan demikian kegiatan ini akan dapat turut mendorong terhadap terwujudnya olahraga menjadi sebuah industri. Namun saya melihat bahwa selama penyelenggarannya yang memasuki satu dasawarsa PROLIGA masih banyak yang harus diperhatikan dalam menuju sebuah Industri Olahraga.
Yang pertama adalah tidak konsistennya pihak penyelenggara, pada awal mula penyelenggaran PROLIGA diadakan  “ Award Night “ setiap PROLIGA usai, namun sekarang penyelenggaran “Award Night “ sudah tidak ada lagi. Padahal dengan adanya acara “Award Night “ PROLIGA dapat lebih terasa gregetnya karena para penggemar PROLIGA akan melihat para idolanya yang biasanya bermain di lapangan akan berpenampilan berbeda karena kecantikan dan ketampanan atlet dalam balutan busana Tuxedo dan Ball Gaun dalam pemberian penghargaan kategori terbaik dari dan untuk para atlet itu sendiri memberikan kesan tersendiri. Karekter Volimania berbeda dengan karekter para supporter bola, dalam bola voli faktor pemain atau individu merupakan daya tarik dibandingakan klub, hal ini berbeda dengan sepak bola dimana daya tarik klub lebih besar dari Individu. Sehingga bila acara – acara seperti “Award Night “ diadakan kembali dan dilakukan secara konsekuen maka ada nilai tambah dalam penyelenggaran PROLIGA bagi para Volimania. Permasalahan lainya adalah masalah sistem kontrak atlet terhadap klub yang hanya berlaku satu tahun sangat menggangu kesiapan klub setiap ingin tampil di Proliga. Perlu diingat adalah tidak semua peserta PROLIGA memiliki klub, sehingga banyak yang mencari pemain untuk mengisi posisi di klubnya. Dalam PROLIGA kualitas sebuah pertandingan merupakan suatu keharusan, karena ini merupakan produk utama, dengan sistem kontrak satu tahun bagi pemain sangat mempengaruhi kualitas pemain. Adanya pemain asing dalam PROLIGA memang banyak membawa perubahan, namun sampai sekarang kualitas pemain asing yang ada di proliga jarang yang memiliki kualitas diatas pemain nasional khususnya di bagian putra. Dari segi entertainment PROLIGA harus memiliki sesuatu yang baru, karena selama hampir satu dasawarsa segi entertainment PROLIGA jalan ditempat / tidak ada perubahan dari tahun ke tahun. Dan yang terakhir adalah permasalhan – permasalahan seperti wasit dan perizinan. Masih ingat kejadian tentang pemindahan lokasi pertandingan dari Solo ke Magetan ataupun kasus seperti Bank Jatim yang merasa dicurangi wasit sehingga mereka tidak mau bermain lagi di PROLIGA. Pihak penyelenggara harus mampu menghadirkan wasit – wasit yang memiliki profesionalisme yang tinggi dan harus mampu bersinegris sehingga kejadian seperti pemidahan lokasi pertandingan tidak terjadi kembali.

Dibalik itu semua PROLIGA telah membuktikan bahwa olahraga bola voli merupkan olahraga yang dicintai banyak orang. Semua kalangan masyarakat selalu hadir dalam pertandingan – pertandinga PROLIGA. Tidak hanya itu dengan jadwal kompetisi yang baik PROLIGA mampu membuktikan prestasinya bagi Tim Nasional Bola Voli Indonesia Tahun 2003, 2007 dan 2009 Indonesia berhasil mempertahankan medali Emas Sea Games dan hanya tahun 2005 Emas gagal diraih, selain di Asia Tenggara Bola Voli juga unjuk gigi dikawasan Asia dengan menduduki peringkat 6 Asia pada rangking FIBV. Memang ini semua pada bagian Putra namun tidak akan mungkin bila PROLIGA Benar – benar konsisten maka Tim Putri akan menyusul. Kelebihan PROLIGA adalah kedekatan antara Pemain dengan para Volimania, seakan – akan tidak ada jarak antara Pemain dan Volimania. Inilah yang membuat PROLIGA hingga hari ini selalu dinanti.

LANTAS STRATEGI APA UNTUK MENJADIKAN PROLIGA SEBAGAI INDUSTRI OLAHRAGA YANG SEUTUHNYA ????

Hal yang pertama harus diperhatikan adalah karakter dari pada penggila voli (volimania), karakter konsumen Bola Voli memang berbeda dengan sepak bola. Konsumen Bola Voli lebih cenderung memperhatikan individu – individu dalam setiap pertandingan ketimbang klub. Bila di sepak bola konsumennya lebih loyal kepada klub maka di bola voli ini yang menjadi terbalik, konsumen bola voli hanya sedikt yang loyal terhadap klub dibandingkan dengan individu. Hal ini disebabkan oleh sering berpindahnya atlet – atlet dari satu klub ke klub lain dan klub yang mengikuti PROLIGA rata – rata banyak yang menghilang seperti contoh Jakarta Monas dan Bank Jatim. Hal ini lah yang membuat konsumen bola voli lebih cenderung loyal kepada pemain voli itu sendiri. Dari karekter konsumen yang demikian maka ada beberapa langkah yang dapat dilakukan pihak penyelenggara agar para individu – individu yang menjadi sorotan atau daya tarik penonton untuk lebih dekat dengan para konsumen bola voli. Memang selama ini para komunitas bola voli yang diberi nama volimania sangat dekat dengan para pemain – pemain yang berlaga di PROLIGA, namun banyak konsumen yang bukan berasal dari komunitas tersebut yang ingin dekta dengan para pemain. PROLIGA bisa mencontoh NBL Indonesia dalam hal ini, para pemain PROLIGA bisa mengadakan pelatihan – pelatihan kepada anak – anak sekolah dengan datang langsung ke sekolahnya dan berinteraksi dengan mereka disetiap kota yang menjadi tuan rumah penyelenggaran PROLIGA. Selain itu untuk medekatkan anak – anak dengan dunia bola voli, pihak penyelenggra bisa menyelenggarakan program untuk anak – anak selama PROLIGA berlangsung, seperti lomba melukis atlet atau kegiatan lainnya. Dengan hal seperti ini saya rasa akan semakin banyak orang yang tertarik untuk datang setiap penyelenggaran PROLIGA. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan mendirikan sebuah toko atau sejenisnya yang menjual pernak – pernik tentang PROLIGA dan klub – lub yang bertanding, membuat kostum pemain dan pernak – pernik lainnya. Pihak penyelenggara dapat menggandeng setiap klub yang bertanding di PROLIGA.

Hal berikutnya yang dapat dilakukan adalah bagaimana pihak penyelenggara PROLIGA mengajak komunitas – komunitas bola voli di Indonesia untuk ikut serta dalam penyelenggaran PROLIGA. Komunitas pun diajak menetukan konsep bagaimana sebaiknya acara PROLIGA itu digelar disetiap Kota, komunitas juga bisa diajak bersama – sama untuk menghitung harga yang pantas untuk mereka ketika mereka dan masayrakat lain yang ingin menyaksikan pertandingan PROLIGA. Karakter konsumen telah berubah sehingga strategi yang digunakan pun harus berubah, hubungan konsumen dengan produsen semakin horizontal dan inilah yang membuat pihak penyelenggara PROLIGA sebagai produsen untuk semakit dekat dengan komunitas – komunitas bola voli di Tanah Air. Dengan kata lain dalam hal ini pihak penyelenggara harus melakukan Co-creation atau melakukan inovasi dengan menajak konsumen Proliga.

Muncul teknologi telah mengarahkan para kosnumen bola voli Indonesia untuk membentuk komunitas ada volimania, dukung proliga, Jakarta P2B Sananta, Samator Surabaya ataupun kominitas – komunitas individu pemain seperti Khasoni Mufid, Ayip Rizal dan masih banyal lagi. Dengan banyaknya komunitas ini pihak penyelenggara seharusnya mengakomodasi kebutuhan ini dan membantu mereka agar saling terkoneksi. Dan selanjutnya adalah PROLIGA harus memiliki sebuah DNA yang otentik yang menjadi inti dari diferensiasi PROLIGA itu sendiri.

Satu dasawarsa Proliga merupakan momentum yang baik untuk kembali menyusun Misi dan Visi dari PROLIGA itu sendiri, dan kemudian Misi dan Visi tersebut agar secepatnya dipasarkan kepada pecinta bola voli Tanah Air. Memperbaiki kekurangan penyelenggaran PROLIGA  selama satu dasawarsa  akan berdampak sangat besar bagi perkembangan industri olahraga bola voli di Tanah Air. Karakter konsumen sudah berubah dan oleh karena itu diperlukan pembaruan strategi dengan mengajak konsumen bola voli secara langsung , karena saat ini seorang konsumen ingin dilihat sebagai manusia yang seutuhnya oleh pihak produsen. Selamat satu dasawarsa PROLIGA BOLA VOLI INDONESIA, semoga kedepanya dengan PROLIGA industri olahraga bola voli dapat lebih maju lagi dan tentu  prestasi bola voli semakin baik seiring dengan mandirinya klub bola voli di Tanah Air serta semakin baiknya kesejahteran para pemain bola voli Indonesia  . SALAM OLAHRAGA !!!!!!!!!!!!!!!!

Penulis : Joko Purnomo SAB