Sabtu, 29 Oktober 2011

500.000 Sebuah Harga Yang Sangat Mewah Bagi Kami (Industri Olahraga Bukan Mengkomersilkan Sebuah Produk Dengan Harga Yang Sangat Tinggi)


Industri Olahraga di Indonesia sedang dalam tahap membangun, rasanya sangat tidak masuk akal bila benar – benar terjadi keputusan Panitia Pusat INASOC untuk menarik harga Rp. 500.000,- untuk ajang pembukaan dan penutupan SEA Games XVI nanti. Mereka seakan lupa hakikat sebuah industri olahraga sebenarnya. Inilah yang sangat disayangkan sejak awal seharusnya sudah dikonsep sebuah strategi dalam hal industri olahraga SEA Games, tidak hanya sekedar langsung mengeluarkan nominal Rp. 500.000,- untuk tiket pembukaan dan penutupan. Sang Ketua INASOC yang merupakan seorang pengusaha besar di Indonesia, seharusnya juga mengerti tentang bagaimana mengelola sebuah produk, apalagi produk yang bernama SEA Games adalah sebuah produk bagi rakyat Asia Tenggara. Sang Ketua seakan lupa bahwa masyarakat Asia tenggara terdiri dari berbagai macam segmen, bukan hanya segmen kalangan atas tertentu saja. Saya rasa masyarakat sudah sangat cerdas dalam menilai sebuah harga.

Di awal bulan Oktober dibuka sebuah toko resmi yang menjual pernak – pernik SEA Games dengan harga yang cukup tinggi. Memang perlu kita ketahui bersama acara SEA Games merupakan acara langka dalam sebuah negara, namun mereka pihak panitia juga harus menyadari bagaimana keadaan masyarakat yang sekarang terjadi. Saya hanya khawatir bila Industri Olahraga seperti ini justru akan menjurus kehancuran bagi Industri Olahraga di Indonesia itu sendiri. Dari dua permasalahan diatas sangat jelas bahwa permasalahan itu muncul dikarenakan Pihak Panitia tidak melakukan sebuah strategi yang baik dalam menentukan harga, Sukses secara ekonomi yang juga didengung – dengungkan selama SEA Games berlangsung akan sia – sia saja bila itu hanya dirasakan atau dinikmati oleh kalangan tertentu saja.

Kita lihat bagaimana seorang Pegawai negeri yang memiliki dua orang anak dan seorang istri yang ingin melihat Pembukaan SEA Games harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 2.000.000,-, padahal  gaji mereka satu bulan tidak sampai sebesar itu. Atau bagaimana seorang pegawai Swasta yang bernama Fathony Muhammad yang sudah merencanakan ingin melihat Pembukaan SEA Games dengan keluarganya membatalkan rencananya itu karena harga tiket pembukaan yang sangat mahal.  Atau bagaimana seorang tukang ojek yang biasa mangkal di Stadion Jakabaring yang mengatakan bahwa harga tiket yang sangat tinggi itu telah menyakiti perasaan masyarakat yang tidak mampu. Banyak kaum yang bersegmentasi menengah dan menengah ke bawah yang mengatakan “ ini benar – benar menyakiti perasaan kami, pembukaan SEA Games di Palembang seakan hanya diperuntukan untuk kaum atas, Impian kami sirna untuk melihat pembukaan di kampung halaman kami sendiri “. Caci maki di media sosial seperti Facebook dan Twitter tentang harga yang tiket yang sangat banyak. Mulai dari yang menyerukan untuk tidak melihat SEA Games, mengkaitkan tingginya harga dengan korupsi, sampai Nazarudin ataupun Pak SBY yang disinggung oleh mereka. Dari sini sangat terlihat jelas bahwa Masyarakat sudah cerdas dalam menilai sebuah harga yang pantas.

Pertanyaan yang muncul sekarang adalah Apakah Industri Olahraga itu Selalu Identik Dengan Harga Yang Tinggi dan membuat masyarakat kalangan menengah kebawah sulit untuk memperoleh produk dari industri olahraga ???????????????

Kesalahan terbesar yang sering dilakukan oleh para pelaku industri olahraga di indonesia adalah masih minimnya pengetahuan mereka tentang konsep – konsep strategi bisnis dalam sebuah Industri Olahraga. Mulai dari bagaimana menentuka segmen, menentukan positioning, membranding sebuah produk, menentukan harga dari sebuah produk hingga pelayanan produk tersebut. Minimnya pengetahuan ini ternyata berdampak besar bagi mereka dalam mengelola sebuah industri olahraga sehingga selalu muncul paradigma yang salah bahwa Industri Olahraga adalah komersialisasi dalam dunia olahraga. Disatu sisi banyak para pengusaha yang akan atau sedang terlibat dengan Industri Olahraga di Indonesia tidak memperbarui ilmunya tentang konsep – konsep bisnis, mereka selalu berfikiran hanya keuntungan bersifat financial saja. Dunia Industri Olahraga merupakan kegiatan bisnis, sehingga perlu dingat bahwa dalam dunia bisnis ada 6 kerangka berpikir yang wajib dipenuhi. Ke-enam kerangka berpikir tersebut adalah Berpikir secara administrasi, berpikir secara dagang, berpikir secara komersil, berpikir secara teknologi, berpikir secara ekonomis dan berpikir secara sosial. Yang selalu dilupakan para pelaku bisnis termasuk para Pelaku Industri Olahraga adalah poit berpikir secara sosial. Ketika salah satu kerangka berpikir bisnis ini saja tidak dimasukkan dalam sebuah konsep bisnis maupun industri olahraga maka dikatakan bahwa itu bukan lah “ Bisnis “ . Hal ini dikarenakan ada pihak – pihak tertentu yang merasa dirugikan, dalam konteks Tiket Pembukaan SEA Games yang harganya Rp 500.000,- sangat terlihat jelas bahwa yang dirugikan adalah masyarakat menengah kebawah, Dari sini bisa kita simpulkan bahwa  “ SEA Games bukan sebuah Industri Olahraga “.

Kurangnya ilmu dan tidak mau memperbaruinya ilmu tentang konsep bisnis dalam Industri Olahraga menyebabkan adanya paradigma yang salah tentang industri olahraga. Selain paradigma yang salah tersebut, efek domino yang terlihat adalah semakin identiknya harga yang tinggi bila sebuah olahraga sudah dijadikan Industri Olahraga. Harga semakin menjadi tinggi setelah terjadi proses industri olahraga karena para pelaku masih menggunakan rumus “ biaya produksi ditambah margin keuntungan “. Untuk saat rumus tersebut sangat tertinggal atau sangat terlalu sederahan. Inilah yang membuat mengapa produk – produk industri olahraga mahal selain aspek berpikir secara sosial dalam kerangka berpikir bisnis tidak pernah dimasukan.

Lalu bagaimana sebenarnya menentukan harga dalam sebuah Industri Olahraga  Yang Baik ?????????

Bila produk yang dijual itu berupa barang – barang seperti alat atau perlengakapan olahraga maka penentuan harga dapat dilakukan dengan cara value – based pricing, yaitu harga yang ditentukan berdasarkan value/nilai yang dipersepsikan oleh pelanggan itu sendiri. Harga yang ditawarkan haruslah tepat tidak boleh terlalu mahal , namun juga tidak boleh terlalu murah. Ha lain yang harus diperhatikan adalah harga harus mudah dipahami  oleh pelanggan. Harga suatu produk tidak boleh berubah – ubah setiap saat, karena masyarakat akan merasa bingung. Dalam penentuan harga selalu pertimbangkan sisi konsumen, bukan hanya sekedar cost semata. Dan yang paling penting adalah komunikasikan produk Anda secara tepat.

Bila produk itu berupa jasa seperti acara pembukaan SEA Games dan pertandingan – pertandingan olahraga, maka cara yang paling tepat adalah dengan mengajak para konsumen melalui komunitas – komunitas olahraga untuk bersama – sama mendiskusikan harga yang pantas. Hal ini dikarenakan konsep bisnis yang sudah berubah, dalam praktiknya sekarang bisnis sudah bukan lagi secara vertical melaikan secara horizontal. Dengan perubahan ini maka harga bukan lagi ditentukan sepihak oleh produsen seperti apa yang sekarang dilakukan oleh INASOC dalam hal penentuan harga tiket masuk pembukaan SEA Games. Seharusnya pihak panitia juga mampu mengajak konsumen melalui komunitas – komunitas olahraga untuk menentukan harga yang pantas bagi pembukaan SEA Games.

Kita memang masih dalam tahap proses membangun sebuah industri olahraga, oleh karena itu mari bersama – sama kita membangun industri olahraga Indonesia dengan menggunakan kerangka berpikir secara bisnis. Bukan hanya saja mencari keuntungan yang bersifat financial saja, namun harus juga memperhatikan aspek – aspek sosial. Masyarakat Indonesia masih perlu diberikan sebuah sosialisasi secara mendalam hingga paradigma yang salah mengenai industri olahraga dapat diatasi. Di lain pihak kita semua harus banyak belajar tentang konsep bisnis yang selalu berubah, hal ini dikarenakan perilaku konsumen pula yang selalu berubah sesuai jaman nya. Dalam penentuan harga sudah tidak jaman nya lagi seorang pelaku industri olahraga hanya memperhatikan aspek biaya yang dikeluarkan, mereka juga harus mampu melihat aspek dari sisi Konsumen. Ajak konsumen untuk menentukan harga yang pantas. Bila untuk melihat pembukaan dan penutupan SEA Games seorang konsumen harus membayar Rp 500.000,- itu benar – benar melukai hati masyarakat Indonesia. Dan dapat dikatakan bahwa SEA Games kali ini  “ bukanlah sebuah industri Olahraga “ karena ada pihak – pihak tertentu yang merasa dirugikan. Bila sang Ketua INASOC dan Ketua KONI mengatakan itu sebagai sebuah Industri Olahraga itu sama saja membohongi kami, karena dalam sebuah industri olahraga bukanlah mencari keuntungan semata.  Salam Olahraga !!!!!!!!!!!!!!

Penulis : Joko Purnomo, SAB

Baca Juga http://poernomojoko.blogspot.com/2010/10/strategic-place-triangle-new-wafe.html