Walaupun SEA Games 2011 di Indonesia belum dimulai, namun dapat dilihat sampai saat ini sebuah ajang multievent ini masih jauh dari sebuah industri Olahraga. Delapan Bulan lagi penyelenggaran SEA Games akan berlangusung, namun semua seakan jalan ditempat mulai dari persiapan atlet ataupun dari segi lain. Saya tidak akan membahas mengenai bagaimana persipan atlet Indonesia menuju SEA Games 2011, karena itu bukan bidang saya. Saya akan menyoroti bagaimana sebuah event olahraga terbesar di Asia Tenggara ini masih jauh dari sebuah Industri Olahraga. Bangsa kita tidak pernah belajar dengan event – event olahraga yang pernah diselenggarakan oleh negara lain atau belajar dari event – event di dalam negeri. Sejak tahun 2007 sebenarnya Indonesia sudah ditunjuk sebagai Tuan Rumah SEA Games, kita punya waktu 4 tahun untuk mempersiapkan itu semua. Namun perhatian Pemerintah terlihat tidak sigap, Panitia SEA Games baru dibentuk pada bulan Maret 2010, Kota – kota yang akan menjadi penyelenggaran pun berubah – ubah dan baru pasti diselenggarakan di Palembang dan Jakarta pada bulan – bulan akhir di tahun 2010. Pembentukan panitia di daerah – daerah pun baru diresmikan pada bulan Januari 2011, bahkan SK bagi para atlet pun hingga minggu pertama Februari di 2011 belum keluar. Lantas Pimpinan tertinggi di negeri ini meminta penyelenggaran SEA Games sukses di semua bidang, sukses prestasi, sukses menjadi tuan rumah dan sukses ekonomi. Namun melihat perkembangan terakhir ini saya sangat merasa itu semua sangat sulit diwujudkan.
Dilihat dari sisi Industri Olahraga SEA Games sangat jauh dari sebuah Industri, bila kita buka website resmi SEA Games yang baru saja diluncurkan kemarin sangat terlihat jelas bagaimana tidak ada sponsor satu pun disana terpampang hingga hari ini, di website SEA Games yang dibuat Pemerintah Sumatra Selatan dan KONI Sumatra Selatan pun space buat sponsor di website tersebut belum ada yang terisi. Hal ini berbeda jauh sekali dengan PON 2012 di Riau dimana Pemerintah Propinsi benar – benar mampu menggandeng perusahan – perusahan besar untuk menyelenggarakan SEA Games. Pemerintah Propinsi Riau menggandeng Chevron dan perusahan lainya dalam PON 2012. Pemerintah Indonesia bahkan tidak dinyatakan serius untuk menyelenggarakan SEA Games, Ketua Panitia SEA Games (INASoc) mengatakan ketidakseriusan Pemerintah nampak jelas dari belum dikeluarkannya uang buat panitia sehingga berdampak pada semua aktivitas dalam persiapan SEA Games, Website resmi yang seharusnya satu tahun lalu sudah diluncurkan, namun kemarin diluncurkan. Belum lagi permasalahan Maskot SEA Games yang merupakan identitas utama dalam SEA Games samapi hari ini belum diluncurkan. Pemerintah Daerah Sumatra selatan berteriak – teriak mengatakan bahwa Pemasaran SEA Games tidak berjalan bahkan masih jauh yang diharapkan. Rencana menggunakan alat – alat olahraga buatan negeri sendiri seperti apa yang dilakukan oleh Thailand pada SEA Games 2007 sepertinya masih jauh dari sebuah harapan. Pihak Kementerian Perdagangan pun seakan – akan bekerja lambat. Mungkin hanya batik SEA Games yang kemarin diluncurkan bulan September 2010 yang bisa diandalakan.
Apa yang menyebabkan Sea Games masih jauh dari sebuah Industri Olahraga ????????
1. Birokrasi
Semua aspek mulai dari pelatnas, pembentukan panitia dan mengenai masalah persiapan penyelenggaran SEA Games 2011 di Indonesia masih menggunakan pendekatan Birokratis. Pendekatan ini lah yang membuat semua tidak berjalan dengan sesuai, dampaknya juga kesemua aspek baik dari persiapan atlet, pembangunan stadion olahraga maupun berdampak kepada industri olahraga. Dampak pendekatan birokratis ini lah yang membuat semua rencana Industri Olahraga berantakan. Pendekatan Birokratis adalah sebuah pendekatan pengeloloan baik nasional maupun daerah yang “ picik “ karena selalu berorientasi pada prosedur dan aturan baku birokrasi yang menyebabkan semua orang yang terlibat dalam SEA Games mulai dari Panitia, Atlet, Pelatih, Pengurus PB dan lainnya kehilangan kepekaan terhadap kebutuhan – kebutuhan yang seharusnya diterima mereka. Seharusnya Pemerintah Pusat dan Daerah menggunakan Startegic Entrepreneurial yang bersifat pragmatis, karena selalu berorientasi terhadap hasil dan peka terhadap semua peluang, selalu fokus kepada kebutuhan dan ekspetasi orang – orang yang terlibat dalam SEA Games. Dan yang tidak kalah penting pendekatan ini responsif setiap terhadap perubahan di lingkungan Makro.
Pendekatan Birokrasi ini yang telah membuat startegi – strategi marketing yang seharusnya berjalan sejak setahun lalu menjadi terbengkalai. Penentuan daerah penyelenggara yang baru ditentukan pada akhir – akhir tahun 2010 menyebabkan pemasar dalam SEA Games sulit untuk menetukan langkah selanjutnya. Belum lagi masalah Birokrasi yang berkaitan dengan penurunan dana ke pihak panitia dari Pemerintah yang hingga Februari awal belum cair menyebabkan semua proses pemasaran yang merupakan jantung dari sebuah industri olahraga berantakan. Maskot SEA Games yang harusnya di lounching bareng dengan Logo SEA Games pun tidak jadi dilaksanakan. Bahkan hingga saat ini Maskot SEA Games belum di launching. Maskot SEA Games sebenarnya memiliki peran yang sangat besar dalam sebuah Industri olahraga ini, Maskot merupakn identitas dari penyelenggaran SEA Games. Masalah birokrasi pula yang menyebabkan panitia daerah di Palembang dan Jakarta bekerja dekat – dekat penyelenggaran, pembangunan stadion baru di Palembang yang kurang meyakinkan berbagai pihak akan selesai pada SEA Games nanti merupakan dampak dari pendekatan birokrasi. Pendekatan birokrasi ini juga yang menyebabkan Pelatnas atlet SEA Games menjadi terganggu. Semua ini akhirnya berdampak pada Industri Olahraga. Jangan harap SEA Games kali ini membawa banyak investor bila kita masih menggunakan pendekatan birokrasi.
2. Tidak Menyerahkan Kepada Ahlinya
Tidak jalannya konsep Industri olahraga pada SEA Games kali ini salah satunya disebabkan oleh faktor Sumber Daya Manusia. Dalam bidang industri olahraga sebenarnya banyak ahli – ahli nulai dari pemasaran, keuangan maupun di sumber daya manusia. Mungkin hanya bidang produksi alat – alay olahraga saja yang lumayan bekerja baik. Saya dapat mengatakan bahwa dalam SEA Games kali ini posisi yang berkaitan dengan konsep industri olahraga tidak diisi oleh orang – orang yang memiliki ahli. Sebagai contoh dibidang pemasaran, Pemasaran SEA Games masih menggunakan startegi yang sangat kuno dalam era marketing3.0 sekarang, hal ini dikarenakan orang – orang yang duduk disini merupakan orang – orang yang tidak tahu tentang marketing.
Itulah 2 faktor utama yang menyebabkan SEA Games masih jauh dari sebuah industri olahraga. Kita tidak pernah belajar kepada event – event yang pernah berlangsung, bangsa ini sangat senang terhadap sesuatu yang rumit, padahal itu sangat mudah. Mudah – mudahan event SEA Games yang akan berlangsung bulan November dapat berjalan dengan lancar. Indinesia bisa sukses di prestasi, sukses Tuan Rumah dan sukses ekonomi masyarakat. Salam Olahraga,,,,,,,,,,,,,,,!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Penulis : Joko Purnomo