Ada sebuah gairah baru dalam Industri Olahraga di Indonesia yaitu Industri Bersepeda. Dalam harian Kompas tertanggal 5 Agustus 2011, halaman 34 yang berjudul “ Bersepeda, Olahraga yang Menjadi Gaya Hidup “ membukakan mata saya betapa berkembangnya industri sepeda di Indonesia. Namun ada hal yang perlu diperhatikan dalam berkembangnya industry olaharga sepeda di Indonesia. Dalam harian kompas, pertumbuhan permintaan akan sepeda yang diperkirakan 15-20 persen pertahun di Indonesia ternyata belum mampu dicukupi produksi dalam negeri, di Indonesia kebutuhan permintaan sepeda diperkirakan lima sampai dengan enam juta unit per tahun, sementara produksi dalam negeri hanya sekitar dibawah 2,5 juta unit per tahun. Selama ini kekurangan pasokan sepeda di dalam negeri ditutup dengan impor dan sebagain besar didatangkan dari China.
Industri sepeda tidak hanya sepeda itu sendiri, banyak sekali usaha – usaha yang dapat dijadikan sebuah Industri Olahraga. Mulai dari Onderdil sepede hingga perlengkapan – perlengkapan bersepeda. Lalu bagaimana menggarap Industri Olahraga Sepeda ini di Indonesia ????????
Bersepeda Sebagai Gaya Hidup
Untuk menjadi sebuah Industri Olahraga, bersepeda sudah memiliki dasar yang kuat, dasar yang kuat bersepeda sebagai Industri Olahraga dikarenakan olahraga bersepeda sudah bermetamorfosis menjadi sarana hiburan, sarana komunikasi dan akhirnya sekarang telah menjadi gaya hidup. Bersepeda saat ini sudah tumbuh menjadi hobi yang sangat popular, menjawab kebutuhan berbagai lapisan usia dan merabah beragam strata social ekonomi. Bersepeda sudah bergerak menjadi sebuah gaya hidup. Harga sepeda tak lagi murah, terdongkrak oleh berbagai startegi pemasaran dengan pencintraan – pencitraan. Fenomena bersepeda sebagai gaya hidup dapat pula dilihat dari berbagai indicator berikut :
1. Semakin banyaknya fenomena Fun-Bike Di Kota – kota besar di Indonesia.
2. Adanya kawasan – kawasan tempat kumpul para sepeda seperti jalur JPG (jalur pipa gas), Cimanuk, Jalur Puncak (sekitar Jakarta), Cangkringan – Kaliurang, atau Wonorejo di Surabaya.
3. Munculnya komunitas – komunitas sepeda baik sepeda yang se-jenis, maupun komunitas – komunitas yang berdiri karena instansi atau kantor/perusahan.
4. Semakin banyaknya orang yang menggunakan sepeda untuk berpergian ke kantor.
Fenomena bersepeda di Indonesia menjadi gaya hidup juga dapat dilihat dari hasil survey di 12 kota yang dilakukan harian Kompas tertanggal 5 Agustus 2011 (Hal.34) yang dapat dilihat dibawah ini.
Pernyataan | Presentasi |
Semakin banyak warga kota yang menggunakan sepeda untuk beraktivitas | 75% |
Warga kota yang menggunakan sepeda sebagai transportasi fungsional | 46,4% |
Bersepeda 1 s.d 2 kali dalam seminggu | 52,3% |
Bersepeda lebih dari 3 kali dalam seminggu | 24,9% |
Alasan Menyukai sepeda karena untuk berolehraga dan menjaga kesehatan | 74,7% |
Memiliki sepeda lebih dari satu di rumah | 70% |
Setuju jalur sepeda di bangun | 90,7% |
Dari 4 indikator dan hasil survey yang telah dilakukan oleh harian kompas dapat disimpulkan bahwa bersepeda untuk saat ini sudah dijadikan masyarakat sebagai bagian dari hidupnya, bersepeda merupakan sebuah fenomena gaya hidup di kota – kota besar di Indonesia. Bersepeda sebagai gaya hidup inilah yang merupakan dasar untuk mengembangkan sebuah Industri Olahraga Sepeda di Indonesia.
Mengapa Gaya Hidup dikatakan sebagai dasar yang kuat dalam mengembangkan Industri Olahraga Sepeda di Indonesia ???
Dalam skripsi saya yang membahas tentang psikografis konsumen, terlihat jelas bahwa gaya hidup seseorang akan menciptakan sebuah segmen tersendiri. Karena mereka akan mengelompok membentuk komunitas yang sesuai dengan gaya hidupnya. Secara sederhana gaya hidup didefinisikan sebagai “bagaimana seseorang hidup”, termasuk bagaimana seseorang menggunakan uangnya, bagaimana ia mengalokasikan waktunya, dan sebagainya (Prasetijo dan Ihalauw, 2005 : 56). Jadi, gaya hidup berbeda dari kepribadian yang memandang konsumen dari perspektif internal. Kindra, dkk (1994; 225) mendefinisikan tentang gaya hidup konsumen sebagai pola aktivitas, minat dan pendapat konsumen yang konsisten dengan kebutuhan dan nilai – nilai yang dianutnya. Kata kuncinya pola dan konsisten. Kedua definisi gaya hidup tersebut dapat kita simpulkan bahwa gaya hidup meruapakn kecenderungan konsumen dalam berperilaku di pasar dan yang terpenting gaya hidup ketika direspons oleh sebuah produsen maka dapat diprediksi.
Munculnya gaya hidup bersepeda sebenarnya dapat diprediksi oleh pihak produsen sebelumnya, namun justru pihak produsen dalam negeri yang kurang mampu meresponnya, sehingga produsen – produsen luar negeri lah yang harus mencukupi kenutuhan sepeda dalam negeri. Gaya hidup bersepeda inilah yang akan mempengaruhi perilaku seseorang dan akhirnya menentukan pilihan – pilihan konsumsi seseorang. Orang – orang yang sudah menganggap bersepeda sebagai gaya hidup akan lebig detail dalam memperhatikan sepeda, bagaimana orang – orang tersebut merawat sepeda, bagaimana orang – orang tersebut akan melindungi dirinya ketika bersepa, bagaimana orang – orang tersebut akan memodifikasi sepedanya sesuai dengan yang diinginkan, kesemuanya ini lah yang memiliki efek domino bagi Industri – industri sepeda di Tanah Air. Sehingga tidak salah ketika bersepeda sudah sebagai gaya hidup maka awal Industri Olahraga dimulai.
Setelah Sebagai Gaya Hidup, Apa Yang Harus Dilakukan !!!!!!!!!!!
Tahap kedua atau tahap setelah bersepeda menjadi gaya hidup, langkah selanjutnya adalah menggali kebutuhan tersembunyi dari para konsumen sepeda sehingga bisa menjadi landasan yang kuat untuk membangun keunggulan daya saing Industri Olahraga Sepeda di Indonesia. Pihak Produsen seharusnya melakukan riset ke pasar dengan metode riset partisipatif. Dengan metode partisipatif akan didapatkan pendapat dan persepsi sesungguhnya dari konsumen.
Hal selanjutnya yang harus dilakukan oleh pihak produsen di Indonesia adalah menentukan model bisnis apa yang dapat digunakan untuk mengembangkan sebuah industri sepeda di Indonesia. Ada 9 elemen penting dalam menentukan model bisnis yaitu :
1. Segmen Konsumen yang akan dilayani.
Produsen/perusahaan harus mampu mengelompokan konsumen yang menjadi sasarannya. Ketika bersepeda menjadi sebuah gaya hidup, maka dapat dikatakan bahwa mereka merupakan kelompok konsumen yang dari situ sudah terlihat segmen dari industri bersepeda di Indonesia berupa segmen yang terbatas atau segmen yang lebih besar. Kelompok konsumen bersepeda membentuk suatu segmen karena kebutuhan mereka merepresentasikan suatu penawaran akan sepeda dan perlengkapannya. Setelah menentukan segmen mana yang menjadi fokus utama dan segmen mana yang diabaikan, maka perusahaan/produsen harus mampu membuat list profil segmen untuk menentukan penawaran yang akan diberikan. Pertanyan – pertanyan seperti Apa yang dilihat konsumen dari sebuah sepeda ? Bagaimana lingkungan sekitar mempengaruhi konsumen untuk bersepeda ? Apa yang konsumen rasakan dan pikirkan ? Bagaimana perilaku konsumen ? Apa yang menjadi ketakutannya ? Apa yang menjadi keinginannya ? merupakan beberapa contoh pertanyaan dalam menyusun list profil segmen.
2. Proposisi Nilai yang ditawarkan.
Proposisi nilai yang ditawarkan mengarah kepada penawaran produk yang akan diberikan kepada suatu segmen konsumsi tertentu, proposisi nilai ini yang kan menentukan seorang konsumen akan memilih perusahaan Anda atau memilih penawaran dari perusahaan lain. Oleh karena itu dalam sebuah industri sepeda di Indonesia proposisi nilai yang dapat dilakukan oleh pihak produsen/perusahaan adalah berupa produk baru sepeda, kinerja dari sebuah produk (barang dan jasa), desain yang unik, status dari brand, harga, kemudahan akses dan sebagainya.
3. Channels.
Elemen ketiga adalah channels, yang menjelaskan bagaimana perusahaan menjangkau konsumennya melalui jaringan distribusi maupun komunikasinya. Channels merupakan kontak anatara konsumen dengan perusahaan yang sangat penting dalam menciptakan pengalaman pelanggan dalam penggunaan produk maupun jasa yang ditawarkan. Yang perlu diperhatikan dalam channels industri sepeda di Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Membentuk pengetahuan konsumen mengenai produk baik barang atau jasa yang ditawarkan produsen/perusahaan.
b. Membantu konsumen untuk menilai proposisi nilai perusahaan.
c. Menyediakan saluruan bagi konsumen untuk medapatkan produk baik berupa barang maupun jasa.
d. Menyampaikan proposisi nilai perusahaan/produsen kepada konsumen.
e. Menyediakan layanan tambahan setelah transaksi.
4. Hubungan dengan Konsumen.
Setiap perusahaan/produsen harus mampu menciptakan hubungan dengan konsumen untuk berkomunikasi. Perkembangan teknologi akan mempengaruhi pula bagaimana industri bersepeda, oleh karenanya ketika perusahaan sudah memiliki hubungan dengan konsumen maka perusahaan tersebut akan lebih mudah untuk mencari tahu apa yang diinginkan konsumennya. Disinilah peran sebuah perusahaan untuk dapat masuk ke komunitas – komunitas yang telah ada.
5. Sumber Pendapatan.
Perusahaan harus mampu menjelaskan bagaimana mendapatkan pendapatan dari usahanya. Yang perlu diingat sumber pendapatan tidak hanya berasal dari konsumen saja, tapi bisa juga dari pihak ketiga.
6. Key Resource
Berhubungan dengan sumber daya dan aset yang dimiliki oleh sebuah Perusahaan untuk menjalankan model bisnisnya. Dengan sumber daya yang dimiliki, Perusahaan dapat memberikan proposisi nilai yang ditawarkan, menjangkau dan berkomunikasi dengan segmen konsumen, serta menghasilkan profit. Perusahaan juga harus mampu membuat startegi tentang sumber daya ini, apakah akan dimiliki senidir, menyewa atau memperoleh dari pihak ketiga. Key Resource dapat berupa :
a. Aset Fisik seperti pabrik, gedung perkantoran, jaringan distribusi, kendaraan.
b. Sumber daya intelektual, seperti brand, pengetahuan, patem, hak cipta atau data base konsumen.
c. Sumber daya manusia, berupa karyawan yang memiliki keahlian khusus.
d. Sumber daya Finansial
7. Key Activities
Elemen ini menjelaskan apa saja yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa bisnis modelnya berjalan dengan baik.
8. Key Partnership
Elemen ini mendeskripsikan hubungan dengan pihak ketiga, misalnya supplier atau partner, untuk menjalankan bisnis model.
9. Cost Structure
Elemen ini berhubungan dengan biaya – biaya yang keluar untuk menjalankan bisnis model.
Bersepeda sudah menjadi sebuah gaya hidup, dan sekarang saatnya menjadikan sebuah Industri olaharga sepeda di Tanah Air. Dari 9 elemen bisnis model yang telah dijelasknan diatas sangat jelas bahwa cakupan sebuah industri olahraga tidak hanya sekedar membuat sebuah alat, dalam hal ini membuat sepeda atau perlengkapan – perlengakapan lainya. Dalam sebuah industri olahraga harus memasukan elemen – elemen sumber daya manusia, keuangan maupun strategi – staretgi untuk mendekatkan diri kepada konsumen. Saatnya Industri Olahraga Sepeda di Indonesia menjadi Raja di rumahnya sendiri.
Salam Olahraga!!!!!!!
Daftar Bacaan
Harian Kompas tanggal 5 Agustus 2011, halaman 34 yang berjudul “ Bersepeda, Olahraga yang Menjadi Gaya Hidup “
Majalah Marketeers Edisi Bulan Agustus 2011 Hal. 22 – 24
Penulis : Joko Purnomo, SAB