Industri Olahraga di Indonesia sedang dalam tahap membangun,
rasanya sangat tidak masuk akal bila benar – benar terjadi keputusan Panitia
Pusat INASOC untuk menarik harga Rp. 500.000,- untuk ajang pembukaan dan
penutupan SEA Games XVI nanti. Mereka seakan lupa hakikat sebuah industri
olahraga sebenarnya. Inilah yang sangat disayangkan sejak awal seharusnya sudah
dikonsep sebuah strategi dalam hal industri olahraga SEA Games, tidak hanya
sekedar langsung mengeluarkan nominal Rp. 500.000,- untuk tiket pembukaan dan
penutupan. Sang Ketua INASOC yang merupakan seorang pengusaha besar di
Indonesia, seharusnya juga mengerti tentang bagaimana mengelola sebuah produk,
apalagi produk yang bernama SEA Games adalah sebuah produk bagi rakyat Asia
Tenggara. Sang Ketua seakan lupa bahwa masyarakat Asia tenggara terdiri dari
berbagai macam segmen, bukan hanya segmen kalangan atas tertentu saja. Saya
rasa masyarakat sudah sangat cerdas dalam menilai sebuah harga.
Di awal bulan Oktober dibuka sebuah toko resmi yang menjual
pernak – pernik SEA Games dengan harga yang cukup tinggi. Memang perlu kita
ketahui bersama acara SEA Games merupakan acara langka dalam sebuah negara, namun
mereka pihak panitia juga harus menyadari bagaimana keadaan masyarakat yang
sekarang terjadi. Saya hanya khawatir bila Industri Olahraga seperti ini justru
akan menjurus kehancuran bagi Industri Olahraga di Indonesia itu sendiri. Dari
dua permasalahan diatas sangat jelas bahwa permasalahan itu muncul dikarenakan
Pihak Panitia tidak melakukan sebuah strategi yang baik dalam menentukan harga,
Sukses secara ekonomi yang juga didengung – dengungkan selama SEA Games
berlangsung akan sia – sia saja bila itu hanya dirasakan atau dinikmati oleh
kalangan tertentu saja.
Kita lihat bagaimana seorang Pegawai negeri yang memiliki dua
orang anak dan seorang istri yang ingin melihat Pembukaan SEA Games harus
mengeluarkan uang sebesar Rp. 2.000.000,-, padahal gaji mereka satu bulan tidak sampai sebesar
itu. Atau bagaimana seorang pegawai Swasta yang bernama Fathony Muhammad yang
sudah merencanakan ingin melihat Pembukaan SEA Games dengan keluarganya
membatalkan rencananya itu karena harga tiket pembukaan yang sangat mahal. Atau bagaimana seorang tukang ojek yang biasa
mangkal di Stadion Jakabaring yang mengatakan bahwa harga tiket yang sangat
tinggi itu telah menyakiti perasaan masyarakat yang tidak mampu. Banyak kaum
yang bersegmentasi menengah dan menengah ke bawah yang mengatakan “ ini benar –
benar menyakiti perasaan kami, pembukaan SEA Games di Palembang seakan hanya
diperuntukan untuk kaum atas, Impian kami sirna untuk melihat pembukaan di kampung
halaman kami sendiri “. Caci maki di media sosial seperti Facebook dan Twitter
tentang harga yang tiket yang sangat banyak. Mulai dari yang menyerukan untuk
tidak melihat SEA Games, mengkaitkan tingginya harga dengan korupsi, sampai
Nazarudin ataupun Pak SBY yang disinggung oleh mereka. Dari sini sangat
terlihat jelas bahwa Masyarakat sudah cerdas dalam menilai sebuah harga yang pantas.
Pertanyaan yang muncul
sekarang adalah Apakah Industri Olahraga itu Selalu Identik Dengan Harga Yang
Tinggi dan membuat masyarakat kalangan menengah kebawah sulit untuk memperoleh
produk dari industri olahraga ???????????????
Kesalahan terbesar yang sering dilakukan oleh para pelaku
industri olahraga di indonesia adalah masih minimnya pengetahuan mereka tentang
konsep – konsep strategi bisnis dalam sebuah Industri Olahraga. Mulai dari
bagaimana menentuka segmen, menentukan positioning, membranding sebuah produk,
menentukan harga dari sebuah produk hingga pelayanan produk tersebut. Minimnya
pengetahuan ini ternyata berdampak besar bagi mereka dalam mengelola sebuah
industri olahraga sehingga selalu muncul paradigma yang salah bahwa Industri
Olahraga adalah komersialisasi dalam dunia olahraga. Disatu sisi banyak para
pengusaha yang akan atau sedang terlibat dengan Industri Olahraga di Indonesia
tidak memperbarui ilmunya tentang konsep – konsep bisnis, mereka selalu
berfikiran hanya keuntungan bersifat financial saja. Dunia Industri Olahraga
merupakan kegiatan bisnis, sehingga perlu dingat bahwa dalam dunia bisnis ada 6
kerangka berpikir yang wajib dipenuhi. Ke-enam kerangka berpikir tersebut
adalah Berpikir secara administrasi, berpikir secara dagang, berpikir secara
komersil, berpikir secara teknologi, berpikir secara ekonomis dan berpikir
secara sosial. Yang selalu dilupakan para pelaku bisnis termasuk para Pelaku
Industri Olahraga adalah poit berpikir secara sosial. Ketika salah satu
kerangka berpikir bisnis ini saja tidak dimasukkan dalam sebuah konsep bisnis
maupun industri olahraga maka dikatakan bahwa itu bukan lah “ Bisnis “ . Hal ini dikarenakan ada
pihak – pihak tertentu yang merasa dirugikan, dalam konteks Tiket Pembukaan SEA
Games yang harganya Rp 500.000,- sangat terlihat jelas bahwa yang dirugikan adalah
masyarakat menengah kebawah, Dari sini bisa kita simpulkan bahwa “ SEA
Games bukan sebuah Industri Olahraga “.
Kurangnya ilmu dan tidak mau memperbaruinya ilmu tentang konsep
bisnis dalam Industri Olahraga menyebabkan adanya paradigma yang salah tentang
industri olahraga. Selain paradigma yang salah tersebut, efek domino yang
terlihat adalah semakin identiknya harga yang tinggi bila sebuah olahraga sudah
dijadikan Industri Olahraga. Harga semakin menjadi tinggi setelah terjadi
proses industri olahraga karena para pelaku masih menggunakan rumus “ biaya
produksi ditambah margin keuntungan “. Untuk saat rumus tersebut sangat
tertinggal atau sangat terlalu sederahan. Inilah yang membuat mengapa produk –
produk industri olahraga mahal selain aspek berpikir secara sosial dalam
kerangka berpikir bisnis tidak pernah dimasukan.
Lalu bagaimana
sebenarnya menentukan harga dalam sebuah Industri Olahraga Yang Baik ?????????
Bila produk yang dijual itu berupa barang – barang seperti
alat atau perlengakapan olahraga maka penentuan harga dapat dilakukan dengan
cara value
– based pricing, yaitu harga yang ditentukan berdasarkan value/nilai
yang dipersepsikan oleh pelanggan itu sendiri. Harga yang ditawarkan haruslah
tepat tidak boleh terlalu mahal , namun juga tidak boleh terlalu murah. Ha lain
yang harus diperhatikan adalah harga harus mudah dipahami oleh pelanggan. Harga suatu produk tidak
boleh berubah – ubah setiap saat, karena masyarakat akan merasa bingung. Dalam
penentuan harga selalu pertimbangkan sisi konsumen, bukan hanya sekedar cost
semata. Dan yang paling penting adalah komunikasikan produk Anda secara tepat.
Bila produk itu berupa jasa seperti acara pembukaan SEA Games
dan pertandingan – pertandingan olahraga, maka cara yang paling tepat adalah
dengan mengajak para konsumen melalui komunitas – komunitas olahraga untuk
bersama – sama mendiskusikan harga yang pantas. Hal ini dikarenakan konsep
bisnis yang sudah berubah, dalam praktiknya sekarang bisnis sudah bukan lagi
secara vertical melaikan secara horizontal. Dengan perubahan ini maka harga
bukan lagi ditentukan sepihak oleh produsen seperti apa yang sekarang dilakukan
oleh INASOC dalam hal penentuan harga tiket masuk pembukaan SEA Games. Seharusnya
pihak panitia juga mampu mengajak konsumen melalui komunitas – komunitas
olahraga untuk menentukan harga yang pantas bagi pembukaan SEA Games.
Kita memang masih dalam tahap proses membangun sebuah
industri olahraga, oleh karena itu mari bersama – sama kita membangun industri
olahraga Indonesia dengan menggunakan kerangka berpikir secara bisnis. Bukan
hanya saja mencari keuntungan yang bersifat financial saja, namun harus juga
memperhatikan aspek – aspek sosial. Masyarakat Indonesia masih perlu diberikan sebuah
sosialisasi secara mendalam hingga paradigma yang salah mengenai industri
olahraga dapat diatasi. Di lain pihak kita semua harus banyak belajar tentang
konsep bisnis yang selalu berubah, hal ini dikarenakan perilaku konsumen pula
yang selalu berubah sesuai jaman nya. Dalam penentuan harga sudah tidak jaman
nya lagi seorang pelaku industri olahraga hanya memperhatikan aspek biaya yang
dikeluarkan, mereka juga harus mampu melihat aspek dari sisi Konsumen. Ajak
konsumen untuk menentukan harga yang pantas. Bila untuk melihat pembukaan dan
penutupan SEA Games seorang konsumen harus membayar Rp 500.000,- itu benar –
benar melukai hati masyarakat Indonesia. Dan dapat dikatakan bahwa SEA Games
kali ini “ bukanlah sebuah industri Olahraga “ karena ada pihak – pihak tertentu
yang merasa dirugikan. Bila sang Ketua INASOC dan Ketua KONI mengatakan itu
sebagai sebuah Industri Olahraga itu sama saja membohongi kami, karena dalam
sebuah industri olahraga bukanlah mencari keuntungan semata. Salam Olahraga !!!!!!!!!!!!!!
Penulis : Joko Purnomo, SAB
Baca Juga http://poernomojoko.blogspot.com/2010/10/strategic-place-triangle-new-wafe.html