Menutup akhir tahun 2010, Blog Marketing and Sport Industry melakukan pemeringkatan terhadap olahraga di Indonesia yang paling baik dalam industri olahraga. Ada beberapa indikator yang dijadikan bahan penilaian, antara lain sebagai berikut :
1. Dagang, komersil dan ekonomis
Dalam Indikator dagang, komersil dan ekonomis yang menjadi bahan pertimbangan untuk penilaian antara lain bagaimana sebuah olahraga mampu menarik sponsor, jumlah penonton dalam setiap event, Pihak media televisi yang membeli hak siar dari sebuah ajang olahraga yang digelar, serta bagaimana startegi – strategi bisnis yang dipakai dalam mengembangkan industri olahraga pada cabang olahraga yang bersangkutan.
2. Adminstratif
Administratif lebih berkaitan dengan sistem administrative dalam penyelenggaran sebuah cabang olahraga, mulai dari sistem akuntansi, sistem perekrutan pemain baik lokal maupun asing dan tentang sistem administrative selama penyelenggaran event olahraga yang berlangsung.
3. Teknologi
Indikator teknologi mengarah kepada cara untuk memperoleh mutu yang baik, mulai dari segi produk utama dalam sebuah olahraga yaitu olahraga itu sendiri, kegiatan – kegiatan pendukung lainnya yang masih dalam ruang lingkup penyelenggaran dalam cabang olahraga tersebut. Dan yang paling penting dalam indikator ini adalah peran orang – orang yang ahli dalam bidangnya.
4. Sosial
Indikator sosial lebih menilai bagaimana sebuah cabang olahraga dalam mengadakan event memperhatikan kepentingan – kepentingan umum.
5. Tujuan dan Penyelenggaran Olahgraga Nasional
Indikator Tujuan dan Penyelenggaran Olahraga Nasional lebih antara lain adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa. Sementara dalam Penyelenggaran Olahraga Nasional antara lain :
a. Demokratis, tidak diskriminatif, dan menjunjung tinggi nilai keagamaan, nilai budaya, dan kemajemukan bangsa.
b. Keadilan sosial dan kemanusian yang adil dan beradab
c. Sportivitas dan menjunjung tinggi nilai etika dan estetika
d. Pembudayaan dan keterbukaan.
e. Pengembangan kebiasaan hidup sehat dan aktif bagi masyarakat.
f. Pemberdayaan peran serta masyarakat.
g. Keselamatan dan keamanan
h. Keutuhan jasmani dan rohani.
Inilah indikator dalam industri olahraga di Indonesia, Industri Olahraga tidak hanya memperhatikan aspek – aspek komersil, dagang dan ekonomis saja, namun industri olahraga harus mampu menerapakan semua elemen dalam sebuah bisnis dan tentu harus Cabang Olahraga yang dijadikan obyek dalam pemeringkatan ini antara lain ; Sepak Bola, Sofbol, Bulutangkis, Sepeda, Tinju, Bola Voli dan Bola Basket. Berikut ini adalah Tabel Penilaian Setiap cabang.
Tabel Penilaian Industri Olahraga Setiap Cabang Olahraga
Cabang Olahraga | DagangKomersil dan Ekonomis | Administratif | Teknologi | Sosial | Tujuan dan Penyelenggaran Olahraga Nasional | Total Indikator |
Bola Basket | 10 | 9 | 9 | 10 | 8 | 45 |
Bulutangkis | 8 | 8 | 10 | 8 | 9 | 43 |
Bola Voli | 8 | 8 | 9 | 7 | 9 | 41 |
Sepeda | 9 | 8 | 8 | 8 | 7 | 40 |
Tinju | 8 | 7 | 8 | 7 | 8 | 38 |
Sofbol | 8 | 7 | 7 | 7 | 8 | 37 |
Sepak Bola | 7 | 7 | 6 | 8 | 6 | 34 |
1. Bola Basket
Tahun 2010 merupakan tahunnya Bola Basket bila ditinjau dari total indikator industri olahraga. Bila kita lihat secara aspek komersil, ekonomis dan dagang Bola basket merupakan cabang olahraga yang memiliki point sempurna yaitu 10. Point ini dikarenakan keberhasilan olahraga bola basket dalam liga dan penyelengaran event – event lainnya. Bola Basket adalah cabang olahraga yang dari dulu selalu menolak untuk produk – produk rokok sebagai sponsor. Inilah yang menjadi penilaian tertinggi dalam basket dibandingkan olahraga lainnya. Keberhasilan Bola Basket tidak hanya dari segi mempertahankan prinsipnya yang tidak mau industri rokok masuk menjadi sponsor kegiatan, keberhasilan lainnya dapat dilihat dari keberhasilan repositioning IBL menjadi NBL dalam liga basket professional di Tanah Air. Keberhasilan repositioning itu dapat dilihat dari animo masyarakat yang melihat liga basket itu, bila dulu IBL rata – rata setiap pertandingan hanya disaksikan oleh 200 penonton namun setelah berganti nama menjadi NBL jumlah penonton rata – rata dalam setiap pertandingan mencapai 5000 penonton. Tidak hanya NBL yang menjadi indikator keberhasilan bola basket, tapi bisa kita lihat bagaimana DBL yang khusus meyelenggarakan kompetisi basket untuk anak SMA telah berhasil memikat segmen pelajar tersebut. Selain jumlah penonton hal yang bisa diperhatikan adalah selalu habisnya produk – produk aksesoris mulai dari pakaian, sepatu dan produk lainnya yang selalu habis ketika DBL menyelenggarakan pertandingan dalam di suatu kota. Basket bersama DBL pun memiliki strategi bisnis yang sangat baik dan berbeda dari olahraga lainnya. Mereka secara matang menyusun strategi bisnis yang baik, bisa dibilang NBL dan DBL menjemput bola kekonsumen. Para pencinta basket pun dapat menyakskan laga NBL di ANTV apabila mereka tidak dapat datang ke pertandingan langsung di stadion. Yang semakin membuat Bolo basket mendapat nilai sempurna adalah kemandirian club – club basket yang tidak tergantung dengan pemerintah, mereka mampu mencari sponsor sendiri dan tidak ada satu pun club menjadikan industri rokok sebagai sponsor.
Dari aspek administratif bola basket memperoleh point 9. Keunggulan Administratif Bola Basket adalah dalam pengelolaan keuangan yang sudah menerapakan pola yang mengarah ke industri olahraga. Hal lain yang mendapat acungan jempol adalah dalam perekrutan pemain asing dan perpindahan pemain dari club yang satu ke club yang lain yang jelas. Dari segi Aspek Teknologi Bola Basket meiliki mutu yang sangat baik dalam pertandingan sebagai produk utama dan NBL maupun DBL telah menerapkan acara – acara pendukung yang sangat unik dan berbeda sehingga sangat dinanti oleh para penonton bila sedang jeda pertandingan. Semua ini tidak terlepas dari SDM yang dimiliki oleh NBL dan DBL yang sangat professional. Konsep setiap pertandingan yang selalu mendekatkan para penonton dengan pemain basket dan bagaimana pemain basket langsung jemput bola ke masyarakat ketika bermain dalam satu kota merupakan langkah yang langka yang justru mampu menarik penggila basket. Belum inovasi – inovasi yang dilakukan oleh DBL yang selalu unik seperti yang baru – baru dilakukan dalam me-launching DBL 2011 dengan menonton film di bioskop tentang basket di Indonesia.
Dari segi aspek sosial Bola Basket memperoleh nilai sempurna 10, hal ini dapat dilihat dari bagaimana NBL dan DBL banar – benar memperhatikan kepentingan konsumen dan masyrakat pada umumnya. Para penonton distadion merasa senang karena mereka dapat tenang dan nyaman meyaksikan pertandingan, dan yang terpenting adalah tidak adanya asap rokok di arena pertandingan dan sekitar pertandingan. Tidak hanya itu, bola basket dengan NBL nya selalu mengadakan pelatihan – pelatihan basket langsung ke sekolah – sekolah dengan mendatangkan para pemain NBL. Jadi selama liga berlangsung pemain tidak hanya bermain, namun mereka juga banyak melalukan aktivitas – aktivitas yang bersifat sosial seperti datang ke panti asuhan, panti untuk orang – orang tua ataupun turun langsung ke jalanan seperti ikut serta dalam car free day. Inilah yang jarang atau sama sekali tidak ditemukan dalam cabang olahraga lain yaitu melakukan aktivitas sosial dalam satu event. Industri Olahraga Indonesia harus memperhatikan aspek – aspek dalam tujuan olahraga nasional dan penyelenggaraan olahraga, dan dalam indikator ini Bola Basket memperoleh nilai 8, inilah indikator yang paling terendah di bola basket. Penilaian rendah ini dikarenakan prestasi bola basket Indonesia di ajang internasional belum mampu maksimal, namun banyak pengamat bola basket mengatakan bila NBL terus berlanjut dengan kualitas seperti saat ini maka di masa yang akan datang tim bola basket Indonesia akan merajai ASEAN. Pada indikator – indikator tujuan dan penyelenggaraan olahraga Bola Basket memiliki nilai yang bagus yang menutupi prestasi basket tanah air.
2. Bulutangkis
Ada yang berbeda dengan industri olahraga bulutangkis pada tahun ini dibandingkan tahun – tahun sebelumnya, hal ini dapat diliat dari penyelenggaran DIOSS. Bulutangkis merupakan olahraga terpopuler di Indonesia setelah sepak bola dan inilah yang membuat bulutangkis menjadi salah satu olahraga yang paling memiliki prospek bagus dalam industri olahraga di Indonesia. Dalam indikator pertama yaitu komersil, dagang dan ekonomis cabang bulutangkis sebenarnya memiliki nilai yang sempurna, namun kesempurnaan tersebut tidak terwujud akibat sponsor – sponsor yang berada di bulutangkis berasal dari industri rokok. Inilah yang membuat banyak masyarakat yang protes ketika turnamen bergengsi Indonesia Open malahan disponsori industri rokok. Padahal di Negara lain, tak satupun turnamen bergengsi disponsori industri rokok apalagi menambahkankan nama industri rokok pada nama eventnya, misal Denmark Open, Korea Open dan China Open. Sayangnya hanya Indonesia yang berganti menjadi "Djarum Indonesia Open Super Series 2010". Hal lain yang membuat indikator komersil, dagang dan ekonomis tidak sempurna adalah jumlah tayangan bulutangkis di media televisi Indonesia yang semakin jarang disiarkan, kita bisa menghitung dengan jari kejuaran – kejuaran internasional yang diikuti oleh atlet Indonesia, Ini yang menjadi pertanyaan besar apakah bulutagkis sudah tidak memiliki nilai komersil di mata media telivisi ?????? Namun di indikator komersil, dagang dan ekonomis lainnya bulutangkis memiliki nilai yang sangat memuaskan. Dalam jumlah animo masyrakat untuk menyaksikan kejuaran – kejuaran bulutangkis di Indonesia sangat lah besar, karena setiap pertandingan bulutangkis baik berskala internasional maupun nasional selalu penuh oleh pengunjung. Bulutangkis adalah pelopor dalam pengelolaan club – club yang tidak bergantung dengan Pemerintah. Selain itu yang harus diacungi jempol diluar rokok atau tidak adalah pengelolaan club yang sudah menjadi industri olahraga. Seperti contoh PB Djarum yang berhasil mandiri dan menjual diri sehingga sponsor – sponsor lain berdatangan, PB Tangks dengan Alfamart pun juga sudah mengarah ke industri olahraga. Inilah kelebihan bulutangkis dibandingkan olahraga yang lain. Bulutangkis memiliki sejarah yang panjang yang membuat mereka lebih dahulu memasuki era-industri olahraga.
Indikator ke-2 adalah administratif, Bulutangkis memiliki point 8 dalam indikator administratif. Satu – satunya kelemahan dalam dunia bulutangkis di indikator ini adalah masalah pengiriman pemain, banyak pemain yang sudah tidak di Pelatnas yang tidak dapat mengikuti ajang internasional karena masalah administrasi. Hal ini sangat disayangkan, karena para pemain yang tidak di pelatnas memiliki sponsor yang terikat. Sehingga apabila seseorang pemain tidak dapat dikirim selain merugikan pebulutangkis itu sendiri juga dapat merugikan pihak yang mensponsori atlet tersebut. Permasalhan lainnya di indikator administratif adalah masalah pembagian keuntungan dari pihak sponsor kepada pemain/atlet. Ke-dua permasalahan tersebut dapat ditutup oleh pengelolaan keuangan dan manajeman yang dapat dikatakan bahwa bulutangkis merupakan pionir. Klub – klub bulutangkis mampu mereformasi orgainsasinya menjadi sebuah industri olahraga, pemain sudah dianggap sebagai asset klub yang diperhitungkan dalam jurnal akuntansi. Dalam permasalahan penyelenggaran pertandingan baik nasional maupun internasional di Indonesia indikator administratif sangat baik, ini bisa dilihat dari kemudahan mendapatkan izin untuk menyelenggarakan pertandingan bulutangkis di setiap kota di Indonesia.
Bulutangkis memiliki point sempurna dalam indikator Teknologi yaitu 10, yang menjadi perhatian dalam teknologi adalah bagaimana bulutangkis mampu menjadikan sebuah olahraga yang bermutu, dan bulutangkis telah berhasil menciptakan ini. Bulutangkis beruntung memiliki sumber daya manusia yang ahli dalam bidangnya. Kesempurnaan bulutangkis dalam indikator teknologi adalah keberhasilan mereka dalam penyelenggaran Djarum Indonesia Open Super Series (DIOSS), dalam event tersebut pihak penyelenggara memiliki program yang unik yang melibatkan atlet yang bertanding hingga para penonton. Bukan itu saja dalam ajang DIOSS ini pihak penyelenggara melakukan jemput bola sebelum penyelenggaran DIOSS di mulai. lewat acara bertajuk “Celebrity Smash” ini masyarakat diajak untuk tidak hanya bermimpi bisa bermain bulu tangkis dengan para pesohor. Hadirnya para pesohor ini diharapkan makin mendongkrak popularitas olahraga tepok bulu yang belakangan ini meredup pamornya, seiring dengan merosotnya prestasi pemain Indonesia di ajang internasional. Para pengunjung mall dapat bermain melawan pasangan atlet dan artis. Mereka bisa merasakan smash atau dropshot dari jago-jago bulu tangkis Indonesia masa kini dan dulu seperti Hendra Setiawan, Markis Kido, Sigit Budiarto, Ricky Soebagdja, Hariyanto Arbi, Vita Marissa, dan Greysia Polii. Sementara dari artis hadir antara lain Terry Putri, Bayu Oktara, Luna Maya, dan Ade Rai. Selain itu para pecinta bulu tangkis dengan bermain bulu tangkis di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (15/6). Kendati tidak melibatkan pemain, acara ini cukup menyedot atensi pengguna jalan di ibukota. Konsep event DIOSS pun dibuat berbeda dengan tema “ Badminton City “ menjadikan DIOSS merupakan inilah turnamen bulu tangkis pertama di Tanah Air yang menggabungkan konsep lifestyle dan bulu tangkis. Di sini, penonton akan dibawa menelusuri kota bulu tangkis. Istora dan sekelilingnya akan dirancang secara khusus dengan aroma yang begitu kental dengan unsur utama bulu tangkis. Di sini juga diselenggarakan beraneka ragam acara bulu tangkis, mulai jumpa penggemar, hiburan, gim, hingga stand penjualan makanan dan produk olahraga. Selain itu semua indikator teknologi memiliki nilai sempurna karena diluncurkan mobile application dan website. Dengan program ini, para pecinta bisa mengakses jadwal dan hasil pertandingan lewat ponsel.
Indikator selanjutnya adalah sosial, Bulutangkis sebagai salah satu olahraga yang popular di Indonesia seharusnya bisa lebih mematangkan kembali acara – acara dalam setiap event yang diselenggarakan. Memang bulutangkis memberikan banyak manfaat dari segi industri olahraga bagi masyarakat. Namun orang – orang dibalik layar bulutangkis masih mementingkan unsur komersil dan dagang. Dibalik itu semua bulutangkis termasuk cabang olahraga yang peduli terhadap masalah – masalah bencana yang terjadi di Indonesia. Seperti baru – baru ini komunitas bulutangkis yang mengadakan kegitan amal di Solo yang melibatkan atlet dan mantan atlet. Sementara pada indikator terakhir yaitu mengenai tujuan dan penyelenggaran olahraga nasional bulutangkis layak mendapat nilai 9. Dengan semakin mandirinya para club membuktikan bahwa mereka ber-prestasi baik diajang nasional maupun internasional. Bulutangkis sedang menuju sebuah ke-profesionalan, dan semakin banyaknya pula atlet yang berkarier diluar pelatnas dan membawa nama Indonesia membuktikan bagaimana sportivitas di olahraga ini. Ini terbukti dari pegelaran piala Thomas dan Uber di Kuala Lumpur, dimana pemain Pelatnas dan Non-pelatnas memiliki ikatan yang sangat kuat. Sehingga layak lah disebut bahwa bulutangkis adalah olahraga yang paling layak yang mampu mencapai tujuan olahraga nasional walaupun prestasi Indonesia menurun di cabang ini. Yang membuat cabang ini tidak sempurna mendapat point 10 adalah masalah penyelenggaran olahraga nasional, bulutangkis kurang dalam hal pengembangan kebiasaan hidup sehat dan aktif bagi masyarakat, ini dilihat dari pihak sponsor yang berasal dari industri rokok, karena secara langsung dan tidak langsung bulutangkis telah menimbulkan efek bagi orang untuk merokok.
3. Bola Voli`
Selain sepak bola dan bulutangkis olahraga yang termasuk populis adalah bola voli, kita bisa melihat bagaimana lapangan voli tersedia hampir disetiap lingkungan Rt di Indonesia. Melihat itu semua sangatlah menarik dila dilihat dari peluang industri olahraga bola boli di Tanah Air. Bola voli menempati posisi ke-3 dalam industri olahraga terbaik di tahun 2010. Hal ini tidak terlepas dari peran stakeholder olahraga bola voli. Bila dilihat dari indikator dagang, komersil dan ekonomis bola voli sama halnya dengan bulutangkis yang masih menggunakan industri rokok sebagai sposor utamanya. Inilah salah satu yang membuat bola voli kurang sempurna dalam indikator dagang, komersil dan ekonomis. Hal lai yang membuat kurang mendapatkan nilai sempurna adalah faktor media televisi yang jarang menyiarkan pertandingan bola voli. Proliga sebagai salah sati liga professional tanah air pun hanya satu kali dalam seminggu disiarkan televisi, itu pun hanya 2 jam bila pertandingan belum selesai siaran pun tidak diteruskan. Bahkan ajang LIVOLI divisi utama pun hanya pertandingan final yang disiarkan. Inilah yang pula yang membuat pertanyaan besar, apakah bola voli kurang menjual bagi para televisi di Tanah Air. Hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan, animo masyrakat untuk menyaksikan pertandingan bola voli baik proliga, livoli ataupun kejuaran nasional maupun internasional yang diselenggarakan di Indonesia sangat besar. Bahkan sebelum NBL di basket melakukan repositioning bola voli tercatat sebagai olahraga yang dapat menyaingi sepak bola dalam segi penonton. Stadion atau hall olahraga yang digunakan sebagai arena pertandingan tidak pernah sepi dari penonton. Para pemerhati bola voli Indonesia berduyun-duyun datang ke stadion. Tidak peduli, pertandingan tersebut berlangsung di Jakarta atau daerah lain, penonton tetap memadati kursi stadion. Salah satu kelebihan bola voli adalah adanya komunitas olahraga bola voli yang sangat kuat, sehingga sangat membantu dalam setiap penyelenggaran event – event bola voli. Berbeda dengan bola basket industri pernak pernik dalam bola voli masih sangat jarang, bila ini digarap sebagai sangat menguntungkan. Strategi bisnis yang dilakukan oleh bola voli dalam menyelenggarakan event pun cukup baik, mereka banyak melakukan event – event olahraga yang hampir merata di seluruh kota. Inilah kelebihan bola voli dibandingkan olahraga lainnya. Bola voli pun sama halnya dengan basket dan bulutangkis dalam hal pengelolaan club, club – club bola voli sudah mandiri dan tidak tergantung oleh pemerintah, kita lihat bagaimana perusahan – perusahaan besar memiliki club – club bola voli seperti Petrokimia, samotor, PLN dan perusahan – perusahan lainnya.
Dilihat dari indikator ke-dua yaitu administratif, bola voli sangat baik. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana bola voli memiliki sistem yang baik dalam pengelolaan liga baik itu pengelolaan manajeman dan keuangannya, walaupun masih belum menjadikan atlet sebagai asset seperti bulutangkis namun pengelolaan keuangan bola voli sudah mengarah ke akuntansi berbasis olahraga. Masalah adminstratisi yang berhubungan dengan perekrutan pemain pun sudah mulai semaki baik setiap tahunnya, walaupun ada kekurangan dalam hal perekrutan pemain asing yang berlaga di Proliga. Hal ini dapat dilihat dari masih sering terlambatnya para pemain asing bermain dalam Proliga karena masalha administrsi. Bola Voli pun lebih cendrung mudah dalam mendaptakan izin bertanding. Adanya kerjasama antara pihak PBVSI, Panitia penyelenggara Event Olahraga dan dan tentu pihak sponsor membuat adminsitrasi lebih mudah dan cepat sehingga menghasilkan sebuah liga atau turnamen yang berkualitas. Indikatro berikutnya adalah Teknologi, bisa dibilang Bola voli sangat sempurna dalam mengemas sebuah acara/event bola voli baik itu Proliga maupun livoli atau pertandingan – pertandingan internasional yang berlangsung di Indonesia. Bola voli sudah menggabungkan antara gaya hidup dan olahraga dalam sebuah event, hal ini bisa dilihat darui perhelatan Proliga dan Livoli yang selain pertandingan bola voli sebagai produkl utamanya, juga terdapat produk – produk lainya diluar stadion yang berhubungan dengan gaya hidup, selain itu di dalam hall atau stadion pun memilki unsur entertainment yang sangat baik. Hal ini tidak terlepas dari orang – orang yang handal atau orang – orang yang ahli dalam bidangnya. Kekurangan dalam indikator ini adalah masalah kualitas pemain asing yang masih banyak kurang baik, bahkan lebih rendah dari kualitas pemain nasional yang dimiliki Indonesia, inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi pihak – pihak terkait, bila ini bisa diatasi di tahun 2011 dan tahun berikutnya maka sempurnalah point dari indikator teknologi.
Indikator selanjutnya adalah sosial, inilah indikator yang mendapat point paling rendah dari bola voli, memang bola voli memiliki komunitas yang baik, antara pemain voli dan penonton memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh olahraga lain, yaitu kekeluargaan. Namun yang menjadi kurang adalah bagaimana seorang pemain voli berinteraksi dengan orang – orang diluar komunitas yang santa sulit disbanding olahraga lain. Voli bisa mencontoh kepada basket dalam hal ini, bagaimana pemain – pemain basket lebih cenderung mau untuk berbagi pengalaman kepada mereka yang bukan termasuk komunitas basket. Hal ini lah yang berpengaruh kepada seorang pemain voli untuk tidak bisa membranding dirinya sendiri. Elemen lain yang membuat indiktaor voli rendah dalam bidang sosial adalah kurang pedulinya masyarakat bola voli terhadap masalah – masalah yang dihadapi negeri ini, memang pernah ada acara seperti pengumpulan dana dengan melelang pakaian para pemain nasional atau club namun itu hanya terjadi satu kali dan sudah tidak ada lagi. Indikator terakhir adalah Tujuan dan penyelengaraan Olah Raga Nasional. Bila dilihat dari tujuan olahraga nasional bola voli mendapatkan nilai sempurna, bola voli adalah salah satu cabang olahraga yang dapat dijadikan sebagai contoh keberhasilan mengelola Liga baik professional maupun liga divisi utama dalam kaitannya dengan prestasi. Bisa dikatakan bahwa perhelatan Liga Bola Voli Profesional (Proliga) terus mengembangkan sumbangsihnya bagi prestasi Timnas Indonesia. Melalui Sampeorna Hijau Proliga, Indonesia mampu berbicara, khususnya pada ajang SEA Games. Sejak digelar pada 2002, Tim Merah Putih selalu menancapkan tajinya sebagai yang terkuat. Pada SEA Games 2003 (Vietnam) dan 2007 (Thailand), Indonesia menyabet medali emas. Momen kurang menyenangkan terjadi di SEA Games 2005 (Filipina). Ketika itu, Indonesia hanya mampu menyumbangkan medali perak. Tidak hanya di ASEAN, ditingkat Asia Bola Voli pun menunjukan Tajinya dan sekarang berada diposisi ke-6 Asia pada daftar rangking FIVB. Yang jelas, prestasi itu tidak lepas dari tertatanya jadwal kompetisi bola voli di Indonesia. Ketidaksempurnaan indikator terkahir ini terjadi pada elemen penyelenggaran olahraga, sama halnya dengan bulutangkis, bola voli rendah pada penilaian Pengembangan kebiasaan hidup sehat dan aktif bagi masyarakat. Dengan Industri rokok sebagai sponsor utama membuat secara tidak langsung penonton yang menyaksikan pertandingan untuk merokok, apalagi masih ditemukan penonton yang merokok bila pertandingan dilaksanakan. Proliga memiliki visi yang baik sebagai Liga terbaik di Asia, hal ini sangat mungkin bila semau orang yang terkibat benar – benar merefleksikan diri dan membenahi kekurangan untuk menjadi lebih baik demi terwujudnya misi itu.
4. Sepeda
Industri Olahraga di cabang balap sepeda di Indonesia memang fokus kepada event – event jalan raya. Namun yang menarik diperhatikan adalah event – event balap sepeda merupakan event olahraga yang benar – benar menggabungkan olahraga dan pariwisata. Banyak pembalap sepeda dunia yang ikut serta. Mereka mengakui banyak tantangan die tape – etape yang terdapat di Indonesia dan tentu yang memikat bagi mereka adalah keindahan alam Indonesia. Tahun 2010 Indonesia memiliki 2 event internasional yang sangat menyorot perhatian dunia ada Tour De Singkarak dan Tour De Indonesia. Dilihat dari segi indikator pertama yaitu Dagang, Komersil dan Ekonomis Cabang Balap Sepeda memiliki point yang hampir sempurna. Kesempurnaan ini dinilai dari efek domino dari penyele nggaran event – event internasional ini terhadap industri olahraga dan pariwisata di Indonesia. Ekonomi masyrakat sekitar event – event internasional pun meningkat. Hal ini pula diungkapkan oleh Kasubdit Promosi Wilayah Sumatera Ditjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Raseno Arya. Sponsor pun mulai banyak yang berdatangan untuk mensponsori event – event balap sepeda di Indonesia. Hal yang paling mendongkrak point 9 pada balap sepeda adalah keberhasilan mereka menarik investor untuk turut serta. Ini terbukti dari keinginan Amaury Sport Organization atau ASO ASO membidik Tour de Singkarak untuk dapat mendorong percepatan promosi Tour de Singkarak 2011 agar menjadi sebuah pergelaran yang jauh lebih besar di mata dunia. “Kelak, secara bertahap, Tour de Singkarak akan dapat disejajarkan dan sebesar Tour de France,” kata Baptiste Kern. Selama ini, ASO dinilai sukses membawa Tour de France, Rally Paris-Dakar, dan Paris Marathun, sebagai olahraga berskala internasional yang bisa menarik banyak wisatawan untuk berkunjung ke negara penyelenggara. Hal yang membuat balap sepeda hampir sempurna adalah permasalhan hak siar, karena sampai saat ini belum ada satu pun televisi yang menyajikan event – event ini, hal ini dapat dilihat karena belum bisa diterimanya balap sepeda oleh masyrakat Indonesia tidak seperti sepak bola, basket, bulutangkis dan bola voli. Inilah yang membuat hampir sempurnanya point indikator dagang, komersil dan ekonomis.
Indikator ke- 2 adalah administratif, Point yang dimiliki oleh cabang balap sepeda sangat baik dengan point 8, hal ini dilihat dari keberhasilan orang – orang yang terlibat dalam mengurus dokumen perizinan dan dokumen lainya dalam menyelengarakan suatu event balap sepeda. Kekurangan dari indikator administratif adalah permasalahan adminisitratif bagi peserta yang cenderung lambat ketika para calon peserta ini ingin mengikuti ajang balap sepeda internasional, di harapkan dengan adanya kerjasama dengan ASO permasalahan ini dapat diminimalisir. Indikator selanjutnya adalah Teknologi, Berkaitan dengan teknologi Balap sepeda memiliki beberapa kekurangan yang mengakibatkan point dalam indikator ini hanya 8, kekurangan itu lebih banyak dalam hal akomodasi dan kondisi jalan yang masih banyak pekerjaan. Akomodasi penginapan khususnya pada ajang tour de singkarak harus diperhatikan, karena masih banyak penginapan yang kurang sesuai standar. Kondisi jalan pun menjadi perhatian pada ajang balap sepeda yang berskala internasional. Namun kekurangan ini dapat ditutup oleh konsep event – event olahraga balap sepeda yang memiliki banyak diferensiasi dari balap sepeda negara lain, pemilihan rute yang sangat sempurna menambah event balapan sepeda di Indonesia menjadi perhatian dunia. Indikator Sosial balap sepeda lebih baik dibandingkan bola voli, hal ini disebabkan dampak bagi masyrakat sekitar sangat baik dan yang menjadi perhatian adalah kepekaan terhadap masalah – masalah yang terjadi di Indonesia. Pada ajang Tour de Indonesia 2010 para pembalap dengan inisiatif sendiri melakukan pengumpulan dana dan menggunakan hitam sebagai tanda belasungkawa terhadap korban merapi. Inilah yang membuat balap sepeda. Indikator terakhir adalah tujuan dan penyelenggaran olahraga nasional, dalam indikatir ini balap sepeda hanya mendapat point 7, ini diakibatkan dari aspek masih kurangnya prestasi pembalap sepeda tanah air di ajang internasional. Hal lain yang menjadi balap sepeda mendapat point rendah adalah kurangnya efek yang ditimbulkan terhadap elemen mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional. Bila ditijau dari penyelenggaran balap sepeda mendapatkan nilai yang sempurna, namun akibat tujuan yang belum tercapai membuat cabang olahraga ini mendapat point rendah. Tahun 2011 Indonesia kan menambah 1 lagi event balap sepeda kelas dunia di Sulawesi. Balap sepeda adalah olahraga yang dapat memiliki efek domino terbesar terhadap industri pariwisata Indonesia, sehingga sudah seharusnya semua orang yang terlibat bekerjasama untuk menjadikan event – event balap sepeda menjadi event dunia yang nantinya akan berdampak kepada prestasi olahraga balap sepeda itu sendiri.;
5. Tinju
Tinju merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat menarik untuk diperhatikan dari segi industri olahraga, hal ini karena tinju merupakan salah satu olahraga yang juga banyak dinanti oleh masyarakat khususnya oleh kaum adam. Tinju memiliki segmen tersendiri yang cukup besar, sehingga bila bisa melihat peluang itu industri olahraga di cabang tinju dapat di maksimalkan. Bila dilihat dari indikator dagang, komersil dan ekonomis olahraga tinju sama halnya dengan bulutangkis dan bola voli dimana industri rokok menjadi salah satu sponsornya. Selain itu yang menjadi permaslahan selanjutnya adalah kurangnya club – club tinju Indonesia yang tidak memasukan unsur industri olahraga dalam pengelolannya. Namun kekurangan – kekurangan ini dapat ditutupi oleh beberapa elemen seperti animo masyrakat yang cukup besar bila pertandingan tinju ini digelar belum lagi tahun 2010 banyak pertandingan – pertandingan Tinju yang disiarkan televisi menandakan olahraga tinju memiliki nilai yang menjual kepada masyrakat. Pada indikator berikutnya yaitu administratif Tinju memperoleh point yang tidak terlalu tinggi dibandingkan cabang olahraga lainnya yaitu 7. Ini bisa dilihat dari masih sering munculnya permasalahan – permasalahan administrasi di lingkup manajeman, seperti masalah antara petinju dan promotornya. Sehingga permasalahan ini memiliki banyak efek domino dalam industri olahraga tinju tanah air, seperti sulit keluarnya izin pertandingan dari Badan Olahraga Profesional Indonesia. Permasalahan lain adalah soal pengelolaan keuangan antara petinju dan pihak – pihak lain. Masih ingat diingatan kita bagaimana petinju kenamaan Indonesia Chris John pun mengalami permasalahan ini. Sehingga Istrinya pun sempat memberikan izin kepada Chris John untuk tetap bertanding dengan syarat manajemen keuangan bersifat terbuka, baik soal sponsor, kontrak pertarungan, dan lain sebagainya. Inilah yang membuat olahraga Tinju di bidang administratif memperoleh nilai rendah dibandingkan cabang lain.
Indikator berikutnya adalah Teknologi, dalam indikator ini Tinju memperoleh point yang cukup baik. Hal ini terjadi karena acara yang dikemas sangat baik, akomodasi dan acara – acara pendukung pun sangat baik dan dapat diterima oleh masyarakat. Hal yang menyebabkan kurang sempurnanya point tinju di indikator teknologi adalah masalah – masalah yang terjadi antara pihak manajeman petinju dengan pihak promoter yang mengakibatkan mutu pertandingan kadang kala kurang bermutu. Sementara indikator sosial Tinju pun memiliki point yang tidak terlalu tinggi yaitu 7, hal ini karena efek domino yang positif ke masyrakat masih kurang. Belum lagi olahraga tinju masih jarang sekali memperhatikan masalah – masalah sosial yang terjadi di Indonesia. Sementara dalam indikator terakhir yaitu Tujuan dan Penyelenggaraan Olahraga, Tinju memperoleh nilai yang cukup baik. Hal yang menyebabkan tidak sempurana nilai tersebut adalahnya semakin redupnya petinju – petinju nasional di arena internasional. Hanya Chris John yang berprestasi, namun yang lain belum lah mampu mengembalikan kejayaan Tinju Indonesia. Permasalahan lain yang menyebabkan kurang sempurnanya adalah masih kurangnya elemen keselamatan dan keamanan petinju jika sedang melakukan pertandingan. Bila semua kekurangan – kekurangan ini dapat diperbaiki saya yakin tinju akan menjadi olahraga yang berkembang baik dari segi industri olahraganya maupun dari segi prestasinya.
6. Sofbol
Sangat menarik olahraga yang satu ini karane dapat lebih baik dari sepak bola dari segi industri olahraga. Sofbol merupakan olahraga yang segmented, namun ia memiliki komunitas – komunitas yang sempurna sehingga ada satu tujuan diantara mereka yaitu bagaimana sofbol tidak hanya menjadi hobi saja namun bisa menjadi sebuah industri olahraga. Sofbol memang sedang dalam tahap membangun sebuah industri olahraga. Bila dilihat dari segi dagang, komersil dan ekonomis sofbol memperoleh point yang cuku baik. Ini bisa dilihat dari bagaimana perjuangan mereka dalam membangun liga sofbol di Tanah air, dimana tahun 2010 merupakan tahun ke-4 penyelenggaran liga. Dulu Liga Sofbol Indonesia (LSI) adalah liga yang terbentuk karena patungan para club sofbol di tanah air tanapa bantuan pemerintah, namun dengan startegi bisnis melalui komunitas LSI samapi dengan tahun ke-4 memperoleh banyak sponsor seperti Bank Mandiri, BII, Pertamina dan lain – lainnya. Inilah suatu keberhasilan dari LSI. Yang menjadi positif di cabang ini adalah pengelolaan club yang sudah professional dan mandiri sebelum liga berlangsung. Startegi Bisnis pun sangat menarik yang dilakukan oleh sofbol, mereka melakukan strategi bisnis dengan konsep komunitas yang terbuktu berhasil mengembangkan industri olahraga ini. Hal yang harus diperhatikan dan dibenahi adalah masalah media, baik media televisi maupun media cetak. Orang – orang yang mencintai dan hobi sofbol masih kesulitan untuk mendapatkan informasi mengenai liga. Karena samapi saat ini LSI hanya diselenggarakan di Jakrata, Tangerang atau Bandung, sementara penggila sofbol pun tidak hanya di 3 kota tersebut, mereka juga butuh informasi akan info – info tentang sofbol.
Bila dilihat dari indikator administratif, Sofbol memiliki nilai tidak terlalu tinggi. Permasalahan yang terjadi dalam liga sofbol adalah masalah dalam perekrutan pemain dari satu ke club ke club lain yang masih harus dibenahi. Banyak hal yang harus dibenahi di indikator administratif seperti permaslahan perizinan dan pengaturan jadwal, karena di LSI banyak perubahan – perubahan seperti pertandingan yang tadinya seharusnya di bandung berubah di Jakarta dalam hitungan hari. Hal – hal semacam inilah yang harus dibenahi. Indikator selanjutnya adalah Teknologi, Sofbol masih jauh dari kegiatan – kegiatan pendukung. Memang harus diakui kualitas atau mutu liga dari tahun ke tahun bertambah namun konsep acara yang masih mengadalkan sofbol sebagai produk utama harus ditambah dengan produk – produk pendukung lainnya. Indikator selajutnya adalah sosial, wajar bila sofbol memperoleh point tidak terlalu tinggi di indikator ini, sofbol adalah olahraga yang sedang membangun sebuah indutri sehingga dampaknya belum terlalu besar bagi masyrakat sekitar. Namun yang harus diperhatikan adalah sofbol harus mampu peka terhadap permasalhan – permasalhan yang terjadi di Indonesia, Sofbol bisa menyatukan konsep liga yang diselengi kegiatan sosial seperti apa yang dilakukan NBL di basket. Indikator terakhir adalah Tujuan dan Penyelenggaran Olahraga Nasional, diliat dari segi prestasi sofbol cukup baik karena banyak sejarah yang diciptakan olehraga ini, salah satunya adalah ketika Tim Sofbol Lolos Kejuaran Dunia di Canada, Tidak hanya itu keberhasilan lolos menembus Asian Games merupakan prestasi tersendiri dari olahraga ini, namun sayang pihak Pemerintah kurang merespon prestasi mereka. Kurang sempurnanya tim sofbol adalah dari segi mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa serta memperkukuh ketahanan nasional, hal ini terjadi karena sofbol masih dipertandingakan di pulau jawa saja sehingga unsur mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa serta memperkukuh ketahanan nasional masih kurang. Sofbol sedang membangun sebuah industri olahraga, mereka sudah memiliki fondasi yang cukup baik yaitu komunitas. Bila Komunitas – komunitas sofbol dikelola dari sabang samapi merauke secara lebih baik saya yakin olahraga ini akan menjadi industri olahraga yang cukup besar mendatangkan keuntungan baik keuntungan financial, keutungan masyrakat dan yang paling penting adalah keuntungan dari segi prestasi.
7. Sepak Bola
Sepak bola adalah olahraga yang paling populis di masyrakat Indonesia. Dari sabang sampai merauke penggemar sepak bola sangat fanatic. Hal ini dapat dilihat dari penyelengaran Piala AFF tahun 2010 kemarin, bagaimana orang berebut untuk melihat pertandingan. Namun yang disayangkan adalah pengelolan industri olahraga di cabang sepak bola yang membuat olahraga ini mejadi nomor buncit dalam industri olahraga di Indonesia. Bila dilihat dari sisi komersil, dagang dan ekonomis kita tidak usah meragukan indikatir ini di sepak bola, seharusnya sepak bola mampu mendapat nilai yang sempurana secara kasat mata, namun bila kita meilihat secara mendalam sepak bola hanya mendapat nilai terendah dari cabang olahraga lainnya. Penyebabnya adalah masalah sponsor yang didominasi oleh industri rokok, selain itu peran kemanjaan sepak bola terhadap pemerintah menyebabkan sepak bola mendapat nilai minus. Hanya 2 club sepak bola yang menurut saya sudah menerapkan konsep industri olahraga yaitu Arema Malang dan Persib Bandung. Dari startegi bisnis pun olahraga ini kurang menyentuh aspek – aspek bisnis sehingga ini lah yang menyebabkan kemanjaan terhadap dana APBD bagi clun terus terjadi. Bila melihat jumlah animo masyrakat sudah tidak diragukan lagi, stasiun televisi pun berlomba – lomba untuk mendapatkan hak siar. Inilah nilai lebih dari indikator komersil, dagang dan ekonomis. Indikator berikutnya adalah Administratif, sepak bola juga mendapatkan nilai terendah dari enam olahraga lainya. Penyebabnya dalah maslah pengelolaan keuangan yang tidak transparan, masih banyaknya suap – menyuap wasit dan jajarannya. Masalah perekrutan pemain pun masih sering terjadi kekacauan baik itu pemain asing maupun pemain nasional. Inilah yang menyebabkan sepak bola mendapat nilai rendah.
Indikator berikutnya adalah Teknologi, Industri sepak bola akan maju bila di isi oleh SDM – SDM yang berkualitas, sepak bola belum memiliki ini sehingga menyebabkan ketidak-profesionalan liga di Indonesia. Pola kompetisi yang diselenggarakan PSSI, mulai Divisi Tiga hingga Indonesia Super League (ISL), juga tak profesional. Perangkat pertandingan, misalnya, tidak bekerja secara maksimal. Isu suap pun meruyak. Indikasi adanya suap, berupa pemberian fasilitas dan uang saku oleh tim tuan rumah kepada wasit, hakim garis, serta perangkat pertandingan. Akibatnya, wasit dan perangkatnya tak bisa bertindak adil saat memimpin pertandingan. "Tuan rumah pun bisa pesan agar tendangan penalti dan lain-lain. Bukti lain PSSI tak profesional adalah mundurnya sejumlah klub dari ISL ke Liga Primer Indonesia, seperti Persema Malang, Persebaya Surabaya, dan PSM Makassar. Permasalahan Pengelolan liga antara PSSI dan Liga Primer Seharusnya dapat diatasi, sepak bola bisa melihat bulutangkis bagaimana adanya persaingan yang sehat anatara pelatnas dan non-pelatnas yang justru menambah semaraknya industri olahraga di bulutangkis. Belum lagi permasalahan penonton yang sering berkelahi, bahakan perkelahian anatara pemain dan wasit pun sering terjadi. Ini lah yang membuat mutu olahraga sepak bola kurang baik. Industri olahraga sepak bola sangat terlihat indah ketika pIala AFF tahun 2010, kita seakan – akan disadarkan betapa besar potensi sepak bola sebagai sebuah industri olahraga. Namun sayang penyelenggaran sedikit tercoreng oleh pola atau sistem dalam membeli tiket. Bila ini dipebaiki saya yakin Indonesia dapat dipercaya menyelenggarakan kompetisi Internasional yang lebih berkelas. Namun untuk industri olahraga seperti liga, pihak – pihak terkait harus berintropeksi diri dan kembali duduk bersama untuk mematangkan konsep dan pembaruan – pembaruan konsep liga.
Indikator ke-4 adalah sosial, sepak bola memberikan efek domino yang cukup besar kepada masyrakat di bidang ekonomi dan lainya. Seperti nasionilisme seakan – akan tumbuh kemabali ketika Piala AFF kemarin. Tidak hanya itu sepak bola sering mengadakan pertandingan amal, sepak bola lebih peka terhadap permasalahan negeri ini, sepak bola seakan – akan mampu mengobati masyrakat Indonesia yang sedang pusing dengan kehidupan sehari – hari. Hanya saja yang menyebabkan sepak bola tidak sempurna dalam indikator ini adalah permasalahan ketidakterbukanya pihak – pihak terkait tentang permasalahan Tiket pada Piala AFF kemarin, PSSI dan penyelenggara seakan – akan memanfaatkan momen tersebut untuk mendapatkan laba sebesar – besarnya. Malaysia menjaual anatara Rp 85.000,- sampai Rp 150.000,00 sementara di Indonesia Tiket dijual anatara Rp 50.000,00 Hingga Rp 1.000.000,00. Indikator terakhir adalah masalah tujuan dan penyelenggaran olahraga nasional. Seharusnya Industri sepak bola mendapat nilai merah pada point ini, naumu keberhasilan Tim Nasional pada Piala AFF kemarin hingga Final dan Bagaimana Timnas mampu mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa menjadikan sepak bola dalam indikator ini menjadi terselamatkan. Bila kita lihat indikator terakhir ini hampir semua elemen mendapat nilai merah,,masalah sportivitas dapat dilihat bagaimana selama liga berlangsung, kurangnya sportivitas baik pemain, wasit dan penonton. Belum lagi masalah masih banyaknya penonton yang merokok di stadion. Di tambah dengan prestasi sepak bola tanah air yang kurang berprestasi. Ini bukan salah pada atletnya namun yamg salah adalah pengelolaannya, sehingga dapat dikatakan adalah kualitas SDM yang rendah harus segera dibenahi. Diliat dari penyelenggaran olahraga nasional sepak bola mendapat nilai merah dari semua elemen Demokratis, tidak diskriminatif, dan menjunjung tinggi nilai keagamaan, nilai budaya, dan kemajemukan bangsa. Keadilan sosial dan kemanusian yang adil dan beradab lalu elemen Sportivitas dan menjunjung tinggi nilai etika dan estetika, Pembudayaan dan keterbukaan, Pengembangan kebiasaan hidup sehat dan aktif bagi masyarakat, keselamatan dan keamanan, Keutuhan jasmani dan rohani. Hanya pemberdayaan Masyrakat yang menempatkansepak bola memperoleh nilai yang lebih baik. Jadi wajarlah bila indikator tujuan dan penyelenggaran olahraga nasional sepak bola hanya memperoleh point 6. Semua ini harus dibenahi, hal pertama yang harus dibenahi adalah SDM nya, sepak bola membutuhkan sumber daya manusia yang tegas,disiplin, jujur dan dapat memimpin dengan baik sehingga bila ini sudah baik saya yakin semua permasalahan sepak bola akan selesai satu persatu dan dengan sendirinya Industri olahraga sepakbola akan maju dan prestasi baik.
Dari sini kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa Indonesia sedang membangun sebuah industri olahraga. Semua memiliki kekurangan dan kelebihan. Cabang – cabang olahraga harus saling belajar dan mencontoh kepada cabang olahraga yang baik dalam penyelenggaran industri olahraganya. Yang harus di perhatikan untuk seluruh cabang olahraga adalah bahwa industri olahraga bukanlah hanya sekedar mendatangkan keuntungan dan komersialisasi saja, namun industri olahraga adalah bagaimana mereka menjalankan sebuah konsep bisnis yang mengkolaborasikan anatara komersi, dagang, ekonomis, teknologi, administratif, sosial dan yang pasti tujuan dan penyelenggaraan olahraga nasional.
Penulis : Joko Purnomo, SAB