Dunia pemasaran yang semakin horizontal menyebabkan merek menjadi karekter. Merek merupakan isi luar dari suatu produk atau kemasan dari suatu produk sementara karakter adalah isi sesungguhnya dari sebuah produk. Oleh sebab itu dalam tulisan kali ini saya akan mencoba menguraikan bagaimana seorang atlet mampu tumbuh secara berkesinambungan dan akhirnya memperoleh prestasi yang membanggakan dan juga sebuah prestasi lain seperti mendapatkan sponsor bagi dirinya sendiri dan akhirnya mampu mandiri. Selama ini jarang atlet Indonesia yang mampu menjual dirinya sendiri kepada pihak sponsor padahal banyak atlet Indonesia yang memiliki prestasi mendunia, oleh karena itu dalam tulisan ini saya mencoba bagaimana seorang atlet mampu tumbuh secara berkesinambungan untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi dilihat dari sudut pandang sport industry.
Karakter dapat didefinisikan sebagai “ cirri khas “ yabg dimiliki oleh seorang individu (Kartajaya; 3; 2010). Ciri khas tersebut adalah “ asli “ dan mengakarpada kepribadian seseorang dan merupakan “ mesin “ yang mendorong bagaimana seorang bertindak , bersikap, berujar dan merespon seseuatu. Ciri khas ini pun yang diingat oleh orang lain tentang orang tersebut dan menentukan suka – tidak suka seseorang terhadap sang individu. Karekter memungkinkan seseorang untuk mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan karena karekter memberikan kosistensi, integritas dan energy. Orang yang memiliki karekter yang kuat akan memiliki momentum untuk mencapai tujuan. Sementara yang memiliki karekter mudah goyah, akan lebih lambat bergerak.
Karekter yang kuat memiliki charisma, yaitu daya tarik dan kemampuan menimbulkan rasa percaya bagi orang – orang yang mengenalnya. Untuk memiliki charisma maka setiap individu harus memiliki tiga hal sebagai berikut :
1. Excellence
Excellence adalah sikap yang memungkinkan seseorang selalu memberikan yang terbaik dalam setiap karyanya (Kartajaya; 3; 2010). Seorang atlet yang memiliki Excellence akan selalu menjadi panutan masyarakat, karena atlet tersebut dipercaya bisa menjadi yang terdepan dalam olahraga yang ditekuninya. Bukankah dalam dunia marketing ada istilah “ Tidak ada tempat untuk si No 2 “. Masyarakat akan selalu jauh lebih menghargai orang yang bisa menjadi no. 1 dalam bidangya. Dalam dunia marketing, Excellence berada di positioning, karena seseorang atlet harus memposisikan dirinya sebagai atlet yang terbaik dalam cabang olahraga yang ditekuninya. Dan ketika seorang atlet sudah berhasil mengklarifikasi bahwa ia adalah atlet yang terbaik di bidang olahraganya di mata setiap orang, maka konsep diri atlet tersebut sudah berhasil menghorizontal ( Diakui dari mulut ke mulut) atau dalam istilah marketing atlet ini telah mencapai Clarification of Positioning. Berikut ini adalah elemen – elemen konsep excellence menurut Micheal Hermawan.
a. Commitment atau Purpose
It is not about winning it self but about paradigm to win! We must consciously choose excellence. Disini ditekankan bahwa setiap atlet harus memiliki keinginan untuk tidak menjadi yang “ biasa – biasa saja “. Setiap atlet harus memiliki hasrat untuk menang mutlak. Dan tanpa elemen ini tidak mungkin ada hasrat untuk mencapai excellence.
b. Opening Your Gift atau Ability
Every Person in the world has the ability to be Excellent in at least one area. See your inner potential. Setelah memiliki paradigma untuk menang, perlu modal untuk mencapai kemenangan tersebut , yaitu kemampuan. Setiap Atlet adalah orang – orang terpilih yang diberi Tuhan sebuah Anugerah memiliki kemampuan dalam cabang olahraga. Tetapi tidak cukup hanya dengan bakat yang diberikan oleh Tuhan , setiap atlet harus dikembangkan terus menerus sehingga benar – benar menjadi suatu ability yang dapat membawa seorang atlet menjadi excellence.
c. Being The Best You Can Be atau Motivation
It is not about talent. It is about getting the best shape possible given our God given potential. Excellence bukan semata – mata mengenai talenta yang diberikan Tuhan, tapi juga mengenai motivasi untuk memaksimalkan apa yang sudah dimiliki. Percuma memiliki talenta tapi tidak pernah punya keinginan untuk bekerja keras.
d. Continuous Improvement
We must set the bar and continually raise it from time to time. Orang Jepang menyebutnya Kaizen. Besok harus lebih baik dari hari ini. Jangan berpuas diri pada apa yang sudah dicapai saat ini.
Salah Seorang atlet yang menurut saya memiliki sikap excellence adalah Suryo Agung Wibowo. Orang tecepat di Asia Tenggara ini memliki pola pikir untuk mejadi yang terbaik dalam setiap ajang olahraga yang dia ikuti. Suryo memiliki pola pikir untuk menang dan karena Suryo memiliki hasrat untuk tidak menjadi biasa saja dalam olahraga yang digelutinya. Walupun gagal menjadi pemain Persis, Suryo menyadari akan kelebihannya yaitu kecepatan, walaupun kepindahan ia ke nomor lari kebetulan, namun suryo memiliki kesadaran akan bakatnya di dunia olahraga. Kesadaran akan kemampuan yang dimilikinya ini terus diolah oleh Suryo, terbukti dalam ajang Sea Games 2007 di Thailand, Suryo berhasil memperoleh 2 medali emas di nomor 100 dan 200 meter. Tahun 2008 di ajang olimpiade Suryo sangat menyesal karena ia tampil di bawah performa terbaiknya. Namun justru ini yang membuat seorang Suryo Agung Wibowo tidak berpuas diri dengan hasilnya selama ini. Terbukti dalam ajang sea games 2009 Suryo Agung Wibowo berhasil memperoleh 2 medali emas. Dan yang sangat membuat bangga bagi masyarakat Indonesia adalah Suryo berhasil memecahkan rekor Sea Games atas nama nya sendiri dari 10.25 menjadi 10.17,dan Suryo berhasil memecahkan rekor nasional dari 10.20 menjadi 10.17 yang selama 20 tahun bertahan. Inilah salah satu contoh sikap excellence yang dimiliki oleh seorang atlet di Indonesia.
Dari uraian contoh diatas kita dapat ambil kesimpulan bahwa, hanya dengan excellence seorang atlet akan menjadi lebih unggul dari yang lain. Jika tidak pernah berkeinginan untuk melakukan sesuatu yang lebih atau sesuatu yang belum pernah dicapai orang lain, seorang atlet tidak akan dapat berkembang sampai batasan tertentu. Dari contoh diatas excellence mengacu kepada keinginan untuk mencapai sesuatu standar kualitas yang selalu lebih tinggi. Hal ini pula yang sangat jelas terlihat pada Suryo Agung Wibowo.
2. Profesionalism
Profesionalism dapat didefinisikan sikap disiplin dalam profesi yang mendorong seseorang untuk bersikap tepat dan sesuai keadaan dan memiliki kemampuan yang memadai (Kartajaya; 10; 2010). Yang perlu diingat bahwa sikap ini mencakup seluruh interaksi yang terjadi dalam profesinya. Salah satu ciri profesiaonalisme adalah keinginan untuk selalu “ in control “ dan “ well-prepared “ dalam kehidupan sehari – hari. Lalu bagaimana profesionlisme berkaitan dengan perkembangan suatu atlet ? Profesionalism mendorong terciptanya kredibilitas dan kepercayaan seorang atlet, dua hal ini yang sangat krusial jika ingin membentuk hubungan jangka panjang dengan pihak ketiga (pelatih, penggemar maupun pihak sponsor). Sikap ini lah yang akan menjadi diferensiasi dari seorang atlet, sehinga dalam dunia marketing professionalism kait eratannya dengan differentiation. Dan ketika professionalism yang sudah mengakar dalam seorang atlet dan diakui secara luas oleh para kerabat dan orang lain, bisa dikatakan sudah masuk ke dalam DNA orang tersebut, sehingga dalam dunia yang semaikin horizontal professionalism terdapat dalam tataran codification of differentiation. Profesionalisme akan nyata bila seoarang atlet memiliki 4 Ciri sebagai berikut :
1. Keinginan untuk memperbarui pengetahuan, yang berarti secara aktif mencari ilmu baru dan tidak sekedar hanya menunggu diajari.
2. Memiliki sense of business, dimana selalu dapat melihat setiap kegiatan yang dilakukan dalam bidangnya dalam konteks business.
3. Kemauan untuk melayani, dimana orang tersebut tidak ragu untuk membantu dan melayani siapapun.
4. Kemampuan untuk bekerjasama dengan siapapun dalam lingkup bidang yang sedang digelutinya.
Dalam dunia olahraga salah satu atlet yang memiliki sikap professionalism ini adalah seorang Taufik Hidayat. Pebulutangkis kelahiran 10 Agustus 1981 ini memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang hal – hal baru, hal ini bisa diliat dari cara permainan ia yang selalu kreatif dan imajinatif dengan pukulan – pukulan yang unik dan jarang dimiliki oleh lawan – lawannya. Pukulan – pukulan ini lah yang banyak ingin ditiru oleh anak – anak muda yang bergelut di dunia bulutangkis. Taufik Hidayat juga seorang atlet yang memiliki insting bisnis yang luar biasa bagus, dengan menggandeng sponsor pribadinya Yonex Sunrise Ia membrading Taufik Hidayat Line (THL) dengan mengeluarkan busana olahraga. Dengan instingnya ini Taufik Hidayat merupakan salah satu olahragawan terkaya lewat sponsorship berbagai macam brand. Selain itu Taufik Hidayat memiliki sikap membantu dan melayani sesama teman di bulutangkis maupun di dunia luar lainnya, hal ini dapat dilihat ketika ia memutuskan keluar dari pelatnas bulutangkis ia tetap mau untuk memberikan pelajaran kepada adik – adiknya di pelatnas. Selain itu Taufik Hidayat memiliki kepekaan terhadap masalah – masalah diluar dunia olahraga, ia ikut serta dalam mendukung 1000 raket untuk Haiti ketika Haiti diguncang gempa besar. Hal yang mungkin jarang dimiliki oleh seorang atlet adalah kepemimpinannya, namun Taufik Hidayat memiliki kepempinan yang sangat baik, hal ini terbukti ketika Piala Thomas 2010 yang berlangsung di Kualalumpur, Taufik mampu mengayomi junior – juniornya walupun ia bukan pemain pelatnas lagi, hal lain yang perlu diapresiasi adalah ia mampu menyatukan Tim Thomas Indonesia yang kala itu terdiri dari pemain pelatnas dan non-pelatnas. “Tinggalkan perbedaan, saatnya menjadi satu dalam kata, niat, semangat dan target." Itulah kata – kata yang diucapkan oleh Taufik Hidayat. Dari sini sangat lah jelas sosok Taufik Hidayat adalah seorang professional yang komplit karena memiliki 4 ciri yang telah disebutkan diatas. Lewat Professionalism ini Taufik Hidayat mampu mem-branding dirinya sendiri.
3. Ethics
Ethics adalah prinsip – prinsip yang menentukan tingkah laku seseorang serta mengarahkannya dalam mengambil keputasan (Kartajaya; 20; 2010). Ethics mampu membedakan antara yang benar dan mana yang salah. Sehingga ethics adalah sesuatu yang kunci untuk menjadi insan yang memiliki keluhuran budi pekerti. Kaitan ethics dengan pengembangan seorang atlet adalah dengan memiliki sifat ethics seorang atlet akan banyak mempunyai penggemar yang sangat loyal terhadapnya. Bagi seorang atlet memiliki sikap ethics merupakan modal dasar untuk berinteraksi secara beradab dengan orang – orang disekitarnya dan ethich merupakan suatu kunci bagi seorang atlet dalam mengembangkan kariernya. Pengelompokan nilai – nilai etika dapat dikelompokkan menjadi enam pilar sebagai berikut :
1. Trustworthiness
Trustworthiness mengacu kepada perilaku tidak berbohong dan tidak berdusta, serta berani membela kebenaran. Inilah komponen paling dasar yang harus dimiliki dalam setiap pribadi seorang atlet dan orang lain. Trustworthiness mencerminkan kedalaman dan integritas.
2. Respect
Respect maksudnya adalah bagaimana seseorang harus mampu memperlakukan orang dengan hormat tanpa memandang kelas sosial seseorang. Dan inilah yang juga harus dimiliki oleh seorang atlet. Seorang atlet harus mampu untuk tidak memilih – milih dalam menghormati setiap orang.
3. Resposibility
Resposibility maksudnya adalah seseorang memiliki sikap disiplin dan bertanggung jawab terhadap pilihan yang telah diambil. Ketika seseorang itu telah memutuskan untuk menjadi seorang atlet, seseorang itu pun harus mampu bertanggung jawab dengan pilihannya tersebut.
4. Fairness
Fairness maksudnya adalah tidak berprasangka dan tidak sembarangan dalam menyalahkan seseorang serta rasa peka untuk berbagi dengan seseorang.
5. Caring
Carling maksudnya adalah bertindak dengan kasih sayang dan peduli terhadap orang lain.
6. Citizenship
Citizenship maksudnya adalah berperan secara aktif dalam mengembangkan komuintas sekitar.
Saya melihat bahwa atlet di Indonesia sudah banyak memiliki sikap ethics, walaupun ada beberapa atlet yang memang masih belum mempunyai sikap ini. Salah satu atlet Indonesia yang perlu dicontoh karena sikap ethics ini adalah sang peraih medali emas pertama bagi Indonesia dalam ajang Olimpiade yaitu Susi Susanti. Dalam diri Susi Susanti memiliki ke-enam niali etika tersebut yang telah menghantarkan dirinya menjadi salah satu atlet yang berhasil hingga saat ini. Susi Susanti memiliki perilaku untuk tidak berdusta atau jujur, hal ini dapat dilihat dari pengalaman hidupnya ketika ia berlatih, disaat teman – temannya banyak yang tidak jujur dalam latihan seperti mengurangi jatah berlari ataupun latihan fisik lainnya, Susi Susanti justru berlatih dengan lebih dari yang apa pelatih pinta. Dan Susi Susanti menunjukan bahwa dirinnya adalah seorang yang sangat memiliki etika ketika ia memandang bahwa setiap orang memiliki kehormatan yang sama.Ia juga merupakan orang yang disiplin dan bertanggung jawab dalam berlatih, sejak mengambil keputusan untuk fokus pada bulutangkis pada ia SMP, Susi Susanti telah benar – benar tahu bagaimana ia melaksankan kewajibannya sebagai seorang atlet dengan tanggung jawab dan disiplin. Susi Susanti bukan lah seorang yang menyalahkan orang lain ketika mengalami kegagalan, hal ini bisa terlihat dari cara ia ketika menilai perkembangan atlet bulutangkis pada saat ini, dimana ia lebih banyak memberikan semangat dan masukan kepada juniornya dari pada menyalahkan seseorang dalam keterpurukan. Ia sangat peduli terhadap orang lain dan Susi Susanti sampai saat ini masih berperan serta dalam memajukan dunia bulutangkis Indonesia.
Sikap ethich yang dimiliki Susi Susanti inilah yang telah berhasil membesarkan usahanya bersama sang suami Alan Budi Kusuma selain menghasilkan prestasi yang luar biasa bagi negeri ini. Karena etika yang sangat baik ini Susi Susanti berani menggunakan namanya pada produk yang ia produksi yaitu Astec (Alan-Susi Technology). Sikap ethich terbukti tidak hanya mendatang prestasi bagi seorang atlet, namun ketika ia memiliki sikap ini niscaya atlet ini akan mengalami kesuksesan dalam bidang lain karena ia berhasil mem-branding dirinya sendiri.
Pertanyaan yang sekarang muncul adalah apakah mungkin menemukan seorang atlet yang excellent, professional dan ethical sekaligus ? Saya percaya bahwa sebenarnya aspek – aspek yang kita bahas tadi ada dalam setiap atlet Indonesia bahkan dalam setiap orang. Dan saya melihat bahwa ketiga atlet yang saya berikan contoh diatas Suryo Agung Wibowo, Taufik Hidayat dan Susi Susanti adalah atlet yang excellent, professional dan ethical. Hal ini terjadi karena lingkungan yang menbentuk mereka seperti ini, jadi sekarang yang menjadi pertanyaan adalah sejauh apakah lingkungan seorang atlet itu berada bisa membantunya mengembangkan ketiga aspek tersebut ?
Suryo Agung Wibowo, Taufik Hidayat dan Susi Susanti memiliki ke-3 aspek tersebut, sehingga kita dapat menyimpulkkan bahwa mereka berhasil mem-branding dirinya sendiri. Tidak hanya prestasi yang diraih namun dengan memiliki ke-3 aspek tadi banyak sponsorship yang mau meminangnya. Suryo Agung Wibowo dengan Nexian kemudia Taufik Hidayat berhasil mengajak kerjasama dengan sponsornya Yonex untuk bekerjasama mem-branding produk THL (Taufik Hidayat Line), selain itu Milo juga meminang atlet ini. Susi Susanti berhasil menggunakan namanya sebagai merek dari produk – produknya. Ini adalah contoh bahwa ketika seorang atlet memiliki sikap excellent, professional dan ethical ia akan berhasil mem-branding dirinya dan atlet tersebut juga terbukti memiliki prestasi yang sungguh luar biasa.
Penulis : Joko Purnomo
Daftar Pustaka : Kartajaya Hermawan. 2010. Grow With Character The Model. PT Gramedia Pustaka Utama; Jakarta