Minggu, 18 Maret 2012

Basket Yang Terus Berinovasi, Voli Yang Terus Merosot dan Sepak Bola Yang Semakin Jauh Dari Sebuah Liga Yang Profesional

Diawal tahun 2012 saya berharap tiga olahraga yang memiliki penggemar terbanyak di Indonesia selain Badminton mempunyai liga yang benar – benar professional. Untuk tulisan kali ini saya hanya memfokuskan ke-tiga olahraga ini karena selama ini tiga olahraga ini yang memiliki liga professional. Sampai dengan Maret 2012 Liga Professional Bola Basket di Tanah Air terus menunjukan kemajuan yang sangat pesat dalam pengelolaan kompetisi, PT DBL Indonesia bisa dikatakan sebagai Perusahaan yang memiliki visi dan misi yang jelas tentang Liga Professional, mereka mengerti bahwa ketika Liga Professional benar – benar berjalan maka dengan sendirinya Industri Olahraga akan tumbuh. Inovasi – inovasi pun terus dilakukan oleh NBL Indonesia sebagai liga professional bola basket di Tanah Air. Sebenarnya saya berharap banyak dengan Liga Professional Bola Voli Indonesia (Proliga) di tahun 2012, dengan masuknya sponsor baru seharusnya menjadi new-proliga yang memiliki inovasi yang dapat mendatangkan penggemar bola voli datang untuk menyaksikan Proliga. Namun sampai dengan hari ini saya justru melihat jumlah penonton tidak sebanyak Proliga yang sebelum – sebelumnya. Hal ini berbanding terbalik dengan Bola Basket yang justru semakin dipadati oleh penggemar basket disetiap pertandingan. Liga Professional di Sepak Bola justru semakin membingungkan, dengan pengurus terpilih yang baru diharapakan akan menyelesaikan permasalahan dualism liga professional di Indonesia, tapi nyatanya justru hingga hari ini belum ada kesepakatan antara LPI dan ISL. Dampak dari liga professional yang tidak dikelola dengan baik sangat berdampak besar kepada prestasi cabang tersebut. Padahal Industri Olahraga Sepak Bola hanya dilihat dari Liga Professional-nya memeliki potensi yang cukup besar bila dibandingkan Bola Basket dan Bola Voli. Namun sayang hingga saat ini belum ada yang mampu mengoptimalkan potensi besar industri olahraga di cabang sepak bola.

NBL Indonesia berhasil meningkatkan antusias penonton untuk menyaksikan langsung Liga Profesional ini, tidak tanggung – tanggung dalam laga perdananya di tahun 2011 NBL mampu menarik penonton sebanyak 5000 penonton, padahal dahulunya jumlah penonton rata – rata sebelum berganti namanya menjadi NBL hanya 200 penonton. Baru – baru ini di hari pertama Seri ke-5 Surabaya NBL Indonesia mencatatkan rekor jumlah penonton Liga Professional Basket terbanyak di Indonesia yaitu sebanyak 6200 penonton. Tidak hanya samapi disitu PT DBL Indonesia tahun ini kembali menghidupkan Liga Professional Bola Basket Putri yang diberi nama WNBL, Liga bola basket putrid terakhir terjadi pada tahun 2008 ketika itu bernama KOBANITA. Tahun ini 2012 WNBL diikuti 5 Club basket Putri di Indonesia. Bila pada era sebelumnya jumlah rata – rata penonton hanya 20 orang, maka pada pertandingan perdananya WNBL dilihat hampir seribu penonton. Yang perlu diperhatikan adalah strategi Basket dan Liga Professionalnya dalam memanjakan penonton basketnya. Hal ini dapat dilihat dari :

1.Konsep Liga Professional Bola Basket yang selalu mendekatkan antara penggemar basket dengan para atlet terbukti membawa trend yang positif agar para penggemar basket mau kembali datang menyaksikan pertandingan basket secara langsung.
2.Adanya program NBL Berbagi merupakan hal yang positif dalam memperkenalkan basket ke masyarakat. Atlet tidak hanya sekedar bermain tapi mereka memiliki kegiatan yang justru mendekatkan dengan masyarakat. Kegiatan Donor Darah disetiap kota disaat NBL singgah, Kunjungan ke Panti Asuhan atau memberikan pelatihan di sekolah – sekolah atau ikut mendukung Car Free Day merupakan konsep yang sangat sempurna memperkenalkan masyarakat dengan NBL.

Dari dua konsep tersebut akan membawa trend yang positif bagi Liga Basket Professional di Tanah Air, setiap tahun Liga Professional Basket di Indonesia mendapatkan penilaian yang positif, sehingga wajar sampai saat ini 19 Perusahaan telah men-sponsori Liga Professional Basket NBL di Tanah Air. Kualitias permainan pun semakin dijaga oleh NBL Indonesia, sistem administrasi benar – benar professional bagi para atlet basket yang bertanding.

Trend positif Liga Professional Bola Basket di Tanah Air ternyata tidak diikuti oleh Liga Professional Bola Voli di Indonesia. Tahun 2012 merupakan tahun ke-11 Proliga yang merupakan liga professional bola voli di Tanah Air. Di Tahun – tahun awal hingga tahun 2008 penonton akan selalu memadati Gelanggang Olahraga untuk menyaksikan pertandingan – pertandingan Proliga. Namun sejak kejadian – kejadian yang tidak menunjukkan ke – Professionalan Proliga yang mengakibatkan salah satu klub bola voli asal Jawa Timur mem-boikat Proliga hingga saat ini justru membuat para penonton turun setiap tahunnya. Ditahun 2012 dengan sponsor baru sangat diharapkan adanya perubahan konsep dalam Proliga, namun hingga saat ini justru tidak ada inovasi – inovasi baru dalam Proliga. Penurunan Trend dapat dilihat dari jumlah penonton yang hadir langsung menyaksikan Proliga, Proliga sempat menjadi ajang Liga Professional di Indonesia setelah sepak bola, namun 3 tahun terakhir ini justru jumlah penonton selalu menurun walaupun cukup ramai. Permasalahan muncul ketika Salah satu klub asal Jawa Timur yang bermarkas di Sidoarjo menuntut ke Badan Arbitrase Olahraga Indonesia atas pengambilan tiga pemain yang tidak sah oleh salah satu klub yang bermarkas di Palembang. Trend menurun Proliga disebabkan antara lain :

1.Konsep Proliga sendiri yang cenderung monoton, memang setiap jeda pertandingan ada hiburan bagi penonton, namun hiburan itu belum mampu mendekatkan penonton dengan idola – idolanya yang bermain di Proliga. Perlu diingat bahwa karakteristik konsumen Proliga yang cenderung fanatik dengan atlet dari pada klub voli harus diperhatikan oleh pihak penyelenggara. Bila kebutuhan konsumen ini tidak terpenuhi, maka yang terjadi adalah penurunan trend setiap Proliga.
2.Semakin sedikitnya generasi muda yang mengenal bola voli, tidak ada edukasi dari pihak penyelenggara untuk mampu menarik masyarakat agar kembali datang ke gelanggang olahraga dan menyaksikan secara langsung pertandingan Proliga.
3.Atlet, wasit dan penyelenggara harus benar – benar bersikap professional selama penyelenggaraan Proliga. Professional ini yang mulai menurun dalam Proliga, para atlet cenderung masih sekedar bermain baik dan selesai bermain maka tugas sudah selesai. Padahal dalam Industri Olahraga atlet tidak hanya sekedar bermain dengan baik saja, mereka harus mampu dekat dengan para penonton.

Sayang rasanya ketika olahraga bola voli yang pernah menjadi olahraga yang paling popular setelah sepak bola di Indonesia ini mulai menurun trend-nya. Pihak penyelenggara harus mulai memikirkan konsep baru untuk proliga. Ingat konsumen semakin horizontal.

Sepakbola memiliki potensi yang cukup besar, dan harus diakui trend penonton sepakbola dari masa ke masa tidak akan berubah. Sampai saat ini sepakbola merupakan yang paling popular di Tanah Air. Namun yang perlu diperhatikan adalah pengelolaan liga professional sepakbola yang masih jauh dari professional. Seharusnya bila dikelola dengan professional maka industri olahraga sepak bola di Indonesia akan semakin baik dan potensinya dapat dimaksimalkan. Kurang tergarapnya potensi sepakbola dikarenakan banyaknya kepentingan – kepentingan individu atau organisasi politik tertentu yang ingin menjadikan sepakbola sebagai kendaraan mendaptkan jabatan tertentu. Apa yang menyebabkan potensi industri olahraga sepakbola tidak maksimal ????

1.Dualisme liga professional sepak bola di Tanah Air menyebabkan publik bingung dan berdampak terhadap industri olahraga sepakbola itu sendiri. Para sponsor kadang akan berpikir – pikir untuk mensponsori sepak bola, walaupun banyak perusahaan yang terbukti menjadi sposor dua liga tersebut. Namun yang harus diperhatikan adalah orang dibalik sponsor tersebut tidak netral seperti yang ada di basket atau voli. Mereka memiliki visi lain selain industri olahraga.
2.Dualisme kepemimpinan PSSI atara kubu PSSI dengan Djohan Arifin dan kubu KPSI dengan La Nyalla Mattalitti secara tidak langsung menyebabkan industri olahraga di sepak bola tidak sehat. Jangan berharap Sepak Bola Indonesia menjadi macan asia kalau dualisme liga professional dan kepemimpinan ini terus terjadi hingga saat ini.

Sepakbola Indonesia memiliki potensi yang cukup besar, tinggal hanya bagaimana Industri olahraga di sepak bola ini optimal dalam pengelolaan industri olahraga dan tentu industri olahraga sepak bola yang berjalan sehat. Bila dilihat dari segi penonton yang selalu banyak di setiap liga professional tidak diragukan lagi fanatiknya masyarakat terhadap klub – klub sepakbola di Indonesia.

Bola basket dan liga professional nya di Indonesia memiliki tantangan besar untuk mempertahankan trend positif nya. Inovasi – Inovasi baru terus dilakukan oleh Bola Basket dan liga professional di Indonesia untuk mempertahankan masyarakat pecinta basket untuk datang terus ke setiap pertandingan liga professional. Bola Voli dan liga professional nya memiliki pekerjaan rumah yang cukup berat, membuat masyarakat kembali datang seperti awal – awal proliga digelar adalah tantangan besar. Jangan sampai bola voli dan liga professional nya ini ditinggalkan masyarakat. Professionalisme bola voli dan liganya harus terus ditingkatkan, mengedukasi masyarakat perlu dilakukan oleh penyelenggara dan tentu harus ada perubahan besar dalam pengelolaan dan konsep liga professional bola voli. Sepak bola yang memiliki penonton yang paling fanatik memiliki tugas yang sangat besar ditingkatan pengelola atau pengurus organisasi sepak bola. Dualisme liga professional dan kepemimpinan merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bila mau Industri Olahraga Sepak Bola bisa dikatakan sehat. Semoga tiga cabang olahraga ini dengan liga professionalnya dapat mewujudkan visi dan misinya menjadi Industri Olahraga yang professional di Tanah Air.

Salam Olahraga !!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Penulis : Joko Purnomo, SAB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar